79. KANGEN?

411 30 6
                                    

Assalamualaikum Readers, apa kabar?
Semoga hari kalian menyenangkan,

Selamat membaca.
Semoga ceritaku bisa menghibur kalian..
😘😘

******

Sepulang dari kegiatan bakti sosial mengunjungi para korban gunung meletus tempo hari, hari-hari Shofia seakan diliputi suasana hati yang berbunga-bunga. Makin bertambahnya hari, semakin banyak pula hal-hal yang ia ketahui dari diri Sulthan yang menambah rasa kagum serta rasa.. , ah entahlah bahkan Shofia sendiri sulit membaca apa yang sedang ia rasakan sekarang. Terhitung sudah enam bulan lebih, ia membersamai Sulthan. Mendampingi hari-harinya, menyiapkan segala kebutuhannya, memperhatikan asupan makanan yang pria itu butuhkan untuk menunjang semua kegiatannya yang tak bisa dibilang ringan. Dan ya, kembali ia diingatkan bagaimana dulu Sulthan sering menyuruhnya memasak, tapi setelah menikah dengannya, jarang sekali ia memasak. Karena suaminya itu lebih sering membelikannya makanan dari luar saat pulang dari bepergian. Atau hanya sekedar pergi ke alun-alun menikmati makanan sederhana yang dijual pedagang kaki lima. Sederhana memang, tapi alasan di baliknya tak sesederhana yang orang lain pikirkan. Lewat namanya yang dikenal banyak orang, ternyata warung yang sudah disambangi Gus Sulthan tak jarang menjadi viral, dan masuk ke dalam list warung yang banyak dikunjungi.

Lalu momen-momen di mana Sulthan selalu menjadi garda terdepan, menyediakan bahu ternyaman sebagai tempat mencurahkan segala resah di kala kesulitan menghadang hidupnya, membuat kekaguman Shofia semakin menjadi-jadi. Pria itu yang selalu memberikan sepenuh hatinya dalam menjaga dirinya, memberikan segala atensi dan menyempatkan waktu untuk menghiburnya di tengah waktunya yang begitu sibuk.

Ah, Shofia ke mana saja kamu selama ini?

Dan Shofia baru menyadari bahwa tekanan Sulthan yang dulu diberikan padanya benar-benar diganti dengan segala perlakuan yang begitu lembut dan memanjakan dirinya. Hanya saja, semua kebaikan yang Sulthan tunjukkan padanya tak serta merta mampu menepis keraguan pada dirinya sendiri apakah ia adalah wanita yang pantas mendampingi seorang Gus Sulthan. Mungkin selama ini Shofia tak menyadari jika rasa cinta untuk Sulthan perlahan hadir beriringan dengan semakin terkikisnya cinta untuk Alif. Namun rasa cinta yang tengah bersemi itu harus terintimidasi oleh rasa insecure yang sering datang menghantui. Sehingga tubuhnya seakan memasang pagar pembatas atas segala perhatian Sulthan. Rasa insecure membuatnya menahan diri dan ragu dalam menanggapi semua sikap manis suaminya. Dan malangnya, hanya sikap ketus dan wajah masam yang selalu ia tunjukkan.

Namun ajaibnya, dari semua pengabdian yang ia berikan selayaknya seorang istri kepada seorang suami, Sulthan tak pernah sedikitpun memaksakan kewajiban yang sudah seharusnya ia tunaikan. Bahkan setelah adegan malam itu, saat mereka hanyut terbawa suasana dan hampir saja keduanya saling menautkan bibir. Sulthan tak pernah sedikitpun menyinggung dan memaksakan Shofia untuk melakukannya pada keesokan harinya. Ia benar-benar melakukan janjinya bahwa ia tak akan menggedor pintu hati Shofia secara paksa sebelum istrinya itu sendiri yang membukanya.

Kini ia merasa semakin mengenal Sulthan, suami yang dulunya sangat tak ia sukai. Laki-laki yang awalnya ia malas melihatnya, kini memandangnya menjadi hal yang sangat wajib ia lakukan saat bersama dengan suami tampannya itu. Tak jarang, diam-diam saat ia terjaga dari tidurnya di malam hari sebelum ia benar-benar bangkit dari tidurnya ia selalu menyempatkan diri memandang wajah teduh sang suami yang terlelap. Saat pria itu menderas Alqur'an, mengkaji kitab, bahkan sekarang dia rajin scroll video-video tausyiah Sulthan di media sosial karena hari-harinya akan terasa hambar jika tak bisa melihat wajah suaminya itu.

Dan sekarang, setelah seminggu Sulthan pergi dengan beberapa teman konten kreator, youtuber dan ustadz muda lainnya ke daerah pedalaman Riau untuk berdakwah, Shofia tampak gelisah, ada rasa tak nyaman menyeruak menguasai benaknya. Karena selama seminggu itu pula Sulthan bak ditelan bumi, tak ada telepon juga pesan dari suaminya itu. Shofia pikir hal yang aneh jika Sulthan tak mengirimi dia pesan ataupun telepon. Karena biasanya dalam sehari tak terhitung berapa banyak suaminya itu mengiriminya pesan. Pria itu selalu berkirim kabar di setiap kegiatan yang akan dia lakukan. Tak jarang mengirim foto atau video bahkan video call.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang