Hallo.. 👋👋
"Kamu kenapa sih Fi. Mukanya kok cemberut gitu." Kening Khodijah mengkerut, heran melihat air muka Shofia yang tertekuk. Sejak kepulangan rombongan staf dari dinas pendidikan gadis itu tampak membisu.
Hari ini ada kunjungan dari jajaran dinas pendidikan untuk menilik perkembangan pendidikan di dalam pondok pesantren. Berhubung Abah Yahya belum kembali dari bepergian, maka Sulthan lah yang menggantikannya untuk menyambut rombongan tersebut. Di dampingi beberapa guru, seperti Alif, Shofia dan lainnya.
Shofia menghela.
"Heran Di. Emang segitu hebatnya ya damage Gus Sulthan itu. Kamu lihat nggak tadi mbak-mbak dari dinas pendidikan tadi. Mereka ngliatin Gus udah kaya orang ngliat apaan. Nggak kedip. Pas mereka mau pulang mereka mepet-mepet minta foto. Terakhir mereka deketin aku cuma mau minta nomer wa-nya Gus. "
"Santriwati di sini juga, ditambah cewek-cewek di luaran sana suka histeris liat gus. Padahal dia itu muballigh, bukan artis atau penyanyi. Mbokyao elegan dikit jadi wanita. Kesenengan tuh Gus, dielu-elukan begitu. Nambah-nambah deh tu sok gantengnya. Senyum sana senyum sini, tebar pesona ke mana-mana. "
"Ya emang sih dia good looking tapi bukan berarti dia sesempurna itu, sampai-sampai segitu histerisnya setiap kali liat dia. Astaghfirullah." Gerutu Shofia.
Khodijah sedari tadi hanya menggigit bibir, mendengar Shofia menyerocos sesuatu yang menurut Khodijah adalah hal yang wajar. Muballigh muda yang good looking, seorang Gus putra kyai pemilik pondok pesantren yang tersohor, siapapun ya pasti akan histeris setiap kali melihat Gus tampan itu. Hanya sahabatnya yang agak nyeleneh ini yang entah kenapa begitu tidak suka dengan Gus Sulthan.
Shofia dan Khodijah baru saja keluar dari aula. Kini mereka tengah duduk di bangku panjang yang terletak di pinggiran koridor di belakang bangunan sekolah yang sering ia lewati jika mau pulang ke ndalem.
Sulthan yang tengah berjalan di salah satu perpotongan jalan sontak menghentikan langkahnya, demi mendengar suara wanita yang ia kenali agar lebih jelas. Sosoknya yang tertutup dinding salah satu bangunan membuat ia leluasa mendengar percakapan itu.
"Nggak bisa ngebayangin betapa illfeelnya mereka jika mereka tahu apa yang dia lakukan sama aku." Shofia berkacak pinggang dengan sorot mata tajam.
"Kok senyum-senyum sih Di. " Shofia kesal melihat sahabatnya hanya diam tak memberikan tanggapan apapun.
"He, gimana ya Fi, aku juga ngefans sama Gus Sulthan soalnya. " Khodijah memasang wajah malu-malu dengan cengiran yang membuat Shofia kesal. Tangannya bergerak mengusap-usap tengkuknya. Shofia mendengkus.
Mendengar pengakuan Khodijah, terbit senyum kemenangan di wajah Sulthan.
"Kayaknya kamu doang haters Gus Sulthan deh Fi. Semua cewek, bahkan emak-emak pada heboh kalau lihat Gus Sulthan, nenek-nenek juga loh. " Khodijah dengan antusias membela diri.
"Heum, karena mereka nggak kenal Gus secara dekat Di. Mereka hanya melihat apa yang nampak dari luar. Especially, wajahnya itu yang katanya ganteng. "
"Jadi secara tak sadar kamu mengakui kan kalau dia itu ganteng?" Cerca Khodijah.
"Ganteng itu relatif, aku kan bilang katanya." kilah Shofia.
"Coba deh list semua hal tentang Gus Sulthan. Anak kyai, putra Abah Yahya yang disegani, S2 lulusan Kairo. Ganteng, banyak subscriber, follower. Muballigh terkenal, Apa lagi coba? Mana ada cewek gak histeris liat dia? Kamu doang Fi. "
"Satu lagi, NARSIS!" Gerutu Shofia sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Hanya karena satu kekurangan, lalu kamu menutup mata pada segala kebaikannya ? Kamu nggak adil Fi. Kamu udah dikuasai rasa benci."
"Oh, aku sudah dikuasai rasa benci? Coba kalian bayangin seandainya kalian berada di posisiku. Yang selalu jadi bulan -bulanan Gus ganteng itu (kata Shofia dengan wajah nyinyir dan dua tangan membentuk tanda kutip di samping kedua telinganya). Kamu masih ingat kan? Kejadian di mana aku pingsan karena kecapek'an dan kehujanan nyari-nyari baju buat dia, sedangkan baju dia sudah seabrek. Emangnya masih bisa kalian mendewakan Gus artis itu? Kalian sudah dibutakan dengan cinta yang terlalu besar kepada makhluk hingga kalian tidak bisa melihat hal buruk yang ada padanya. Semua yang ada pada dirinya semuanya kalian anggap baik. Ingat, dia juga manusia biasa. Punya kelebihan dan kekurangan. Jadi kagumi dia sewajarnya saja. "
Entah kenapa mendengar celoteh Shofia Sulthan tidak merasakan kesal sedikitpun, ia malah tersenyum."Kalian semua itu udah kaya fans artis, penggemar buta yang tidak mampu melihat keburukan mereka, karena kalian begitu memuja mereka. Seandainya ada yang mengingatkan dan menasihati maka akan dimusuhi, karena hati mereka sudah tertutup. Naudzubillah. " mungkin karena selama ini Shofia diperlakukan seenaknya oleh Sulthan membuat dirinya heran dengan para wanita yang begitu menggilainya. Dia berfikir bahwa mereka sudah diperdaya dengan wajah tampannya.
"Dan menurutku, kamu juga sudah dibutakan dengan kebencian kamu Fi, sehingga kamu tidak bisa melihat orang lain dari sisi baiknya. Nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini Fi. Seperti katamu tadi. Begitu juga Gus Sulthan, mungkin kamu membenci sikapnya yang menurut kamu narsis dan suka semena-mena sama kamu. Tapi itu kan dulu Fi. Belakangan kayaknya dia udah nggak lagi nyuruh-nyuruh kamu. Ditambah lagi, pada kenyataannya, ilmunya sangat luas Fi. Dan wajah gantengnya membawa daya tarik tersendiri yang membuat jama'ah majlis terus bertambah sampai sekarang." Mendengar itu, Shofia terdiam. Mungkin benar dia sudah berlebihan menghakimi Gus putra Abah Yahya itu. Ia akui semenjak kepulangan Gus Sulthan dari menuntut ilmu di Timur Tengah jamaah majelis kian membludak. Tapi kalau diingat-ingat lagi semua yang dilakukan Gus itu padanya, kembali membuat wajah Shofia berubah merah padam.
"Seandainya nih ya, ternyata dugaan ku benar kalau Gus suka sama kamu Fi. Lalu datang melamar, kamu mau terima apa nggak? " cecar Khodijah.
"Gus suka sama aku? Nglindur kamu Di?lagian kenapa harus berandai-andai sesuatu yang tidak mungkin? Kamu tahu pergaulan Gus Sulthan begitu luas, apalagi teman teman selebgramnya pasti banyak yang cantik-cantik, yang lebih pas bersanding dengannya. Dan tentunya Sama-sama narsis. "
Di zaman serba internet gini, kamu naif banget sih fi. Apa segitu buruknya aku di matamu hanya gara-gara aku aktif di sosmed? Aku hanya mengikuti zaman, memanfaatkan media yang ada untuk berdakwah.
Gawai dalam genggaman Shofia bergetar dan lantang berbunyi. Sebuah panggilan masuk yang berhasil memotong obrolan Shofia dan Khadijah. Tak menunggu lama, Shofia segera mengangkatnya.
"Hallo, assalamualaikum Pak. " Sapa Shofia.
" Waalaikumussalam Fi. Kamu gimana sehat?" Balas Alwi, ayah Shofia.
"Alhamdulillah Pak. Fia sehat. Bapak gimana? "
"Alhamdulillah sae nak. Gini nak, bapak mau menyampaikan sesuatu yang penting. "
Shofia terlihat diam mendengarkan dengan seksama apa yang akan disampaikan oleh bapaknya.
"Nggih pak, wonten nopo (ada apa)?"
"Jadi , semalam Pak Kyai sama Bu Nyai datang menemui bapak dan ibumu untuk meminta kamu buat dijadikan mantu. "
"Pak kyai sama Bu nyai siapa maksud bapak?"
Raut wajah Shofia mendadak panik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomanceKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...