9. Bebas

760 51 0
                                    

Kembali ke masa kini.

Seminggu berlalu, sejak kejadian Shofia pingsan di studio Sulthan. Sudah seminggu pula Sulthan tak berinteraksi dengan gadis itu. Selama seminggu ini, Sulthan membebaskan Shofia dari segala perintahnya. Membuat Shofia berada di atas angin. Geraknya begitu ringan. Seringan tisu. Walaupun usil, Sulthan tetap merasa tak tega melihat gadis itu sakit.

"Habis ngajar kita ngebakso yuk Di. Di warung yang baru buka itu. Katanya enak loh baksonya." Ajak Shofia pada Khodijah saat menuju ruang kelas untuk mengajar.

"Aku yang traktir deh." Lanjut Shofia.

"Kayaknya kamu lagi seneng banget Vi." Sahut Khodijah dengan kening berkerut.

"Iya aku senaaang banget. Seminggu Gus Sulthan pergi ke luar kota. Aku bebas.. bebaaaas." Shofia merentangkan kedua tangannya dan memutarkan badannya. Lalu melompat kecil. Seperti anak kecil yang girang dibelikan mainan oleh ibunya.

Khodijah menganga. Dia tak menyangka kepergian Gus Sulthan benar-benar membuat Shofia begitu senang. Tingkahnya yang begitu riang membuktikan bahwa selama ini apa yang dilakukan Gus itu pada Shofia sangat membuat ia tertekan.

Euphoria Shofia sontak terhenti. Setelah dirinya mendapati keberadaan Ustadz Alif yang tengah berjalan mendekat pada mereka menuju ruang kelas di mana ia akan mengajar.

Mata Shofia tak bisa lepas untuk curi-curi pandang pada sosok laki-laki yang selama ini menjadi sosok yang mengagumkan di matanya. Wajahnya yang teduh, tindak tanduknya yang begitu sopan. Satu lagi, yang membuatnya begitu mengagumi Ustadz tampan itu, walau masih lebih tampan Sulthan dibandingkan dengan ustadz itu. Ia selalu menundukkan pandangan pada lawan jenisnya yang jelas-jelas bukan mahramnya. Sangat bertolak belakang dengan Gus Sulthan yang selalu tampak tebar pesona kepada semua orang.

Ia tampak berwibawa dengan pembawaannya yang kalem dan kharismanya yang tak terbantahkan.

"Assalamualaikum.." sapa Ustadz Alif begitu berpapasan dengan Shofia dan Khodijah kemudian berlalu pergi setelah keduanya menjawab salamnya.

Beberapa saat Shofia mematung. Jantungnya berdebar kencang. Ya melihat dia walau hanya seperti ini sudah membuat Shofia bahagia bukan main. Ustadz Alif, nama yang selalu ia sebut dalam sujud malamnya. Berharap Ustadz muda itu menjadi imam dalam hidupnya. Entahlah apa harapan Shofia terlalu tinggi? Tapi bukankah tidak ada yang mustahil bagi Allah yang maha membolak-balikkan hati hamba-Nya?

Sementara di tempat lain. Sulthan yang tengah dalam perjalanan menuju tempat di mana ia diundang mengisi ceramah dalam sebuah acara pengajian tampak resah. Sudah tujuh hari lamanya ia tak melihat wajah Shofia. Semenjak kejadian gadis itu pingsan, membuat Sulthan memberi waktu untuknya berisitirahat. Ada rasa kehilangan juga rasa ingin bertemu. Sepertinya ia rindu melihat wajah kesal gadis itu.

Iseng, ia buka akun sosial media milik gadis berusia 23 tahun itu. Dari IG, Facebook, juga TikTok semua terkunci. Tak ada informasi ataupun foto terpampang di sana. Hanya ada foto bunga mawar yang ia gunakan sebagai foto profil. Satu quote dari Jalaluddin Rumi yang ia temukan di dalam bio "Kemarin aku pintar, aku ingin mengubah dunia. Hari ini aku bijak, aku ingin mengubah diriku sendiri. "

Ia kecewa tak menemukan sesuatu yang bisa mengobati rasa penasarannya tentang apa yang Shofia tengah lakukan sekarang, atau foto untuk memenuhi keinginannya untuk melihat wajah gadis itu. Tapi di sisi lain ia senang, seperti halnya dirinya yang tidak bisa mengakses akun sosmed gadis itu, maka laki-laki lain pun tidak bisa. Karena kalimat di bawah foto profilnya tertera 'woman zone, man please stay away'

Seulas senyum tercetak samar di wajahnya.

Kegelisahan pria dengan sarung berwarna biru dongker itu tak luput dari pengawasan Aiman, sang asisten.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang