Chapter 726 : Pergolakan

79 15 0
                                    

Di Aula Liu.

Sedang duduk dan mengenakan chang shan hitam, Hua Zi Rong tanpa kenal lelah memeriksa buklet memorial.

"Yang Mulia, seseorang dari barak tentara sudah datang." Seorang kasim di samping memberitahukannya.

Hua Zi Rong mendongakkan kepalanya. "Suruh dia masuk."

Prajurit itu kemudian masuk membawa sepucuk surat, menyerahkannya kepada si kasim yang kemudian membawakannya kepada Hua Zi Rong.

Matanya semakin dingin selagi ia membaca, tangan Hua Zi Rong menggebrak meja dengan keras.

"Seseorang, siapkan kuda. Raja ini akan secara pribadi pergi ke barak tentara untuk melihat sendiri apa yang terjadi."

Kecemasan membanjiri mata si kasim. "Yang Mulia, mohon pertimbangkan kembali."

Hua Zi Rong hanya menatapnya dengan pelototan dingin. "Jangan bicara lagi. Cepat, siapkan kuda."

Kegelisahan merayap ke hati si prajurit. Barak tentara saat ini diserang oleh wabah. Jika Yang Mulia tidak cukup beruntung hingga terinfeksi .... Aku takutnya banyak orang yang harus menjawab dengan nyawa mereka.

Seorang pengawal yang berbalut serba hitam pun berjalan keluar.

"Yang Mulia, bawahan ini bersedia pergi ke sana."

Mendengar ini, Hua Zi Rong akhirnya mengangguk. "Raja ini ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di barak tentara."

"Bawahan ini mematuhi perintah."

Prajurit dari barak pun mengembuskan napas lega dalam hatinya. Untungnya, Yang Mulia tidak ngotot untuk pergi.

"Ayo kita pergi." Pengawal berbaju hitam memberi sinyal ke prajurit barak tentara sebelum keduanya melesat ke arah barak dengan menunggang kuda.

***

Di dalam barak tentara, wajah komandan mengandung ekspresi yang suram. "Sudahkah kau menemukan sesuatu?"

"Bawahan ini tidak handal. Aku sudah mencari kemana-mana, tetapi tidak menemukan yang mencurigakan." Kepala prajurit itu tertunduk dalam.

Senyum meremehkan terpancar di mata si komandan. "Tidak ada yang mencurigakan? Terus bagaimana kau menjelaskan apa yang terjadi di barak tentara?"

Rasa bersalah menyebar di ekspresi prajurit itu. "Bawahan ini dan para tabib tentara telah menggeledah tenda-tenda Peleton Tiga, tetapi kami tidak dapat menemukan adanya sumber infeksi."

Mata komandan itu jadi termenung. Tampaknya, ada sesuatu yang mencurigakan dengan hal ini.

Si panglima berjalan masuk. "Komandan, wabah juga muncul di Liu Jing."

Wajah Komandan itu marah. "Apa keadaan sebenarnya?"

Panglima itu melaporkan penemuan yang prajurit alami dengan Tabib Li.

Setelah mendengar kabar itu, mata si komandan jadi semakin dingin. "Selidiki masalah ini dan tangkap ibu dan anak itu. Sumber infeksi harus ditemukan."

Panglima itu mengangguk. Dalam perjalanannya keluar, ia kebetulan berpapasan dengan pengawal berbaju hitam dan prajurit lainnya. Saat menoleh ke belakang untuk melihat sepintas, tatapan penuh makna berkedip di matanya sebentar sebelum ia pergi.

Ekspresi si komandan hormat setelah melihat pengawal berbaju hitam, dan ia tidak buang-buang waktu dengan kata-kata yang berlebihan.

"Kalian semua pergi dulu."

Yang lainnya mematuhi instruksinya dan segera mundur dari tenda.

Begitu mereka sendirian, komandan itu melaporkan segala hal yang telah terjadi di barak tentara dan situasi di Liu Jing kepada pengawal berbalut warna hitam itu.

Pengawal berbaju hitam mengangguk. "Sudahkah kau memeriksa sumber airnya?"

"Iya, tetapi tak hanya sumber airnya bersih, kami tidak dapat menemukan sumber infeksi lainnya juga."

"Mmm, aku mengerti." Dengan itu, si pengawal berbaju hitam meninggalkan tenda dan mulai menggeledah lingkungan sekitar.

Seperti yang mereka katakan; tidak ada sumber infeksi. Lalu, apa sebenarnya masalahnya?

Namun, ia tiba-tiba melihat satu sosok yang mencoba menyelinap pergi sembari membawa bungkusan kain. Tak lama sebelum sosok itu bersembunyi di balik pohon besar dan mencoba membakar isi bungkusan itu, sebuntal kain pun terbakar.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Pengawal berbaju hitam itu meneriakinya.

Tampak terkejut, sosok mencurigakan itu ingin kabur, tetapi ditekan ke tanah dengan sendi-sendi kuncinya dibuat terkilir sehingga ia tidak akan punya tenaga untuk melarikan diri.

Begitu pengawal berbaju hitam memastikan bahwa pria itu tidak bisa lolos, ia mengambil sebatang ranting untuk mengacak-acak abunya. Melihat bahwa tidak ada yang tersisa, ia kemudian memanggul pria itu dan membawanya ke tenda komandan.

Mata si komandan berkilat dingin. "Ada apa ini?"

"Tanyakan padanya." Si pengawal berbaju hitam menjawab singkat.

Orang di tanah dalam keadaan menyedihkan; air mata bercucuran dari matanya dan ingus meler dari hidungnya. "Orang rendahan ini adalah pengungsi di barak tentara. Aku hanya membakar sehelai pakaian sebelum aku dibawa kemari." Ia meninggikan suaranya selagi ia menangis dengan menyedihkan.

Tatapan mendalam melinitasi mata si komandan. "Pakaian apa yang kau bakar?"

Ia yakin bahwa tindakan pria itu bukan hanya karena ia bosan. Pasti ada sesuatu yang tidak beres di sini.

Tatapan licik berbinar di mata si pengungsi. "Itu hanyalah pakaian compang-camping. Orang rendahan ini melihat bahwa itu tak bisa dipakai lagi, jadi aku memutuskan untuk membakarnya."

"Jika itu hanyalah pakaian compang-camping, kenapa kau harus membakarnya? Kau cukup membuangnya saja." Komandan itu langsung mengungkapkan kebohongannya.

Pengungsi itu menunjukkan ekspresi tulus. "Kampung halaman orang rendahan ini memiliki sebuah tradisi dimana pakaian yang sobek tidak boleh dibuang, dan hanya boleh dibakar. Kalau tidak, kami akan miskin seumur hidup."

Mendengar alasannya yang buruk, komandan itu menendangnya. "Hentikan omong kosongnya. Cepat jelaskan semuanya dengan benar, kalau tidak kau akan dihajar dengan papan."

Kepanikan melanda pengungsi itu segera setelah ia mendengar bahwa ia akan dihajar dengan papan. "Orang rendahan ini akan mengaku. Aku membawa pakaian itu dari Provinsi Meng, tetapi setelah mendengar bahwa para prajurit mencari sumber infeksinya, aku jadi ketakutan dan mencoba membakarnya."

Walaupun alasannya masuk akal bagi si komandan, itu adalah fakta bahwa si pengungsi tidak melaporkan masalah ini. Jika pakaian itu benar-benar sumber infeksinya, bukankah kami tidak punya cara untuk menyelidikinya?

Pengawal berbaju hitam menatapnya dingin. "Kau bukan pengungsi. Katakan, siapa yang mengirimmu kemari?"

"Da ren, apa yang Anda bicarakan? Orang rendahan ini benar-benar pengungsi dari Provinsi Meng," kata orang itu sungguh-sungguh.

Pengawal berbaju hitam merobek baju atasan pria itu. "Kau berkulit seperti ular, sebuah penyakit yang gampang disembuhkan oleh banyak tumbuhan di Provinsi Meng. Kalau kau benar-benar pengungsi, tidak mungkin kau memiliki kondisi seperti ini."

Menyadari bahwa tidak ada cara untuk menyelamatkan kebohongannya, si 'pengungsi' ingin kabur, tetapi jatuh ke tanah segera setelah ia mencoba untuk bangun karena sendi-sendinya masih terkilir.

Sudah sejelas siang hari apa yang terjadi bagi si komandan. "Seseorang, bawa orang ini pergi dan interogasi dia dengan benar."

Ekspresi pengawal berbaju hitam jadi rileks. "Karena sumber wabahnya sudah ditemukan, aku akan kembali ke Liu Jing."

Jika wabahnya menyebar di Liu Jing, itu akan jadi malapetaka. Ia harus cepat-cepat melaporkan kepada Hua Zi Rong supaya persiapan lebih awal bisa dilakukan.

Situasi di Xi Liu tidak stabil dan penuh dengan konflik internal. Pangeran Qing merencanakan sesuatu, sementara Pangeran Yun dari Nan Zhao memiliki tujuan yang tidak diketahui. Tak hanya itu saja, mereka berdua sepertinya berkolaborasi. Sementara itu, Pangeran Hao dan Raja Wilayah Barat adalah orang-orang yang jujur, tetapi mereka sudah pasti tidak akan melakukan pekerjaan amal. 

Consort of A Thousand Faces 4 [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang