40. Perih

944 29 2
                                    

Udah siap dengan huru-hara ?? 😆😆

Seorang gadis cantik berkacamata menatap sebuah layar ponsel dengan ekspresi datar. Dari kedua sudut matanya yang tampak sendu mulai menyembulkan butiran air yang siap mengalir. Dadanya naik turun menahan rasa sesak yang tiba-tiba menyerang. Di layar, ia bisa melihat bagaimana Sulthan mendekap Shofia dengan penuh cinta, dari raut wajah pria itu tergambar rasa khawatir yang begitu mencolok seakan tak ingin istri terkasihnya itu lepas dari rengkuhannya.

Sebuah video singkat yang beredar di media sosial, tengah viral di khalayak ramai. Beberapa mbak santri abdi ndalem tengah ramai membicarakannya. Membuatnya penasaran dan akhirnya mencari tahu. Mereka ramai-ramai memuji-muji aksi Sulthan.

"Ah, baper."

"Ah, so sweet banget si. "

"Masya Allah. "

"Gus, Gus, bisa nggak ya dapet suami spek Gus Sulthan. "

"Emang boleh segemoy itu?"

Itulah kalimat-kalimat pujian yang meluncur begitu ringannya dari mulut mereka.

Ingatan pada beberapa bulan yang lalu saat Gus tampan itu menolak dijodohkan dengannya menambah sayatan luka kian dalam di hatinya. Tak bisa ia pungkiri, bahwa Gus yang tersohor karena parasnya yang rupawan itu masih menduduki hatinya yang kini terluka sejak tahu kalau Sulthan menolak disandingkan dengannya. Selama itu pula, ia selalu bertanya-tanya apa yang membuat Sulthan tak bisa menerimanya. Mengapa laki-laki itu justru memilih perempuan yang tidak menyukainya. Dan menolak cintanya yang begitu besar padanya. Banyak kyai besar dari beberapa pondok pesantren datang dengan tujuan melamarnya untuk putra mereka, tapi dia lebih memilih Sulthan. Karena rasa cintanya yang sudah tak bisa dibendung lagi.

Shofia..

Perempuan itu, perempuan yang begitu yakin bahwa Sulthan adalah jodoh yang tepat yang dikirim Tuhan untuknya. Status sosial dan keelokan wajah yang mereka miliki menjadi perpaduan yang sempurna jika mereka hidup berdampingan menjadi sepasang suami istri. Sulthan yang berpendidikan tinggi dan dicintai masyarakat, dan dirinya yang begitu getol menyuarakan nilai-nilai sosial kemanusiaan dan religius dalam organisasi-organisasi yang ia ikuti.

Bukankah mereka akan menjadi partner yang hebat nantinya jika mereka bersatu ? Tapi, ternyata apa yang dibayangkannya tak sejalan dengan hati pria pujaannya. Pria itu lebih memilih cintanya daripada memilih wanita yang mungkin lebih sebanding dengannya. Apakah ia terlampau sombong hingga menganggap Shofia tak sebanding dengan Sulthan? Bukankah perempuan itu sendiri yang mengatakan bahwasannya seorang Gus sudah sepatutnya hidup berdampingan dengan seorang Ning? Putra putri penerus pondok pesantren?

Shofia..

Dibalik kesederhanaannya, ia akui ada kecantikan yang terpancar walau tak begitu mencolok, karena tersamarkan oleh penampilannya yang selalu bersahaja. Mata coklatnya yang bersinar lembut namun menyimpan ketegasan, pastinya begitu mempesona kaum Adam yang menyaksikannya. Sikap santunnya padanya menunjukkan bagaimana ia begitu tawadhu, mampu menempatkan diri dengan siapa ia sedang berbicara.

Shofia..

Gadis yang begitu menyenangkan. Celotehnya mampu membuat siapapun seolah menemukan teman baru saat bertemu dengannya. Membuat dirinya mudah percaya pada wanita yang ternyata adalah rivalnya. Dalam sehari wanita itu mampu mendapatkan kepercayaan darinya. Tapi mengapa ia menikam dari belakang seperti ini? Waktu itu, ia terlihat tak sedikitpun berminat pada Gus yang tengah viral karena gaya dakwahnya yang disukai oleh kaum milenial dan gen z itu. Dan kenyataannya, kini gadis itu justru yang mengambil alih tempat yang seharusnya ia tempati.

Masih adakah kesempatan baginya, mendapatkan sedikit saja ruang di hati Gus itu? Karena ternyata menahan gejolak hati yang semakin membesar di setiap pergantian siang dan malam yang dilaluinya begitu membuatnya seakan kesulitan bernafas. Apalagi dipaksa menerima kenyataan bahwa sang pujaan, telah memiliki kekasih hatinya sendiri.

Tak apa jika bukan menjadi yang pertama dan satu-satunya asal aku bisa membersamai dan menatap wajahnya dalam menjalani hari-hariku yang rapuh ini.

Ya Allah, aku tak berdosa kan jika aku meminta sebagian kecil hati laki-laki yang telah dimiliki orang lain ?

Bukankah Engkau mengizinkannya, asal hamba-Mu mampu bersikap adil?

***

"Arrrrggggh... Gemes .. gemes.. gemes.. " Terdengar pekikan beberapa santriwati di sebuah kantin di mana Khodijah sedang berada.

"Heh, heh, ada apa sih rame bener.." Tanya Khodijah penasaran.

"Ini loh mbak Di, anak-anak lagi liat sosmed Gus di Jakarta. " Jawab Bu kantin.

"Emang ada apa sih kok sampe segitunya. " Khodijah yang penasaran pun mengambil gawainya di kantong bajunya. Mengetuk aplikasi bergambar not lagu dengan background warna hitam di layar ponselnya.

"Mau lihat istri saya? Jangan.. istri saya itu pemalu Bu. Istri saya takut sama kamera. Kalau bukan kepentingan yang sangat mendesak biarkan dia di belakang layar saja. Biar saya saja yang tampil di depan ibu-ibu. Kalau istri saya diperlihatkan takutnya nanti bapak-bapak lupa sama istrinya di rumah. "

"Gimana? " Sahut Sulthan berusaha menangkap apa yang dikatakan ibu-ibu yang hadir.

"Cantik nggak?" Ucapnya mengulangi pertanyaan yang mereka lontarkan.

"Yang jelas hatinya cantik Bu. Alhamdulillahnya wajahnya juga secantik hatinya. Makanya saya jatuh cinta sama istri saya ini. Itulah kenapa saya umpetin dia. Saya nggak rela kecantikannya dinikmati banyak orang. Cukup saya aja suaminya. "

Video itu memperlihatkan bagaimana Sulthan menanggapi permintaan jama'ah yang hadir, yang ingin melihat istri Gus viral itu. Mereka dibuat penasaran bagaimana rupa sebenarnya gadis yang sangat beruntung bisa mendapatkan Gus tampan nan shalih itu.

Sejak berita pernikahan Sulthan tersebar, tak ada satu pun foto wajah Shofia beredar. Foto tanpa niqob yang memperlihatkan wajahnya secara jelas. Bahkan akun Ig Sulthan pun tak memuat satupun foto bersama istrinya. Hanya foto dua buku nikah berjejer yang ia post sehari setelah akad nikah. Dengan caption,

"Alhamdulillah, hati yang kosong sudah terisi. Buku ini menjadi bukti bahwa saya sudah nggak jomblo lagi. Jadi, jangan tanya lagi, 'kapan nikah?'
'kapan halalin saya Gus?'
'sama saya aja Gus?'
Apalagi 'jadiin saya yang kedua gus'
Karena saya hanya menginginkan satu bidadari dalam hidup saya.

***

"Hallo assalamualaikum, Halida."

"..."

"Masya Allah, mau lah. Aku juga kangen banget. Udah lama nggak ketemu. "

"..."

"Okay, "

"... "

"Waalaikumussalam.."

Gadis pemilik wajah sembab karena airmata yang membasahi pipinya kini tersenyum. Sebuah telepon dari sahabatnya, Halida yang tak lain adalah istri Gus Raffa, seolah membawa angin segar untuknya. Kerinduannya pada pria yang sangat dicintainya seolah menemukan jalan untuk mendapatkan penawarnya.

Halida mengundangnya menghadiri acara ulang tahun Athar, anaknya bersama para sahabatnya. Humaira adalah sahabatnya kala masih mengenyam pendidikan SMP di pondok pesantren yang sama. Mereka sangat dekat, hingga Halida adalah orang pertama yang menyambut baik kabar perjodohannya dengan Sulthan waktu itu. Dua orang sahabat menjadi menantu dalam satu keluarga yang sama, akan menjadi hal yang sangat menyenangkan. Namun, saat tahu Sulthan menolak sahabatnya itu, Halida pun tak mampu berbuat apa-apa. Karena segala sesuatunya, Allah lah pemegang kendalinya.

***

Aduh, maaf ya. Kalau makin ngawur ceritanya..🤪🤪

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang