63. Takut

536 21 5
                                    

Shofia tak pernah merasakan kekhawatiran semacam ini sebelumnya. Kekhawatiran yang sepertinya kini perlahan berubah menjadi ketakutan. Bahkan lebih besar dari rasa takutnya di waktu dulu, saat dirinya tahu bahwa keluarga ndalem datang mengkhitbahnya. Ya, ketakutan yang membayanginya tentang dampak kepopuleran suaminya terhadap hidupnya kelak.

Jujur di kala itu, ia dilanda kebingungan yang teramat sangat, kepalanya dipenuhi dengan bagaimana dirinya akan beradaptasi dengan segala hal yang berkaitan dengan dunia sosial media yang selama ini ia hindari, tapi begitu akrab dengan keseharian calon suaminya. Dan kini, agaknya ketakutan akan hal itu sedang benar-benar terjadi, secara nyata bukan lagi mimpi atau pun angan-angan semata. Suatu kenyataan yang tak bisa ia hindari bahkan lari darinya. Dan efeknya, kini berada di tengah keramaian seolah menjadi momok yang menyeramkan baginya.

Berpuluh-puluh kali ia menjejakkan kaki di tempat ini untuk melakukan perjalanan demi berkumpul kembali dengan keluarga di kampung halamannya. Namun kali ini terasa berbeda, ketakutan itu terasa amat mengganggu. Bukan tak ada sebab, adanya berita viral tentangnya beberapa waktu lalu membuatnya merasa menjadi objek tatapan intimidasi dari sekumpulan orang-orang di manapun tempat yang ia singgahi. Pun beragam kalimat sarkas di kolom komentar masih lamat-lamat mengusik kepalanya.

Beberapa kali ia tampak ragu-ragu untuk mengangkat tubuhnya dari kursi mobil tempat ia duduk. Netra jernihnya tak lagi menyiratkan kepercayaan diri yang selama ini ia genggam. Berkali-kali ia melirik kanan kiri dari balik jendela, menatap orang-orang yang tengah berlalu-lalang, seperti pencuri yang takut tertangkap basah. Tak kurang dari sepuluh menit habis, setelah mobil yang mereka tumpangi berhenti di pelataran parkir stasiun. Dan dalam rentang waktu itu Aiman telah berhasil menyelesaikan tugasnya menurunkan koper dan bawaan lain dari bagasi mobil. Hingga Sulthan, makhluk tampan yang duduk tepat di samping wanita itu dengan raut khawatir mampu menangkap kegelisahannya.

Rasa gamang perlahan mereda kala merasakan tangan hangat bertumpu pada kepalan tangannya yang sedikit gemetar dan dingin. Lalu menggenggamnya seolah hendak mengalirkan ketenangan ke dalam dirinya yang tak ia sadari semakin terkikis. Wanita yang tampak anggun dengan balutan gamis navynya itu beserta niqab yang senada kembali memusatkan netranya pada pemilik wajah penuh wibawa di sampingnya, sorot mata pria itu seolah mengatakan, "aku tahu apa yang tengah kau risaukan, it's okay. Ada aku di sini. "

"Dek, salah satu istri Baginda Rasulullah juga pernah baper karena mendengar perkataan yang tidak menyenangkan tentang dirinya. Dan kebetulan, nama istri Rasulullah tersebut sama dengan nama kamu. Beliau adalah bunda Sofiyyah  binti Huyay. Beliau sering digunjing perihal asal muasalnya yang berasal dari kaum Yahudi karena beliau memang seorang putri dari pemimpin Bani Nadhir, salah satu kaum Yahudi yang bernama Huyay bin Akhtab. Pemimpin kaum yang menyerang kaum muslimin. Peristiwa penyerangan itu yang kita ketahui sebagai perang Khaibar yang berakhir kemenangan berpihak pada kaum muslimin. Saat itu Sofiyyah menjadi tawanan perang dan dibebaskan Rasulullah karena ia mau memeluk Islam. Yang kemudian dinikahi Rasulullah  Saw.

Orang-orang di sekeliling Rasulullah membicarakannya. Bahkan istri-istri Rasulullah yang lain pun turut memperlihatkan ketidaksukaannya karena merasa cemburu dengan kecantikan yang dimiliki bunda Sofiyyah.

Suatu hari ungkapan “Anak Yahudi” terdengar langsung di telinga Sofiyyah. Perkataan itu membuatnya tersinggung dan menangis tersedu-sedu kemudian mengadu pada Nabi.

Nabi Muhammad lantas bertanya padanya, “Ada apa sofiyyah? mengapa kamu sampai menangis tersedu-sedu?”

“Hafsoh berkata bahwa aku adalah anak Yahudi,” jawab Sofiyyah sambil terus menangis.

“Memang benar, kamu adalah anak Yahudi. Tetapi, kamu adalah keturunan Harun, pamanmu adalah Nabi Musa, dan engkau saat ini adalah istri seorang Nabi, maka apa yang membuat mereka merasa bangga dan seolah lebih utama darimu?”

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang