13. Niat baik

718 47 0
                                    

"Ayo pulang. " Seru Sulthan.

"Hah, apa Gus?" Tanya Khodijah. Suasana jalan di depan pasar begitu ramai kendaraan berlalu lalang membuat suara Sulthan terdengar hilang timbul.

" Ayo pulang! Udah selesai kan belanjanya?" tukas Sulthan lagi seraya menatap dan menunjuk keranjang belanjaan yang dibawa Shofia dan Khodijah.

" Ya udah Di, sana pulang. Kesempatan tuh. " seloroh Shofia.

"Kok aku Fi. Yang dimaksud Gus itu kamu. Dia ngajak kamu pulang bareng. Biar aku naik angkot. " Tolak Khodijah.

"Bukannya kamu pengen cepet pulang, sana mumpung ada yang nawarin tumpangan, biar aku yang naik angkot. " Perintah shofia.

"Kapan lagi diboncengin bias." Bisik Shofia.

"Ayo Fi. " Ucap Sulthan.

"Saya Gus? " Balas Shofia dengan menunjuk wajahnya sendiri.

"Iya kamu, biar Khodijah naik angkot. Nggak apa-apa kan Di?" timpal Sulthan santai.

"Iya Gus. Sans aja.." Sahut Khodijah santai seraya mengacungkan ibu jarinya.

"Maaf Gus, bukannya menolak niat baik sampeyan. Tapi semahal apapun motor sampeyan ini saya nggak akan pernah naik motor ini. Gak kebayang cara naiknya gimana, duduknya gimana. Lagian, tega banget kalau saya ninggalin Khodijah naik angkot sendiri. Maaf Gus. Silahkan Gus melanjutkan perjalanan dengan aman dan damai. Kita udah biasa kok panas-panasan begini." Jawab Shofia tegas.

Tampak Sulthan mengambil gawainya dan jarinya sibuk berselancar di atasnya entah aplikasi apa yang ia ketuk. Setelah selesai berkutat sebentar dengan gawainya, ia kembali menyimpannya di saku jaket yang ia kenakan.

"Bercanda kok Fi. Serius amat. Lagian ngapain boncengin cewek judes kaya kamu. Bisa mogok motor saya ini. " Ejek Sulthan.

Shofia mendengus dengan bibir mencebik.

"Tuh, di belakang mobil grape udah nungguin. Masuk gih sana. Nanti kulit yang udah item tambah gosong lagi." Sudah tentu itu hanya godaan Sulthan. Siapapun yang melihat Shofia, tahu kalau gadis itu memiliki kulit yang terang. Seterang cahaya matahari siang ini. Ea..ea.. . Sontak wajah Shofia dan Khodijah berpaling ke arah yang ditunjuk sulthan. Dan benar, sudah ada mobil Avanza hitam dengan driver yang turun dan membukakan pintu.

"Ya sudah, saya jalan ya. Oh ya Fi, bonceng sayanya nanti aja kalau sudah halal. " Goda Sulthan, tak ketinggalan senyum jahilnya yang ditanggapi wajah malas Shofia. Shofia dan Khodijah berjalan menuju mobil tumpangan yang sudah dipesan oleh Sulthan.

Sedang pria itu diserbu massa yang ingin foto dengannya yang sudah menunggunya sedari tadi. Aktivitasnya sebagai konten kreator da'wah dan sering diundang colabs dengan youtuber lain membuatnya tak bisa menolak konsekuensi kalau dia kini telah diidolakan banyak orang. Tampak dari kejauhan ia melayani satu persatu penggemarnya untuk berfoto. Hingga dirasa cukup, ia pun pamit mundur.

Pria bertubuh atletis itu berjalan mendekati motornya dan duduk di atasnya. Setelahnya ia pakai helm dan menstarter motornya. Mengabaikan semua tatapan takjub para pengunjung pasar yang berlalu lalang di jalan. Deru motor terdengar seiring menghilangnya motor milik Gus tampan itu.
Motor berwarna hitam itu melesat membawa pemiliknya beserta senyum yang tak luntur dari wajahnya yang tertutup Helm full facenya.

"Maaf Gus, bukannya menolak niat baik sampeyan. Tapi semahal apapun motor sampeyan ini, saya nggak akan pernah mau naik motor ini. Gak kebayang cara naiknya gimana, duduknya gimana. Lagian, tega banget kalau saya ninggalin Khodijah naik angkot sendiri. Maaf Gus. Silahkan Gus melanjutkan perjalanan dengan aman dan damai. Kita udah biasa kok Panas-panasan gini."

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang