Hawa panas menjalar sepenuh rongga dada,
Deru nafas bergemuruh mengguncang rasa,
Sinar panas berkilat tersirat dari tajamnya netra,
Rasa apa ini, mengapa terasa begitu menghimpit dan sesak,
saat ada orang lain di sana,
bersisian denganmu seraya tersenyum mendamba.Langit kota Malang siang ini begitu cerah, secerah outfit yang dikenakan Sulthan. Tubuhnya terbalut t-shirt putih dengan luaran kemeja band collar salur berwarna biru langit yang ia biarkan kancingnya terbuka, juga celana chinos berwarna khaki. Kakinya yang terbungkus sepatu sneakers putih tampak turun dari mobil setelah sampai di area tempat tujuan. Sebelum melangkahkan kaki ke warung yang dimaksud, ia berdiri sejenak, menghirup udara dalam-dalam. Kepalanya terangkat, menatap sekumpulan awan putih yang berserak menindih birunya langit yang membentang bagaikan gumpalan-gumpalan kapas yang menggantung, menjadikan siapapun yang melihat, tertegun merasa kecil di tengah ciptaannya yang maha luas seluas pintu rahmat-Nya.
Kebesaran ciptaan-Nya menyadarkan kita sebagai hamba bahwa ada yang maha tinggi di atas segalanya.
Matahari sudah hampir di atas ubun-ubun saat rombongan Sulthan dan partner kolaborasinya menjejakkan kaki di pinggiran jalan di mana banyak warung kaki lima berjejer. Namun hawa sejuk kota Malang, membuat sinar matahari tak terasa begitu terik.
Setelah tempat dan set selesai disiapkan oleh team Sulthan dan partnernya, kini mereka pun bersiap untuk mengambil gambar. Sebelumnya, di sela-sela ia menunggu set disiapkan ia dan Aiman menyingkir untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Kebetulan tak jauh dari sana terdapat sebuah masjid yang cukup besar.
Kini Sulthan terlihat duduk di bangku panjang bersama dengan Richard, seorang konten kreator kuliner dari Malang. Di dalam sebuah warung kaki lima yang tengah viral karena sajiannya yang begitu lezat dengan harga murah tapi nggak murahan. Duduk dengan kamera menyorot ke arah mereka, siap untuk me-review makanan most ordered di warung viral itu. Suasana kota Malang yang sejuk sangat pas jika dinikmati dengan semangkuk sayur sop iga dengan kuah bening panas yang menyegarkan, ayam goreng plus sambal terasi juga menu lainnya yang tak kalah enaknya.
Jangan tanya bagaimana suasana warung itu sekarang. Di layar mungkin terlihat begitu tenang, namun di luar itu para pengunjung berjejalan ingin menonton Sulthan yang tengah berbicara di depan kamera. Setiap harinya warung itu memang sudah ramai pengunjung karena viral, hari ini bertambah ramai karena kehadiran Gus tampan itu.
Seperti yang sudah-sudah, di manapun Sulthan berada, kaum hawa selalu histeris saat melihatnya. Membuat para crew berkali-kali menegur para pengunjung perempuan yang cukup mengganggu jalannya shooting.
"Gimana Gus makanannya? Kalau dikasih angka dari 1 sampai 10, Gus kasih angka berapa?" Tanya Richard, pria nonis yang menjadi partner Sulthan kali ini.
"Kalau melihat berapa piring nasi yang kamu habisin sih 9 mungkin ya?" Sulthan terkekeh.
"Karena jujur emang enak banget guys, nggak bohong. Pantes aja viral. " Imbuh Sulthan. Tangannya meraih tisu mengelap dahinya yang berpeluh karena pedasnya sambal.
"Nggak nambah Gus?" Seloroh pria keturunan China itu. Dengan senyum, yang membuat matanya nyaris tak nampak.
"Cukup koh, kalau kata Rasulullah makanlah sebelum lapar. Dan berhentilah sebelum kenyang. Takut khilaf saya, takut sama pelebaran badan." Sahut Sulthan, setelah menyesap es teh untuk mengurangi rasa pedas yang masih bersarang di lidahnya.
"Maklum belum nikah, jadi berusaha keras jaga badan. Kalau udah nikah mah, biarin gendut juga, udah sold out ini." Kelakar Sulthan dengan senyum terkembang membuat gigi-gigi perempuan di sana bertaut, gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomansaKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...