49. Sleepcall ?

873 36 8
                                    

Jaga giginya ya, jangan sampai kering karena keseringan nyengir di bab ini. Wkwkwkwk

Beberapa saat setelah membuka pesan dari Khodijah yang memuat foto Shofia yang masih terjaga, tak pikir panjang Sulthan langsung mendial nomer istrinya.

Dering telepon terdengar saat Shofia asyik menikmati cahaya putih yang bersinar dari bulatnya bulan purnama seraya duduk di serambi depan kamar yang dulu ia tinggali bersama Khodijah.

Malam ini ia memutuskan untuk tidur bersama sahabatnya itu. Entah kenapa, sejak Sulthan tak di sampingnya, begitu malam menjelang, suasana sepi begitu kental menyelimuti setiap sudut ruang tidurnya. Ruangan yang biasa begitu familiar dengan wangi tubuh suaminya, yang tak pernah absen menemaninya di setiap hembusan nafasnya saat menjelang tidur. Juga usapan jemarinya di puncak kepala saat ia belum benar-benar terlelap, dan lantunan ayat-ayat suci dari bibir pria itu yang dapat ia dengar saat mendekati penghujung sepertiga malam, sampai waktu subuh menjelang. Selama ini ia menganggapnya biasa saja, baru terasa saat suaminya benar-benar tak ada di depan mata.

"Assalamualaikum.. dek, " Sapa Sulthan mengawali percakapan lewat video call pada Shofia. Seperti biasa senyum merekah dengan lesung pipi yang menyertai selalu ia tonjolkan kala berhadapan dengan batu batanya. Segala sikap jutek wanita itu seakan tak menjadi masalah baginya. Bisa memandang wajah istri cantiknya itu, adalah salah satu hal menyenangkan dari apapun yang bisa membuat senyumnya tak pernah luntur.

"Waalaikumussalam mas.. " Balas Shofia dengan raut tegang yang sulit ia sembunyikan. Jujur sampai detik ini ia tak mampu mengusir rasa canggung jika berhadapan dengan Sulthan. Bahkan ia memutuskan untuk mengangkat panggilan suaminya itu setelah beberapa kali berhenti berdering. Namun pria yang tengah berada di negeri jauh sana seolah tak mampu lagi menahan rindunya, hingga ia tak kenal menyerah untuk bisa tersambung dengan wanita kesayangannya. Juga provokasi Khodijah yang terus digempur habis-habisan agar telepon Gus favoritnya itu segera diangkat.

Dosa loh Fi, mengabaikan suami. Cepetan angkat. Kalau nggak, jangan nangis ya kalau nanti aku nrabas jalur langit buat nikung kamu demi dapetin Gus. Ancam Khodijah.

"Belum tidur dek? Mikirin apa sih, heum?" Entah terbuat dari apa hati Gus viral itu, setiap kali memandang wajah Shofia yang seakan malas senyum itu, mata pria itu selalu dipenuhi tatapan memuja dan binar mata bahagia. Dan selalu sukses membuat Shofia tertunduk, tak mampu menatap manik legam penuh wibawa di hadapannya.

"Nggak mikirin apa-apa kok mas. Cuma liat bulan penuh, cantik. " Jawab Shofia tangannya bergerak mengarahkan kamera ke atas demi menunjukkan bulan kepada suaminya.

"Kayaknya yang dilihatin nggak lebih cantik dari yang nglihatin deh. " Tukas Sulthan, mulai lagi sesi gombal-menggombal. Shofia yang tak berani menatap makhluk tampan di hadapannya itu kontan melirik, dan mendapati senyum tengil di layar. Senyum yang bisa membius para kaum hawa, tapi sayangnya tak berlaku untuk Shofia. Hatinya bagaikan dikepung dinding kokoh, hingga Sulthan mengalami kesulitan dalam menaklukkannya.

"Beneran nggak mikirin apa-apa? Nggak mikirin mas sedikitpun?" Tanyanya. Seperti biasa, pertanyaan mematikan yang selalu ditanggapi kikuk oleh Shofia.

"Kasihan bulannya dek, jangan diliatin gitu. "

"Kenapa kasihan mas?"

"Nanti dia insecure, dilihatin makhluk terindah dari bumi. "

Blush..

Shofia refleks mendongakkan handphone di tangannya, hingga langit-langit teras kamarnya yang tampak di layar. Ia butuh waktu untuk menetralkan warna di wajahnya.

"Dek, .. kamu masih di situ ?"

"Nggeh mas,.. " balasnya masih dengan langit-langit kamar yang terlihat.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang