45. Takut Kangen

774 28 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim,
Maaf ya barangkali ada salah dalam penulisan, dalam memberikan informasi. Maklum authornya masih fakir ilmu. Kalau salah tolong diingetin..🤗🤗🤗

💖💖💖


"Ayok Gus."

Seru Aiman begitu sosok Sulthan terlihat mendekat bersama Abah Yahya dan umi Salma. Mereka berjalan keluar dari arah ndalem. Ia berseru agar Sulthan segera bergegas masuk ke dalam mobil setelah semua barang bawaan tertata rapi di bagasi mobil seperti koper dan tas keperluan lainnya.

Celana panjang longgar berwarna khaki membungkus kaki panjangnya, dan jaket parka warna army tampak sangat pas dikenakan pada tubuh tinggi tegap Gus Sulthan. Menjadikan penampilannya tak kalah keren dengan penyanyi boyband berwajah pucat dari negeri ginseng sana. Ia telah siap menempuh perjalanan jauh dengan tujuan ke negeri Piramida. Negeri di mana dirinya menuntut ilmu dan mendapatkan gelar S2-nya.

"Bentar Man, aku mau ke sekolah dulu. Abah, umi... , Sulthan ke sekolah dulu ya. " Ucap Sulthan seraya berjalan mengarah ke MA( Madrasah Aliyah) Al-Hidayah tempat di mana Shofia mengajar.

"Loh, emang belum pamitan ta sama mbak Shofia ?" Tanya Aiman.

Ayunan langkahnya tiba-tiba terhenti begitu pertanyaan Aiman terdengar.

"Sudah, tapi... Kangen aja. Pengen liat wajah istri sebelum berangkat. "

"Dasar Gus bucin. "

Abah dan umi hanya mampu lempar senyum simpul. Seolah berbisik " harap tenang, ada ujian.."

Eh bukan Ding,..

"Harap maklum, penganten anyar.. "

***

Semua orang tampak menunduk hormat, saat Gus Sulthan melintas di area sekolah di mana Shofia mengajar. Mereka bertanya-tanya ada apa gerangan maksud kedatangan Gus Sulthan ke sekolah? Apalagi dengan gaya berpakaian yang tak biasa selayaknya Gus di lingkungan pesantren. Karena biasanya para Gus terlihat akrab dengan sarung dan baju Koko atau kemeja lengan panjang yang melekat di tubuh mereka.

Seorang guru berjalan menghampiri, yang tak lain adalah Pak Syamsul, guru matematika di MA tersebut. "Punten Gus, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria yang mengenakan baju batik berdasar merah marun dengan bunga-bunga besar berwarna kuning kecoklatan dan kacamata oval yang menghiasi wajahnya.

"Boleh minta tolong ditunjukkan di ruangan mana Bu Shofia sekarang Pak?" Pinta Sulthan sopan.

"Oh nggih, mari Gus." Sulthan berjalan mengekor guru itu. Koridor tampak lengang hanya satu-dua orang yang nampak berlalu lalang. Semua sedang sibuk menjalani aktifitas belajar mengajar di kelas masing-masing.

Pria itu berhenti di depan suatu kelas yang sepertinya ruangan kelas tiga. Bukan di depan pintu ia kini berdiri melainkan di depan jendela, tempat di mana ia bisa melihat istrinya tengah mengajar dari balik kaca jendela.

"Terimakasih Pak. Cukup sampai di sini saja. Bapak bisa kembali bekerja. " Setelah berpamitan guru itu pun pergi meninggalkan Sulthan di sana, sendiri.

Beberapa menit ia terpekur memandang wajah ayu Shofia yang tampak serius menerangkan di depan murid-muridnya. Bibirnya melengkung manis, hingga sosok wanita yang menjadi pusat perhatiannya itupun merasakan kehadirannya. Menoleh, dan tampak canggung mendapati suaminya yang semalam sudah pamit padanya bahwa ia akan pergi selama seminggu dalam rangka menghadiri undangan mengisi seminar yang diadakan para juniornya di Al-Azhar, di negeri yang dipimpin Abdul Fattah Assisi. Shofia pikir suaminya itu sudah berangkat beberapa waktu lalu tapi kenyataannya pria itu masih di sini, tengah asyik memandangnya dalam diam.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang