14. Perjodohan

822 45 0
                                    

“Ini pak. Buat bapak. “ Shofia menyerahkan dua kotak paket ayam plus nasi pada driver begitu mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan pelataran pesantren.

Sepuluh nasi kotak yang ia pesan tadi
Bersisa lima kotak, sedang yang lima kotak sudah ia berikan pada orang-orang yang ia temui di jalan juga pengemis di depan warung soto tempat mereka makan tadi. Tinggal tiga kotak lagi buat  Marni, Asri dan Ani.

“Nggak usah mbak, makasih.” Tolak driver sopan.

“Nggak apa-apa pak. Ini rezeki buat bapak. “ Ucap Shofia lagi seraya menyodorkan makanan kembali setelah tadi ditepis pak driver.

“Wah mbak, makasih ya. Pantes suami mbak baik banget, ternyata istrinya juga baik banget. “ Karena terus dipaksa pak driver pun menerima pemberian Shofia.

“Maaf pak. Dia itu bukan suami saya. Dia itu Gus Sulthan. Bapak tahu Gus Sulthan?” Sahut Shofia.

“Gus Sulthan? Masya Allah.. yang tadi itu Gus Sulthan? Wah keren Gus pake motor begitu, tambah ganteng. Pangling saya mbak. Biasa lihatnya pake sarung sama koko. Istri saya sama anak gadis saya suka datang ke majelis setiap hari Ahad di pesantren ini.  Tapi cocok loh mbak kalau beneran jadi. “ Tukas pak driver.

“Jadi apa pak?” Tanya Khodijah.

“Ya jadi suami istri. Gusnya ganteng, mbaknya cantik. “ Ucap si driver.

Senyum kecut tercetak di wajah Shofia, “Ya udah Pak makasih ya. Selamat melanjutkan tugas bapak. Hati-hati, jangan ngebut -ngebut pak. Inget keluarga di rumah.” Pamit Shofia.

“Iya mbak, sama-sama.”

Shofia dan Khodijah bergegas masuk pondok. Sulthan datang saat driver grape sudah siap menjalankan mobilnya namun pak driver kembali turun untuk menemui Gus Sulthan. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menyapa Gus itu, Ia pun turun dari mobilnya dan menghampiri Sulthan yang sedang berjalan ke arahnya.

“Assalamualaikum Pak. “ Sapa Sulthan. Diulurkannya tangan untuk menjabat sang driver. Lalu segera menarik tangannya saat pak driver hendak mencium punggung tangannya.

“Gimana Pak, lancar tadi? “ Sulthan menepuk bahu sang driver.

“Lancar Gus. Maaf kalau totalnya banyak banget. Istri Gus pesannya banyak banget. “

“Nggak apa-apa Pak. Saya senang berarti dia mau menerima pemberian saya. “ Walau Sulthan tahu bahwa apa yang dilakukan Shofia sengaja untuk mengerjainya. Namun gadis itu tak tahu, bahkan seratus porsi pun ia sanggup bayar demi pujaan hatinya itu.

“Masa istri sendiri nggak mau menerima pemberian suami? Aneh Gus ini. Ohya ya, tadi mbaknya kan bilang kalau Gus bukan suaminya. “ Seloroh pak driver.

“Iya, dia bukan istri saya Pak. Tapi saya berharap suatu hari nanti dia akan jadi istri saya. Doakan saya ya pak. Agar gadis itu mau membuka hatinya untuk saya. “

“Pasti saya doain Gus. Gadis tadi cocok banget sama Gus. Mbak tadi cantik , gusnya ganteng. Baik lagi. Saya dikasih makanan loh tadi Gus. “ Sulthan tersenyum mendengar semua penuturan pak driver.

“Makasih pak. Saya masuk dulu ya. “ pamit Sulthan.

“Sama-sama Gus. Emm.. Gus, boleh minta foto?” Pinta Pak driver.

“Boleh Pak mari.. mari..”

***

Sudah setengah jam yang lalu keluarga kyai Harun datang. Di ruang tamu mereka kini tengah bercengkrama dengan kyai Yahya juga umi Salma. Kedatangan Sulthan membuat obrolan mereka terhenti dan menoleh ke arah di mana Sulthan tengah berjalan masuk.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang