64. Kelimpungan

512 20 3
                                    

Shofia dibuat kelimpungan oleh sorot mata yang tak ada jeda berpusat padanya sejak keduanya mendudukkan diri di dalam gerbong yang sudah hampir dua puluh menit yang lalu meninggalkan stasiun. Dengan posisi duduk berhadapan di samping jendela, legamnya netra elang pria di hadapannya seolah tak memberikannya kesempatan untuk menggerakkan sedikit bagian tubuhnya bahkan seujung jari kelingkingnya sekalipun.

Dan tanpa wanita itu ketahui, berkali-kali pemilik tatapan laser itu berusaha keras agar tak tertawa, menahan rasa geli melihat istri cantiknya itu, yang tampak kebingungan mencari cara melenyapkan rasa canggung yang tergambar dari gerakan tak beraturan yang dibuatnya. Karena mendapati suasana senyap di antara keduanya juga tatapan intens darinya. Beberapa kali wanita itu melakukan gerakan-gerakan unfaedah yang sebetulnya tak perlu ia lakukan. Seperti membenahi kerudung atau niqab yang ia pakai seolah berubah posisi padahal semuanya tampak baik-baik saja.

Kini, sepertinya Shofia sudah kehilangan kesabaran. Ia harus memecah kesunyian dan kecanggungan yang terjadi. Atau ia akan mendapati perjalanan yang menjadikannya layaknya tawanan dalam pengawasan polisi yang tak akan membiarkannya berkutik sedikitpun.

"Mas!"

"Ya?"

"Mas tahu nggak, beberapa orang melakukan perjalanan dengan kereta nggak melulu punya tujuan tertentu. Mereka sengaja melakukan trip hanya untuk menikmati pemandangan yang bisa mereka nikmati dari jendela kereta. Mereka menyebutnya sebagai 'healing'. Dan mereka sengaja memesan kursi yang dekat dengan jendela. Begitu pula dengan njenengan, saya yakin mas juga punya maksud yang sama dengan mereka. Agar mas bisa duduk di kursi dekat jendela seperti sekarang ini. Dengan begitu mas bisa menikmati indahnya pemandangan yang tidak kita dapatkan saat naik mobil ataupun bus sekalipun.

Tapi, apa yang saya lihat, dari tadi sepertinya mas telah menyia-nyiakan kesempatan itu. "

"Kesempatan apa dik?"

"Kesempatan menikmati pemandangan indah di balik jendela yang ada di samping mas. "

"Bagaimana mas bisa menikmati pemandangan indah di balik jendela, kalau di depan mas ada pemandangan yang jauh lebih indah. Dan kamu tahu? Pemandangan di hadapan mas ibarat kutub utara sebuah magnet. Dan mas adalah kutub selatan. Jadi, gimana caranya mas bisa menolak dan mengabaikannya, sedangkan daya tariknya teramat kuat? " ujar Sulthan santai dengan tatapan terhunus lurus pada wanita yang semakin kehilangan fokusnya karena mati kutu. Dalam diam Shofia berusaha meredam rasa gugup dengan membuang pandang ke arah jendela.

Sial!

Kena kau Shofia. Sekarang apa yang bisa menyelamatkanmu dari gombalan maut Gus tengil ini?

Sulthan tampak mengulas senyum mengikuti arah pandang Shofia. Pemandangan yang seolah tampak bergerak mundur dari posisi duduknya. Hijaunya pepohonan dan rimbunnya padi di tanah yang berundak, lalu gunung-gunung yang tampak biru keabuan sejauh yang mampu mata mereka lihat. Lukisan hijau yang dipayungi langit biru dengan awan-awan berarak dan bergelantungan dengan indahnya. Pemandangan yang tersuguh di hadapannya membuat suatu ide tiba-tiba tercetus di benaknya.

"Hm, Dik.. ternyata benar ya, melihat pemandangan alam bisa kita jadikan kesempatan buat healing. Dan semua yang mas lihat sekarang ini, ada gunung, awan, langit, burung-burung mengingatkan mas pada ayat-ayat Al-Qur'an yang menyebutkan fenomena alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah. Sekarang bantu mas terjemahkan dan menyebutkan Qur'an surat apa dan ayat berapa ya, setelah mas baca ayatnya. Bisa?" Ucap Sulthan setelah memindai apa yang tergambar di sebalik kaca jendela.

Shofia tampak menyatukan alis. Bingung.

"Mas baca ayat, kamu coba tebak surat dan ayat berapa lalu terjemahkan ya. " Ulang Sulthan.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang