"Ke alun-alun yuk dik."
"Aku masih ada kerjaan mas. Harus ngasih nilai tugas anak-anak. Besok mau aku bagi." Tolak Shofia halus. Sudah beberapa hari dia telah kembali mengajar.
"Ya udah sini aku bantuin biar cepet kelar. " Sulthan mendekat, mengambil beberapa lembar kertas yang menumpuk di atas meja Shofia.
"Bisa emangnya?" Gerak pena yang Shofia pegang pun terhenti. Demi mendengar jawaban suaminya.
"Bisa lah, bukan cuma bahasa arab, bahasanya ratu Elizabeth juga little-little i can. " Jawabnya dengan tampang tengilnya. Shofia pun pasrah, membiarkannya ikut membantu memberi nilai.
Di tengah aksinya menekuri lembar demi lembar soal di tangannya, tiba-tiba sulthan bertanya sesuatu yang aneh. Alisnya yang menukik dan tatapan tajam tercetak jelas di wajahnya.
"Siapa Alfan?"
"Ya muridku lah mas."
"Kelas berapa?"
"Kelas 3."
"Ganteng?" tanya Sulthan penasaran.
Shofia mengernyit. Apa maksud pertanyaan suaminya itu.
"Ganteng?" Ulangnya.
"Harus dijawab?"
"Harus."
"Emang kenapa sih mas?"
"Ganteng nggak?" Tanyanya lagi. Shofia bingung, Sulthan tampak sangat butuh jawaban.
"Ya, dia sih populer di kalangan santri cewek. Kenapa sih ? Ada yang salah?" Jawab Shofia.
"Ganteng mana sama aku?"
"Lah."
"Jawab dik. Ganteng siapa?" Nadanya menurun, menampakkan frustasi di wajahnya.
"Ganteng Alfan lah." Shofia iseng menggoda suaminya.
Sulthan memberengut.
"Ganteng Alfan dikit, masih banyakan mas Sulthan kok." Canda Shofia yang ternyata tak bisa mengusir rasa kesal yang terlanjur bercokol di hati pria yang keadaannya tak sesantai penampilannya sekarang, yang hanya mengenakan kaos oblong putih dan sarung goyor birunya itu.
"Udah kamu nilai sendiri aja. Aku udah gak mood. Mau ngopi sama mas Raffa. " Pria itu berdiri, mengambil baju Koko navynya di stand hanger, lalu memakainya. Kemudian meninggalkan kertas-kertas tugas murid Shofia begitu saja.
"Masih gantengan mas Sulthan ke mana-mana. Gantengnya mas Sulthan nggak ada duanya. " Harusnya kamu jawab gitu dik. Tak apa lah kalau cuma sekedar menghibur. Paling nggak jangan bilang ganteng buat oranglain di depan suamimu ini. Dalam hati, Sulthan menggerutu.
"HM, tadi nawarin bantuan, ujung-ujungnya ditinggalin juga."
Shofia benar-benar dibuat bingung. Ada apa dengan Alfan?
Ia mengambil kertas yang tadi dinilai suaminya. Dilihatnya, lalu tawa kecil menyembur,
My sun is now covered by gray clouds,
Until I can no longer see the light,
My heart is torn into pieces, to find the dark sky covering you,
Should I smile, while my heart is broken,
Seeing him standing next to you instead of me.(Mentariku kini tertutup awan kelabu,
Hingga terangnya tak lagi mampu kulihat,
Hatiku terkoyak berkeping-keping, mendapati langit gelap menyelimutimu,
Haruskah aku tersenyum, sementara hatiku pilu,
Melihat dirinya berdiri di sampingmu, bukannya diriku. )
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomansaKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...