Chapter 665 : Mati

135 21 0
                                    

Terlepas kebencian di hati Nyonya Wen, ia tetap mengingat tanggung jawabnya. "Cukup, ia tetaplah kakak perempuanmu. Kepala keluarga tidak ada di rumah sekarang, jadi jaga dirimu baik-baik."

"Baik, Nyonya." Selir Ketiga menjawab dengan berat hati.

"Jangan berdiri di sini. Cepat bantu Selir Kedua kembali ke kamarnya untuk istirahat, dan suruh seorang tabib untuk memeriksanya. Nyonya ini sakit kepala; Selir Ketiga, bantu aku berjalan kembali." Nyonya Wen tidak repot-repot melirik Selir Kedua lagi.

Bagaimanapun juga, semua orang di Kediaman Perdana Menteri sudah mengetahui bahwa hubungan kami tidak harmonis.

Selir Ketiga awalnya ingin menikmati kericuhan itu sedikit lebih lama, tetapi ia hanya bisa pergi bersama Nyonya Wen. Dengan kepergian orang itu, kerumunan juga mulai menyebar.

Hanya pelayan pribadi Selir Kedua yang mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membantu majikannya kembali ke kamarnya. Saat Wen Wan Zhi diberitahukan dan melihat ibunya yang sepertinya tak bernyawa, ia pun menangis tersedu-sedu.

"Nona, jangan menangis. Tabibnya akan segera kemari."

Plak! Wen Wan Zhi menampar pelayan pribadi itu dengan keras. "Segera? Kenapa lama sekali? Apa kau mau menunggu ibuku mati lebih dulu?"

Tepat setelah perkataan itu meninggalkan mulutnya, si tabib sampai dan merasakan denyut nadi Selir Wen. "Hawa dingin telah menyusup ke dalam tubuh Selir, menyebabkannya kehilangan kesadaran. Sedangkan kapan ia akan bangun, itu akan tergantung pada kehendak langit."

Ucapannya menyulut kemarahan Wen Wan Zhi. "Kehendak langit? Kau hanyalah tabib gadungan. Aku akan memanggil tabib kekaisaran untuk mengobati ibuku."

"Nona, dengan hawa dingin yang telah menyusup ke tubuh Nyonya, ia mungkin akan sembuh dalam dua hari." Si tabib berbicara dengan sopan, tetapi hatinya hanya diliputi dengan penghinaan. Ia hanya anak seorang selir. Apakah ia benar-benar mengira bahwa darah seorang nona bangsawan mengalir di nadinya?

Emosi bak badai Wen Wan Zhi mereda setelah mendengar kepastiannya, dan ia menoleh ke si pelayan. "Ikuti tabibnya dan bawakan obatnya kembali."

Setelah si tabib dan pelayan pergi, Wen Wan Zhi menghentikan air matanya. "Dasar tidak berguna! Tugasmu begitu mudah, tetapi kau masih bisa mengacaukannya dengan jatuh ke dalam kolam. Aku harus mengandalkan diriku sendiri jika aku ingin membalikkan keadaanku saat ini."

Tanpa menghiraukan ibunya yang pingsan, Wen Wan Zhi berjalan keluar. Aku hanyalah sebuah bidak di mata ibu; hubungan kami yang disebut ibu dan anak tak lebih dari sekadar kedok belaka.

Kembali ke kamarnya, Wen Wan Zhi mulai menuliskan sepucuk surat ketika pintu yang terbuka menginterupsinya.

Mulut Wen Wan Zhi sudah terbuka, tetapi ia dengan cepat menutupnya dan memasang ekspresi sopan ketika ia melihat siapa itu. Bagaimanapun juga, Nyonya Wen tetaplah istri sah Perdana Menteri, seseorang dengan status yang terhormat.

"Ibu, apa yang membawa Anda kemari?"

(T/N: anak-anak shu biasanya memanggil istri sah sebagai 'ibu' atau 'muqin', sedangkan mereka akan memanggil ibunda selir mereka sendiri sebagai 'bu' atau 'niang'.)

"Wan Zhi, aku sudah dengar soal masalahmu. Meskipun kau telah kehilangan kesucianmu dan tidak bisa menikah ke keluarga pejabat, kau masih lebih dari memenuhi syarat menjadi Istri Utama Kedua dari keluarga pedagang. Dengan status keluarga Wen, kau tidak akan menderita keluhan apa pun. Lihatlah; di sini ada beberapa keluarga saudagar terkemuka di Liu Jing." Nyonya Wen menyerahkan daftar nama kepadanya dengan tatapan yang lembut.

Consort of A Thousand Faces 4 [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang