Assalamualaikum..
Aaaaa.. terima kasih banyak. Kalian udah ngasih vote di bab-bab terakhir. Aku jadi makin semangat nih.Sudah siap dengan endingnya?
Kayaknya bab berikutnya tamat guys..************
"Fi.. Fia.. Shofia.. . Bangun, sudah subuh. "
Walau lembut, suara Sulthan mampu menyentak Shofia dari tidurnya yang lelap. Perlahan dia mulai membuka matanya yang terasa merekat kuat karena sembab. Begitu matanya berhasil terbuka sempurna, kepalanya sontak terdorong ke belakang karena wajah Sulthan yang amat dekat dengan wajahnya. Laki-laki itu jongkok menghadap pinggiran ranjang sementara wajahnya hanya berjarak sejengkal dari wajah Shofia.
"Mas, " gumam Shofia. Dalam diam Shofia meraba-raba jika apa yang tersaji di hadapannya bukanlah mimpi. Suaminya kini telah kembali.
"Ayo bangun Fi, aku mau ke masjid dulu gantiin mas Raffa buat ngimami shalat subuh. " Tandas Sulthan.
Fia?
Bukankah sebelumnya mas Sulthan memanggilku dik?
Aku?
Sejak kapan mas Sulthan menyebut dirinya sendiri dengan 'aku' bukan 'mas' seperti biasanya?
Kebahagiaan yang nyaris menerbitkan senyum di wajah Shofia seolah dicabut paksa. Suaminya telah pulang. Rindunya terobati. Tapi kenapa justru perih yang terasa?
Sulthan meninggalkan Shofia yang kebingungan. Dengan lemah wanita itu mencoba untuk bangkit dari ranjang tidurnya. Bersiap untuk membersihkan diri dan menunaikan shalat subuh.
Tercenung, di dalam kamar mandi Shofia merasakan kejanggalan yang terjadi. Sulthan masih lembut dalam berbicara tapi ada yang berbeda. Tak ada lagi kemesraan yang terasa, yang ada hanya rasa dingin yang mengudara. Biasanya, walaupun Sulthan akan mengimami shalat, dia akan mengecup keningnya sebelum beranjak ke masjid. Dan dia hanya akan memberi jawaban," kan nanti mas bisa wudlu lagi di masjid," saat dirinya mengingatkan kalau suaminya itu harus menjaga wudlunya. Sedangkan pagi ini, jangankan mengecup kening, usapan jemari di pipi saat membangunkan dirinya pun tak ia rasakan.
***
"Loh, loh, mau ke mana kamu nak?" Suara umi menghentikan langkah Sulthan.
"Mau ke masjid Umi. " Jawab Sulthan.
"Loh, nggak usah. Kamu shalat sama Shofia aja. Bantu dia, kasihan loh dia kan lagi sakit. "
"Tapi Mi, mas Raffa minta Sulthan gantiin dia. "
"Biar Abah yang ngimami. Abah udah di masjid. Jadi nggak perlu khawatir. Urus aja Shofia ya. "
Sulthan pasrah, umi tampak memaksa dengan perintahnya. Mau tak mau Sulthan pun kembali ke kamarnya.
***
Begitu kembali ke kamarnya, ternyata Shofia sudah bangun dan sedang di kamar mandi. Ditunggunya Shofia untuk shalat subuh berjamaah di kamar.
"Loh, mas. Kok masih di sini? Itu sudah Iqamah loh mas." Ucap Shofia, tubuhnya masih terlihat lemah dengan wajah sedikit pucat.
"Sudah ada Abah. Aku shalat di sini sama kamu. "
"Nggak apa-apa mas kalau njenengan mau jamaah di masjid. Aku gak Popo shalat dewe'an neng kamar. " Shofia merasa tak enak. Shofia tak keberatan jika Sulthan ingin shalat berjamaah di masjid dengan para santrinya.
Seolah tak menggubris apa yang Shofia katakan, Sulthan bergeming di tempatnya berdiri, di atas sajadah yang sudah ia bentangkan di lantai. Dan siap memulai shalat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomansaKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...