"Gimana Fi, jadi nggak kita jalan-jalan?" Tanya Khodijah begitu melihat Shofia memasuki kamar mereka.Gadis yang memakai gamis merah marun itu, mendudukkan dirinya di atas sofa dengan lunglai. Benaknya masih belum terbebas dari dengung Sulthan.
"Jangan kepedean ya kamu. Sedikitpun Saya nggak minat tuh mesum sama kamu. "
Kepalanya menggeleng, mencoba menghalau suara Sulthan yang terus terngiang di telinganya.
Siapa juga ngarep dimesumin sama dia?
Jadi, Gus itu dengar semua umpatannya?Ah, apes banget nasibnya.
Reaksi Shofia sungguh membuat Khodijah mengernyit heran. Diberi pertanyaan, sahabatnya itu bukannya menjawab, malah lebih nampak seperti orang linglung.
Tak ada jawaban, Khodijah mendekati Shofia, dan menepuk bahunya.
"Fi, jadi nggak kita jalan-jalan?" ulang Khodijah dengan tatapan penuh ke wajah Shofia, seperti mencari jawaban atas apa yang terjadi pada sahabatnya itu.
"Eh iya Di. Jadi, jadi, tapi jalan-jalannya ke pasar." Shofia tergeragap.
"Lah, ngapain ke pasar?" tanya Khodijah bingung.
"Disuruh healing Sama Gus."
"Healing kok ke pasar. Aneh banget . " Khodijah terkekeh.
"Aku serius. Dia nyuruh belanja Ke pasar. Temenin yah Di. Plis." Pinta Shofia.
Khodijah mengerutkan keningnya lalu helaan nafas meluncur darinya. Semalam disuruh masak nasi goreng, sekarang disuruh belanja ke pasar. Roman-romannya bau sesuatu yang tak masuk akal. Tapi masuk di hati.
Beberapa menit kemudian mereka berdua selesai bersiap.
"Kita mau naik apa nih. " tanya Khodijah seraya berjalan beriringan dengan Shofia dengan keranjang belanja di tangannya, keluar dari gerbang pesantren.
Tak berapa lama, Sebuah mobil Alphard hitam melintas tepat di samping mereka.
BIP.. BIP..
Begitu mobil itu berhenti, kaca mobil perlahan terbuka dan menampilkan siapa orang di dalamnya.
"Mau ke mana mbak?" Tanya laki-laki yang duduk di kursi kemudi. Ustadz Alif, namanya. Kemeja putih yang ia kenakan mampu memantulkan kharisma dalam kesahajaannya. Peci hitamnya membuat wajahnya memancarkan cahaya ketawadlu'an. Membuat Shofia tertegun, takjub dengan keindahan wajah laki-laki itu. Kalau banyak wanita akan histeris saat melihat Sulthan, justru pria di depannya ini yang mampu membuat Shofia memekik girang dalam hatinya.
"Ustadz Alif. Mau ke pasar ustadz. Ustadz mau ke mana?" jawab Khodijah pada laki-laki itu. Sedang Shofia masih terdiam, dia selalu kehilangan kata-kata saat berhadapan dengan Alif.
"Saya mau jemput Abah. Beliau habis mengisi kajian di masjid di alun-alun sana. Kebetulan pak Rahmat lagi sakit. Jadi saya yang gantiin. "
"Wah kebetulan ustadz, boleh nggak kita numpang? Jalan ke alun-alun kan melewati pasar, biar sekalian. Boleh?" Tanya Khodijah yang mendapat tatapan tak percaya dari Shofia.
"Di, nggak salah? " tanya Shofia ragu seraya menyenggol lengan sahabatnya itu.
"Monggo mbak. Masuk aja. " Titah Alif pada keduanya.
Shofia tampak terdiam berfikir. Sementara Khodijah dengan cepat meraih handle pintu belakang dan membukanya.
"Fi, kamu duduk di depan. Aku di belakang." Shofia tampak bingung. Dia masih berdiri tak tahu harus apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
Любовные романыKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...