Until You Love Me

59. Bukan Penghinaan

Bismillahirrahmanirrahim..

Tarik nafas, hembuskan..
Ambil nafas, keluarkan..
Aduh, sebenarnya dag Dig dug juga nulis bab ini. Kayak ada takut-takutnya.. 😌
Plis kalau ada kesalahan jangan dibully ya.
Yang sabar ya bacanya, soalnya panjang banget bab ini, sepanjang waktu yang aku butuh buat ngumpulin idenya. 🤪

❤️❤️❤️

"Suwun ya tadz. Udah bantu. Keren banget hasil videonya. " Ucapan terima kasih meluncur dari bibir Sulthan. Raut bangga kental terlihat dari sinar matanya yang menyala. Senyumnya menyatakan rasa syukurnya atas usaha keras yang sudah dilakukan orang-orang di sekelilingnya.

Setelah acara pemutaran video tadi, Alif menghadap Sulthan di ruang tamu ndalem.

"Nggih sami-sami Gus. Kita di sekolah sebenarnya juga lagi mikir apa yang bisa kami lakukan untuk membela Ning Shofia. Pas njenengan mengutarakan ide itu, wah kami merasa sangat tercerahkan. Dan para santri juga antusias waktu pembuatan video itu. Lagipula, ini bukan karena saya, tapi banyak guru dan para santri juga turut berpartisipasi. " Balas Alif merendah. Menurutnya, pembuatan video itu adalah salah satu hal yang sudah sepantasnya ia lakukan sebagai pengabdiannya untuk keluarga ndalem.

Ya, Sulthanlah yang memberi ide untuk membuat video itu saat masih berada di Kairo. Kekhawatirannya pada kegundahan Shofia tentang berita viral beberapa waktu lalu membuatnya mencari cara untuk menghibur istrinya.

"Memangnya di sekolah, Shofia serandom itu ta tadz?" Tanya Sulthan mengerutkan kening, tergambar rasa penasaran yang teramat sangat. Juga raut tak percaya kalau-kalau sosok istrinya seperti yang para muridnya jabarkan.

Alif tersenyum penuh arti, binar terang tersorot dari matanya yang hitam legam. Sinarnya seolah menyampaikan apa yang tersembunyi di sudut hatinya. Beberapa detik ia tercenung melayang dalam lamunan dengan senyum tak lepas di wajahnya. Pemandangan itu tertangkap oleh Sulthan. Dan pria itu paham dengan arti air muka yang ditunjukkan Alif. Wajahnya berseri seperti seorang kekasih yang ditanya perihal kekasih yang begitu dibanggakannya.

"Anak-anak manggil Ning Shofia itu Miss Shofia Gus. Selain mengajar bahasa inggris, mbak Shofia juga jadi bestienya anak-anak. Beliau menjadi salah satu guru favorit, karena kedekatannya dengan anak-anak. Beliau seperti menghapus jarak antara guru dan murid sehingga hubungan mereka tak lagi terasa kaku. Kata mereka curhat sama mbak Shofia udah kaya curhat sama kakak sendiri. Kata mereka, Miss Shofia itu tong sampah cantik. " Urainya dengan senyum mengembang mencoba menjelaskan sosok Shofia di mata para muridnya.

Selain menjadi sosok yang spesial di mata murid-muridnya, Shofia juga menjadi guru wanita yang dikagumi karena berkompeten dan berdedikasi tinggi. Wanita itu seolah menyerahkan segala tenaga dan daya pikirnya untuk kepentingan sekolah dan murid yang dididiknya. Terlebih lagi, keteduhan wajahnya laksana pendar bulan purnama, bagai magnit yang membuat mata siapapun sulit menolak pesonanya. Pun, Alif tak bisa memungkiri jika dirinya juga termasuk salah satu orang yang pernah memendam rasa untuk Shofia.

Mendengarnya, Sulthan tertegun. Berusaha menelisik apa yang tersirat dari sinar mata yang begitu terang di wajah Alif. Apa selama ini, ustadz muda ini juga sebenarnya memendam perasaan yang sama untuk Shofia?

***

Tak berapa lama, datanglah Satria seorang ahli hukum ITE, yang tampak gagah dengan jaket kulit hitamnya dan Arya seorang pengacara yang tak lain adalah teman mondok Sulthan dulu di waktu SMP.

"Gimana Sat? Udah dapet semua bukti yang diperlukan? Siapa dibalik postingan viral kemarin? " Tanya Sulthan pada Satria, pria dengan wajah tegas, model rambut cepak, dan kulit sawo matang yang melengkapi penampilan maskulinnya.