Sofa empuk yang Sulthan duduki tak lagi terasa nyaman. Benda yang tertata rapi di atas panggung di sebuah gedung di mana kini ia tengah menjadi narasumber dalam sebuah seminar itu seolah mengeluarkan hawa panas hingga membuat dirinya tak tenang duduk di atasnya. Raut wajahnya berubah, awalnya ia begitu sumringah menyambut para audiens yang hadir dalam menyampaikan materi. Namun kini air mukanya menunjukkan kegelisahan yang teramat sangat. Suara merdu Humaira dalam menyampaikan kesimpulan materi yang gadis itu sampaikan hari ini, bagaikan dengungan lebah yang sulit ia tangkap tiap katanya. Bahkan ramainya audiens yang hadir tak lagi mampu menyatukan fokusnya.
Beberapa kali ia melihat jam yang melingkar di pergelangannya. Mengharap acara seminar segera berakhir agar ia segera dapat menghubungi istrinya. Yang ia yakini pasti sedang dilanda risau yang tentu amat mengganggu pikiran Shofia.
Kegelisahan yang mendera Gus tampan itu bermula dari sebuah pesan yang masuk beberapa saat setelah selesai memaparkan kesimpulan dari pembahasan dalam seminar hari ini. Sebuah pesan dari nomer tak dikenal yang mengirimkan sebuah tautan link yang menunjukkan berita viral tentang Shofia di sebuah akun sosial media. Betapa terkejutnya ia mendapati berita yang ia tahu pasti hanya sebuah fitnah belaka. Dia kalut, wajah istrinya terpampang begitu jelas di sana. Lebih sialnya lagi, video ujaran kebencian itu telah di like satu juta lebih penonton. Disertai berbagai komentar yang amat sangat pedas didengar. Tak bisa ia bayangkan bagaimana reaksi istrinya begitu membaca berbagai komentar sadis netizen untuknya.
Pendar mata Humaira meredup saat menemukan Sulthan sibuk sendiri dan mengabaikannya. Padahal hari ini adalah hari yang paling dinantikan, bagaimana ia melalui hari-harinya dengan bekerja keras mempersiapkan segalanya agar mampu tampil memukau di depan pria yang dicintainya. Gadis cantik berkacamata itu mampu merasakan bahwa ada yang tak beres dengan Sulthan. Pria itu tampak gundah dengan gawai di tangannya. Kening dan alisnya tampak berkerut seolah sedang dilanda kekhawatiran mendalam.
Bagaimana ia tidak sekalut ini, membayangkan betapa terpukulnya Shofia saat membaca berbagai komentar yang menyudutkan dirinya. Walau ia belum tahu duduk persoalan yang sebenarnya terjadi. Namun ia tahu, istrinya bukanlah wanita yang kasar. Meskipun selama ini bersikap dingin padanya, tapi ia yakin Shofia adalah wanita yang lembut terbukti dari kedekatannya dengan keluarga ndalem dan murid-muridnya. Dan ia akui sosok dirinya Gus yang dikenal banyak orang juga turut andil membuat berita itu menjadi viral. Membuat rasa bersalah tiba-tiba menyelimuti dadanya. Yang ada di pikirannya sekarang adalah bagaimana acara ini segera berakhir, agar ia dapat segera pulang dan menenangkan istrinya. Ia tak peduli lagi dengan janji kolaborasi dengan para mahasiswa di sana. Di pikirannya sekarang hanya ada wajah sedih Shofia.
Sial!
Menenangkan?
Sulthan jadi semakin frustasi, membayangkan keadaan istrinya sekarang. Bisa saja dia sedang didera overthinking berlebih yang mungkin membuatnya begitu kalut karena komentar-komentar tak berdasar dari mulut warganet.
Dan dirinya? Dirinya sekarang tidak ada di sisinya, walau hanya sekedar untuk memeluknya. Mengalirkan energi positif yang bisa menguatkan Shofia. Membawanya ke dalam ketenangan. Meyakinkan istri tercintanya bahwa ia tidak sendirian.
Berkali-kali ia melirik lingkaran angka yang melingkar di tangan kirinya. Wajahnya nampak resah, seolah stok sabar sedikit demi sedikit terkikis sejalan dengan kucuran peluh yang membasahi pelipisnya. Ia panik. Sungguh panik.
Menit demi menit terlewati dengan keresahan tak menentu. Akhirnya, acara itupun sampai di penghujungnya. Membuatnya tampak sedikit lega walau hanya untuk beberapa saat. Karena masih ada sesi foto-foto yang tak mungkin ia lewati. Walau pikirannya sudah terpecah-belah tak karuan. Gus itu tetap menjalani sesi foto dengan sebaik yang ia bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomanceKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...