Chapter 717 : Ajal Seseorang

94 17 0
                                    

Kemarahan meledak di mata Perdana Menteri Wen, tetapi kekuatannya seperti balon yang kempis. "Kau mengkhianatiku."

Nyonya Wen hanya tertawa dingin. "Sudah waktunya kita juga mencapai sebuah penyelesaian."

"Apa yang akan kau lakukan?" Mata Perdana Menteri Wen berkilauan dingin.

Nyonya Wen tidak menjawab, hanya tersenyum lembut selagi ia memeluknya, membiarkan darah dari lukanya menodai pakaiannya yang tak bernoda.

"Kepala Keluarga, aku tidak menyangka kau begitu kejam. Kita berdua sama-sama salah."

Ia mengambil pedang yang ditinggalkan Yin di lantai, memutarnya dalam genggamannya sebelum menusuknya dengan bersih ke punggung Perdana Menteri Wen, sekaligus menembus jantungnya.

Darah menetes dari sudut mulut Nyonya Wen, sementara raut wajah tak percaya terpatri di wajah Perdana Menteri Wen.

Air mata akhirnya mengalir dari mata Perdana Menteri Wen. "Aku salah ... sangat salah ...."

Selama ini, Yin telah menyaksikan adegan itu. Dengan mereka berdua yang akan berangkat ke Huang quan, Yin memutuskan untuk berbalik dan pergi dengan bertekad. Mungkin, bahkan kematian saja tidak dapat mengubah takdir dari beberapa hal.

(T/N: Sungai Kuning—maksudnya menuju alam baka.)

Setelah berjalan keluar dari sel, hatinya kini membeku di dalam es. "Usir semua orang di Kediaman Perdana Menteri dan bakar habis."

Satu bayangan hitam melintas melewatinya, dan beberapa detik kemudian, Kediaman Perdana Menteri dibakar, api yang membubung pun menjilati udara.

Para prajurit yang menjaga kota dibuat ketakutan, dan terlepas dari upaya gagah mereka untuk memadamkan apinya, api itu terbukti terlalu besar untuk mereka tangani. Berdiri di tempat yang menguntungkan, Yin memerhatikan sewaktu kediaman itu menjadi abu, api merah terang membuat langitnya menyala dengan kilau yang mengerikan.

Kabar Kediaman Perdana Menteri yang kebakaran dengan cepat menyebar ke seluruh Liu Jing dengan berbagai tingkat akurasi, tetapi semuanya berhasil menanamkan kepanikan di hati para warga sipil.

***

Di saat Hua Zi Rong mendengar tentang masalah ini di Aula Liu, matanya sedingin es.

"Ying zi, apa yang terjadi?"

(T/N: Ying zi—bayangan.)

"Yang Mulia, aku khawatir inilah akhirnya." Si pengawal berbaju hitam berujar dengan hormat.

Ekspresi Hua Zi Rong jadi semakin dingin. "Begitukah?"

"Yang Mulia, Perdana Menteri Wen sudah meninggal."

Hua Zi Rong mencibir. "Ia sudah meninggal hanya setelah kita melihat mayatnya. Sampaikan perintah: Bahkan jika kita harus menggali abunya, Raja ini tetap ingin mengambil sisa-sisa dirinya."

"Bawahan ini mematuhi perintah." Ia kemudian mundur.

***

Di Kompleks Liu Shui.

Duduk di kursi, Hua Zi Qing melihat-lihat beberapa buku tentang upacara teh dengan penuh perhatian.

"Pangeran Qing, Kediaman Perdana Menteri terbakar habis, dan Perdana Menteri juga ikut terbakar."

Hua Zi Qing melambaikan tangannya. "Pangeran ini mengerti. Kau boleh mundur dulu." Tak lama kemudian, ia tersenyum ke suatu arah. "Apa yang membuatmu mengubah rencanamu?"

"Tidak banyak, hanya selingan kecil saja." Yin berjalan keluar dari bayang-bayang dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri.

"Ini tidak seperti kepribadianmu."

Consort of A Thousand Faces 4 [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang