Di penghujung malam, saat banyak pasang mata masih rapat terkatup, merebah lelap di atas empuknya tempat tidur, dua sejoli tampak khusyuk menjalin komunikasi dengan sang maha pemberi kehidupan. Seperti malam-malam sebelumnya, Sulthan dan Shofia terjaga dari tidurnya untuk menunaikan shalat di sepertiga malam.
"Assalamualaikum warahmatullah.." terdengar salam tanda shalat telah berakhir.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْم الَّذِي لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ إِلَيْه
أسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيْم لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِأصْحَابِ الحُقُوْقِ الوَاجِبَاتِ عَليّ وَلِجَمِيْعِ الِمُؤمِنِيْنَ وَالمُؤمِنَاتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأحْيَا ءِ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتْ
Di tengah dzikir yang ia baca dengan suaminya, pikiran Shofia melayang bergulat dengan segala prasangka yang berputar-putar di otaknya. Seminggu sudah usia pernikahannya. Namun Sulthan tak sedikitpun meminta haknya sebagai suami. Ternyata dia serius dengan janjinya bahwa ia akan bersabar menunggu cinta untuk Sulthan benar-benar hadir di hatinya.
Jujur Shofia merasa lega, karena baginya malam pertama akan menjadi ritual menyenangkan saat dilakukan dengan orang yang benar-benar kita cintai. Seandainya Sulthan menginginkannya sekarang, Shofia tidak yakin jika ia akan melakukannya dengan suka rela dan penuh sukacita. Apalagi proses pernikahan yang ia jalani begitu cepat dan sangat terburu-buru. Ditambah lagi, keadaan hatinya yang belum sepenuhnya melupakan Alif. Jadi untuk menyingkirkan nama Alif dan membuka hatinya untuk Sulthan jelas ia butuh waktu.
"Menikah adalah menyempurnakan separuh agama. Jadi kalau memang sudah ada calon yang baik maka sebaiknya disegerakan. Usia Sulthan sudah cukup untuk membangun biduk rumah tangga. Dan Shofia, sudah kami anggap seperti anak kami sendiri. Kesehariannya kami sudah tahu seperti apa dan bagaimana. Lagipula, jika mengingat pergaulan Sulthan yang sangat luas, menikah adalah salah satu cara untuk menghindari fitnah dan menjaga pandangan dari hal-hal yang haram untuknya. Jadi mau nunggu apalagi?"
Itulah alasan Abah mengapa mempercepat pernikahan antara dirinya dengan Gus idaman banyak wanita itu. Bahkan Abah mengcover semua biaya pernikahan yang mungkin menjadi beban pikiran ayah Shofia waktu itu. Mungkin keluarga Yahya memang sudah mempersiapkan segalanya sejak Sulthan dijodohkan dengan Humaira. Begitu lamaran diterima, segalanya dipersiapkan dengan cepat.
Sebagai orang yang paham tentang hak dan kewajiban dalam pernikahan, ia tahu betul, adanya cinta atau tidak, tidak bisa dijadikan alasan bagi seorang istri untuk tidak melayani suami.
Tapi, bukankah dia sendiri yang berjanji akan menunggu?
Bukankah di malam pertama Shofia sudah menawarkan diri? Dan dia sendiri yang menolaknya? Gus resek itu dengan kesadaran penuh mengatakan bahwa dia akan bersabar? Jadi, bukan semata-mata salah Shofia kan?
Haruskah ia menawarkannya lagi? Malu lah. Lagian enak aja, kenapa nggak ia jadikan kesempatan ini untuk balas dendam atas perlakuannya selama ini pada dirinya? Perlakuan menyebalkan yang selama ini membuatnya meradang.
Pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam benaknya. Lama dia terpaku dengan segala kekacauan di dalam kepalanya.
"Dik..!"
Terdengar suara berat nan lembut dari pria berpeci hitam dengan tasbih di tangannya memecah lamunan Sofia.
"Ya?" Sofia tergeragap.
"Ya dalem Gus.." akhirnya setelah beberapa kali dipanggil namanya, ada sahutan dari sang pemilik nama.
"Gus ??" Protes Sulthan dengan suara pelan namun terdengar mengintimidasi. Tak terima istrinya masih saja memanggilnya gus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomanceKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...