31. The Day

707 46 5
                                    

Assalamualaikum ..
masih pengen lanjut gak nih??




Suasana Pondok pesantren Al-Hidayah begitu riuh. Warga di dalamnya begitu antusias menyambut perhelatan besar yang diselenggarakan yaitu pesta pernikahan Gus Sulthan dan Shofia. Harusnya akad nikah dilakukan di rumah Shofia. Namun mengingat Sulthan adalah tokoh publik yang begitu banyak dikenal orang, maka akad nikah juga pesta pernikahan diadakan di pesantren. Karena rumah Shofia tidak memungkinkan untuk menampung begitu banyaknya tamu undangan juga masyarakat umum yang begitu penasaran dengan prosesi pernikahan mereka.

Tampak aula yang biasanya dipakai untuk acara kajian rutin, diubah fungsinya sementara untuk tempat pelaminan Sulthan dan Shofia. Di tengah pelaminan terdapat kursi berwarna putih, juga background yang dipenuhi dengan bunga-bunga berwarna pastel. Dilengkapi dengan lampu bertebaran di sekitarnya yang memberikan kesan mewah menghiasi pelaminan mereka.

Di luar begitu banyak mobil terparkir juga masyarakat yang berjubel, bersabar menanti acara di mulai. Banyak wartawan yang mondar mandir sambil menenteng kameranya. Begitu juga dengan seluruh warga pesantren yang terlihat sibuk mengurus segala keperluan pesta.

Namun segala gegap gempita yang tercipta di luar sana sangat bertolak belakang dengan suasana gadis di sebuah ruangan di salah satu kamar ndalem. Gadis itu tampak tenang, Namun seperti memendam beban begitu berat di hatinya. Wajahnya tampak tak menunjukkan ekspresi apa pun, datar. Menatap cermin di hadapannya dengan tatapan sendu. Seorang penata rias tengah sibuk memulas wajahnya.

"Masya Allah, mba. Sampeyan nggak didempul aja udah cantik pake banget. Apalagi ini, speechless saya. Gus Sulthan bisa nggak kedip dua jam ini saking terpesonanya. " Seloroh Anggi , seorang MUA langganan pesantren yang dulu juga merias istri Gus Rafa seraya menebalkan alis. Ia takjub dengan hasil riasannya menampilkan wajah manglingi Shofia. Wajah Shofia sudah cantik alami, ditambah pulasan make up Anggi membuat kecantikannya naik berkali-kali lipat.

Hanya senyum getir yang sanggup Shofia suguhkan. Sejak ayahnya mengabarkan bahwa ia akan dipersunting Sulthan, ia merasa berjalan di atas angin. Terombang ambing tak tahu arah dan tujuan. Bagaimana bisa Gus yang selama ini sering mengerjainya, tiba-tiba meminangnya. Alif, nama yang ia harapkan akan tertulis beriringan dengan namanya dalam sebuah undangan pernikahan, mau tak mau harus ia hapus dalam ingatan.

Ia paham, kelak saat akad ditunaikan maka tubuh dan hatinya sudah menjadi milik Sulthan seutuhnya. Maka pupus sudah impiannya selama ini. Ia harus mengubur dalam-dalam rasa di dalam hatinya untuk Alif. Karena haram bagi seorang istri mencintai pria lain selain suaminya.


Beberapa hari sejak ia tahu dipersunting Gus itu, air matanya tak henti-hentinya terus bercucuran. Membasahi bantal tidurnya setiap malam. Dengan tetap mendirikan shalat di sepertiga malam ia berdoa pada sang maha penentu takdir, apakah manusia terpilih yang meminangnya adalah yang terbaik untuknya.

"Fi, bukankah manusia punya rencana dan harapan tapi tetap hanya Allah sang penentu segalanya? Kamu mencintai ustadz Alif, belum tentu dia yang terbaik untukmu. Sedang kamu membenci Gus Sulthan, mungkin justru beliaulah sebenar-benar jodohmu. "

Itu adalah kalimat Khodijah yang menjadikan kegalauan Shofia berkurang setelah shalat istikharah yang dilakukannya. Hingga ia sekarang mampu menahan air matanya agar tak tumpah. Walau dengan sekuat tenaga ia menahan segala kegelisahan dalam hatinya.

Tiba-tiba Khodijah masuk ke dalam ruangan di mana Shofia berada. Ia tampak membawa kotak berwarna hitam ditangannya. Sontak ia terpaku menatap bayangan Shofia di cermin.

"Masya Allah, pantes Gus kepincut sama kamu Fi. Cantiknya ruaaaaarrrr biazah. " Khodijah terpana dengan kecantikan Shofia dengan riasan pengantin di wajah ayunya. Gaun putih yang menempel di tubuhnya, serta segala perhiasan dan mahkota yang menghiasi kepalanya yang tampak berkilauan termasuk hijab yang menutup kepalanya, juga rangkaian melati yang menjuntai di sebelah kanan kepalanya terangkum dalam kata perfect.


Shofia hanya diam tak memberi tanggapan.

"Betul itu mbak. Setuju saya. Serasi banget sama Gus Sulthan yang gantengnya Masya Allah. " timpal Anggi.

"Tahu nggak Fi, apa yang lagi viral sekarang di sosmed. Semua pada post tagar hari potek nasional. Gus Sulthan sold out." Celoteh Khodijah seraya menatap pantulan wajah sahabatnya di cermin.

Hari potek nasional? Alih-alih menjadi orang yang paling bahagia karena dirinyalah yang bersanding dengan pria idaman para wanita itu, justru aku juga menjadi salah satu orang yang potek hatinya. Karena harus melupakan cintaku yang telah lama ada. Benak Shofia dengan netra berembun yang cepat-cepat ia seka dengan tissue di tangannya.

Menyadari Shofia yang sepertinya masih sedih dengan kenyataan yang harus dihadapinya sekarang, Khodijah mendekapnya dari samping, memeluknya dengan erat, dengan kepala saling bersentuhan. Ia sedih dengan keadaan sahabatnya itu. Mungkin jika dirinya yang berada di posisi Shofia ia akan berlaku sama. Dinikahi oleh orang yang tidak dicintai, sedang ia mencintai orang lain pasti merasakan patah hati yang sangat dalam.

"Ohya, ini ada kotak dari bang Aiman Fi. " ucap Khodijah seraya menyerahkan kotak itu pada Shofia.

Shofia menerima kotak itu dengan raut bingung lalu membukanya.


Di ambilnya sebuah kain kecil putih dari bahan satin yang berbahan sama dengan gaun pengantinnya. Terdapat tali di dua sisinya. Yang ternyata adalah sebuah niqob. Lalu memungut secarik kertas dengan tulisan tangan yang menyertainya.

Hidupku sekarang memang sudah tidak bisa lagi mengelak dari sorot lampu kamera. Maafkan aku sudah menyeretmu masuk ke dalamnya. Aku tidak bisa menjamin sosokmu tak tertangkap oleh kilatan cahaya itu. Tapi sebisa mungkin akan kuupayakan agar wajah ayumu tetap terjaga walau pun akan ada banyak pasang mata tertuju padamu. Maaf jika kamu merasa tak nyaman berada dalam hingar bingar duniaku.

Demi Allah,


Aku, Sulthan tak akan pernah sanggup menahan rasa cemburu jika wajahmu menjadi pusat tatapan laki-laki sehingga pujian meluncur begitu saja tatkala memandang wajahmu. Aku tak akan rela jika ada laki-laki yang mendambamu dalam diam. Aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika mereka menjadikanmu pemuas nafsu dalam khayalan mereka.



Maka dari itu, pakailah niqob ini dik. Demi kamu, juga demi diriku.



Sulthan Malik Arrayyan




Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang