48. Semburat Jingga

672 32 3
                                    

"Fi, coba lihat deh. Ternyata Ning Humaira juga lagi di Kairo. " Ucap Khodijah, handphone dalam genggamannya ia condongkan ke arah Shofia agar sahabatnya itu bisa melihat lebih jelas apa yang nampak di layar. Sebuah postingan terbaru dari akun Instagram Ning Humaira yang di dalamnya tertera tempat di mana ia sedang berada sekarang. Al-Husain, Kairo, Mesir.

Shofia dan Khodijah kini tengah berada di dalam kamar setelah sebelumnya jama'ah shalat isya lalu murojaah bareng umi bersama santri senior lain. Kira-kira pukul delapan malam.

Sebuah foto we-fie yang di dalamnya ada Ning Humaira dan tiga perempuan yang salah satunya memegang handphone untuk mengambil gambar mereka. Aiman, juga seorang laki-laki yang sepertinya Shofia kenal, putra dari kyai Husein adik Abah Yahya dan..

Gus Sulthan,

Suaminya?

Di bawahnya tertulis caption,

H-1 seminar di Kairo,
Mesir memang indah,
Dan hadirmu membuatnya semakin indah.

Ya, ada banyak orang di sana. Bukan hanya Sulthan dan Humaira. Tapi mengapa hatinya merasa aneh. Ada rasa kesal yang samar ia rasakan. Air mukanya tampak berubah tak secerah sebelumnya.

Lalu caption itu, apa maksud yang tersirat di dalamnya?

"Ih jealous nih ye.." Goda Khodijah.

Lirikan maut Shofia berikan pada Khodijah.

"Jealous? Enggak, aku nggak cemburu kok. " Kilah Shofia.

Tapi kenapa mas Sulthan nggak ngasih tahu kalau Ning Humaira juga jadi pembicara di sana?

"Biasa aja kali Fi. Kamu nggak mau nelpon gitu? Nggak kangen emang? Punya suami seganteng itu, dicuekin? Nggak takut disamber pelakor? " Terdengar Khodijah merepet bak petasan banting.

"Pria yang takut sama Allah akan menjunjung tinggi mitsaqan ghalidza, janji yang ia ikrarkan kala ijab kabul. Dengan kesadaran penuh dan iman yang teguh, ia akan berusaha menunaikan janjinya untuk membawa istrinya pada rumah tangga yang sakinah mawaddah warrahmah. Dengan tidak menyakitinya dalam bentuk apapun. Termasuk mendua. Dan laki-laki gentleman adalah laki-laki yang mampu menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya dari apa-apa yang tak halal baginya. " Tandas Shofia, terlihat tenang walau sebenarnya pertanyaan Khodijah membuatnya sedikit goyah. Sangat amat sedikit. Hingga ia tak merasakannya.

"Ih, Fi. Kamu nggak sadar ya, kalau kegantengan Gus itu di luar nurul? Banyak banget cewek-cewek ngarep jadi istrinya. Bahkan ada yang rela nglakuin apapun yang penting bisa dapetin apa yang mereka mau. Bahkan mereka rela dijadiin yang kedua." Walau tak ada niat menakut-nakuti, tapi di telinga Shofia, ucapan Khodijah terdengar seperti sebuah ancaman.

"Ya itu tadi, mau segencar apapun cewek ngegoda suami kita, kalau suami kita nggak ngasih respon, celah bahkan harapan yang membuat mereka merasa diterima, lambat laun juga mereka bakal ngrasa capek dicuekin. " Tetap berusaha tenang, Shofia terdengar membela diri.

"Nah Lo. Mereka bakal capek dan nyerah kalau dicuekin. Kalau Gus sulthan kira-kira bakal capek nggak ya, dicuekin terus sama kamu Fi? "

Pertanyaan Khodijah bagai busur panah yang menancap tepat di pusat rongga dadanya. Membuatnya kesulitan menelan saliva. Seperti ada gumpalan yang menyumbat kerongkongannya. Entah rasa apa itu, Shofia tak mampu menafsirkannya. Namun cukup mengganggunya.

"Ada nggak ya, keinginan dia buat nyerah gitu ngadepin kamu yang kayaknya sedikitpun nggak nunjukin rasa suka ke dia. Laki-laki juga butuh perhatian Fi. Aku takut dia akan tertarik sama yang lebih perhatian daripada cintanya yang tak kunjung menemukan jawaban. " Wajah Khodijah memelas mencerminkan rasa khawatir.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang