15. Nggak ngefans

754 49 0
                                    


Sulthan baru saja mengantar kyai Harun dan ayahnya berkeliling. Lalu meninggalkan mereka berdua di aula tempat diadakannya pengajian rutin setiap Ahad siang. Kebetulan siang ini giliran Gus Raffa yang mengisi. Karena ada hal yang harus ia lakukan, ia pun bertolak ke ndalem.

Di tengah perjalanan saat ia akan kembali ke ndalem, ia melihat dua gadis tengah duduk di taman. Lamat-lamat ia mendengar apa yang sedang dibicarakan mereka. Terdengar namanya disebut di sela-sela obrolan. Membuatnya tergoda untuk mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Jadi kamu nggak ngefans sama aku ya Shofia?

Benaknya terus mengomel kesal setelah mendengar pengakuan gadis itu.

Kita liat aja nanti, sampai kapan kamu akan bilang kalau kamu nggak ngefans sama aku.

Tatapannya lurus ke depan dan bibirnya menyeringai.

***

Jam makan siang pun tiba. Keluarga kyai Yahya dan kyai Harun berkumpul bersama di meja makan panjang yang dikelilingi delapan kursi. Kyai Yahya di ujung meja, dan yang lainnya menyebar di sisi-sisi meja yang lain. Kyai Harun duduk bersisian dengan istri juga putrinya Humaira. Sedang Salma duduk bersisian dengan Sulthan. Sulthan menghadap kyai Harun, dan Salma berhadapan dengan Nyai Aisyah. Sedang Humaira berhadapan dengan kursi kosong.

“Ngomong-ngomong calon zaujah sudah ada Gus?” Tanya kyai Harun.

“Insya Allah kyai.” Jawab Sulthan seraya menunduk hormat.

Abah Yahya dan umi Salma saling lempar pandang.

“Maksudnya insya Allah? Sudah ada? Atau insya Allah lagi nyari?” Tanya kyai Harun lagi.

“Bukankah jodoh kita sudah ditentukan Allah bahkan sebelum kita lahir kyai? Jadi insya Allah sudah ada. Tinggal menunggu waktunya saja. “

“Ooooh.. “ kyai Harun, umi Aisyah dan Humaira bernafas lega. Begitu juga dengan Abah Yahya dan umi Salma, mereka menghela nafas panjang. Karena kekhawatirannya lolos sudah.

“Kira-kira apa kriteria khusus yang bisa menarik hati Gus? “ Tanya umi Aisyah.

“Saya nggak bisa mematok harus seperti ini atau harus pinter itu nyai, karena saya sendiri juga nggak sempurna. Tapi sejauh ini saya suka dengan perempuan yang pinter memasak. “ Tandas Sulthan dengan intonasi selembut mungkin. Jawaban Sulthan membuat umi Salma mengernyit. Apa ada wanita yang pintar memasak yang sekarang tengah anaknya sukai?

“Wah pas kalau begitu, kapan-kapan kita undang Gus sama Abah Yahya ke rumah. Biar bisa merasakan masakan Humaira. Ya Bah?” Sahut umi Aisyah dengan wajah berbinar.

Makan siang yang mendebarkan bagi Humaira. Namun menegangkan bagi Sulthan. Bagaimana ia bisa menghindar dari rencana perjodohan ini?

***

“Kamu kan habis nemenin Ning Humaira keliling pesantren ta Fi, pandangan kamu gimana tentang Ning Humaira ?” Tanya Khodijah seraya menyantap makan siangnya di kamar bersama Shofia.

Netranya menerawang seraya tersenyum.

“Ning itu udah cantik, pinter, dia juga lucu Di. Apalagi lesung pipinya? Bikin Kaum Adam kepincut. “ Urai Shofia, tangannya sibuk memisahkan duri dari ikan goreng di piringnya.

“Lesung pipi? Kaya Gus Sulthan dong?” Timpal Khodijah.

“Oh iya ta? Aku nggak pernah perhatiin.”

“Ya iya, orang di matamu Cuma ada ustadz Alif. “ Gerutu Khodijah.

Shofia hanya tersenyum simpul, selalu dan selalu nama Alif selalu mampu membuatnya tersipu.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang