"Pak kyai sama Bu nyai siapa maksud bapak?"
Raut wajah Shofia mendadak panik.
Apa yang ada dalam pikirannya ia coba untuk tepis. Pasti bukan Abah Yahya dan Bu Nyai Salma . Iya kan??
"Abah Yahya nak. Sama umi Salma." Fia sontak berdiri. Suara ayahnya yang terdengar di seberang telepon bagai petir di siang bolong. Kabar yang mungkin diidam-idamkan oleh wanita-wanita di manapun berada, tapi tidak bagi Shofia. Hal yang sama sekali tak pernah terlintas di benaknya. Ia masih membeku. Dengan susah payah otaknya mencoba menyangkal berita yang didengar telinganya. Hingga pada akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.
"Lalu apa jawaban Bapak? "
"Loh, Bapak sama Ibu seneng banget to nduk. Mimpi apa Bapak sampai didatangi Pak Kyai, Bapak bakal besanan sama Abah Yahya. Masya Allah..."
Sukma dalam diri Shofia seakan tercerabut dari raganya. Tulang penyangga tubuhnya seakan layu membuat Shofia merasa lemas seketika. Tatapannya kosong, akalnya masih meraba-raba apakah yang baru saja di dengarnya benar-benar terjadi di dunia nyata, atau ini hanyalah mimpi.
Abah Yahya Hanya memiliki dua putra dan dua putri. Putra pertama adalah Gus Rafa yang statusnya sudah menikah beranak satu, memimpin salah satu asrama di lingkungan pondok yang sama. Jadi putra Abah yang akan dinikahkan dengannya, tak lain dan tak bukan adalah Gus Sulthan.
Pandangan Shofia mendadak tampak buram. Namun ia dengan sekuat tenaga mencoba tetap berdiri tegak di tempatnya.
"Bapak, kenapa bapak tidak tanya Shofia dulu? Yang akan menjalani kan Shofia pak, kenapa bapak memberi keputusan tanpa diskusi dulu sama Fia? "
"Loh memangnya kamu nggak bersedia menikah dengan Gus to nduk? Bapak pikir kamu akan senang mendapat lamaran dari Gus Sulthan. Banyak gadis yang pengen diperistri beliau loh nduk. Dan kamu termasuk gadis yang beruntung itu. Beliau ini muballigh yang tawadlu'. Dan bonusnya wajahnya ganteng nduk. Masya Allah.. "
Apa? Tawadlu'?
Ganteng?
Argh, kenapa semua orang harus mendewakan kata ganteng sih?
Ustadz Alif juga ganteng, dan kalem. Kalau disuruh memilih, Shofia akan memilih ustadz Alif daripada Gus Sulthan.
Argh.. , mendadak kepala Shofia terasa berputar membuat keseimbangan tubuhnya goyah. Bahkan ayahnya juga membawanya pada situasi yang pasti akan membuat dirinya dalam kesulitan. Ottoke..
"Kamu mau kan nduk? Semua orang tua, bapak yakin akan menerima pinangan Abah nduk. Suatu kehormatan bisa besanan sama Abah yai. Bapak ini hanya orang biasa nduk, bisa menjadi besan beliau itu seperti mimpi."
"Ya udah pak. Fia tutup teleponnya ya. Ada yang musti Fia kerjakan. Assalamualaikum.." Jawab Fia lemas.
Ia merasa tak punya daya untuk membantah ucapan ayahnya. Ustadz Alif, satu nama yang langsung muncul dalam benaknya. Perahu cinta dalam diamnya selama ini, harus ia relakan karam. Sesak, sungguh dada ini rasanya bagai dihimpit dua dinding kokoh hingga ia tak mampu menghindar lagi.
"Waalaikumussalam.. oh ya nduk Minggu ini kamu pulang ya. Kita akan bahas pernikahanmu dengan Gus. "
Pernikahan?
"Tapi pak.." Belum Fia meneruskan kalimatnya sambungan telepon telah terhenti. Terdengar Fia menghela nafas frustasi.
Sulthan yang dari tadi mendengar di balik tembok, kini ia mengambil langkah untuk kembali melanjutkan perjalanan ke ndalem. Ia bisa melihat wajah Shofia yang tampak lesu. Langkahnya membawanya semakin dekat dengan tempat di mana Shofia dan Khodijah berada. Tatapan mereka pun beradu. Hingga saat tubuh Shofia dan Sulthan beriringan, Sulthan agak mencondongkan kepalanya. Kemudian berbisik.
"Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta" (HR Tirmidzi). Apa kamu pernah mendengar bahwa batas antara benci dan cinta sangatlah tipis bahkan mungkin lebih tipis dari sehelai rambut. Jangan terlalu membenci sesuatu, takutnya rasa itu akan berubah sebaliknya. Mungkin benar apa yang dikatakan Khodijah, kamu membenciku karena kamu belum mengenalku lebih dekat. Jadi setelah ini akan kutunjukkan betapa narsisnya Sulthan melebihi yang kamu tahu. Dan kamu satu-satunya orang yang akan menyaksikannya dengan mata kepala kamu sendiri." Sulthan berbisik dengan angkuh, dan senyum penuh percaya diri. Membuat Shofia mematung kesal.
Sulthan berderap dengan gagah menjauh dari jangkauan Shofia dan Khodijah. Membuat siapapun yang melihatnya akan berdecak kagum. Seperti halnya Khodijah yang tampak seperti kesetanan, terbengong-bengong melihat kejadian yang baru saja terjadi di hadapannya.
"Argh.. kereeen. " seloroh Khodijah.
Shofia masih tercenung, terdiam menatap kosong. Otaknya seakan nge-hank penuh dengan informasi yang sangat-sangat mendadak dan tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
***
Bentar lagi part-part bikin baper bakal muncul di bab-bab berikutnya, jadi siapin diri kalian ya, hehe. Siapin bantal buat digigit, siapin kasur buat gulang guling🤪🤪
Jangan lupa vote sama komen plis, follow juga, biar lapak yang kecil ini jadi makin guede..
biar aku makin semangat ngehalunya.. 😁😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomanceKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...