Chapter 704 : Terjadi Lagi dan Lagi

98 16 0
                                    

Di Kompleks Liu Shui.

Mengenakan chang shan putih Hua Zi Qing adalah perwujudan dari kesenggangan; tidak akan ada yang tahu bahwa ia sedang ditahan.

"Pangeran Qing, Yun Ruo Feng sudah setuju." Pria bertopeng itu melapor dengan hormat.

Hua Zi Qing mengangguk. "Mmm, tampaknya barang itu sangat berguna."

"Pangeran Qing, aku takutnya kalau melakukan ini mungkin membuat Yun Ruo Feng waspada." Pria bertopeng itu berujar tenang.

Hua Zi Qing mendongakkan kepalanya, ada senyum mencemooh di wajahnya selagi ia menjawab. "Mungkin, tetapi bahkan jika ia menyelidikinya, apa yang bisa ditemukannya?"

"Pangeran Qing, Perjamuan Bantuan Bencana akan diadakan besok. Bawahan ini telah menempatkan semua personil yang relevan sesuai dengan instruksi Anda." Tatapan kalkulatif berkilauan di mata si pria bertopeng.

Hua Zi Qing berdiri, dan membuka kipas brokatnya. "Pangeran ini tahu. Apakah ada perkembangan terbaru dari rumah pos?"

"Menjawab Pangeran Qing, wanita bermuslin putih telah menghilang, dan ada percobaan pembunuhan yang gagal terhadap Hao Wang Fei." Si pria bertopeng memberikan rangkuman singkat.

Hua Zi Qing menutup kipasnya, dan matanya menggelap. "Tampaknya, benar-benar banyak yang sudah terjadi di luar sana!"

"Pangeran Qing, aku curiga bahwa ada sesuatu yang tidak beres." Si pria bertopeng menyuarakan pemikirannya.

"Oh?" Hua Zi Qing mengangkat alisnya. "Lanjutkan."

"Mungkinkah wanita bermuslin putih itu dikirimkan dari kekuatan tersembunyi di Xi Liu?" Pria bertopeng itu berspekulasi.

Hua Zi Qing menunjukkan ekspresi dingin sejenak sebelum menutupinya dengan senyuman lain. "Awasi Pangeran Hao; Pangeran ini yakin bahwa ia sudah lama bersiap."

Pria bertopeng itu bingung. Tuan tampak lain hari ini. Namun, ia tidak berani menyuarakan pemikirannya, dan melanjutkan sikap hormatnya.

"Pangeran Qing, keamanan di rumah pos sudah jadi semakin ketat; mata-mata kita tidak bisa menyusup sama sekali," kata si pria bertopeng.

Sudut mulut Hua Zi Qing melengkung jadi cibiran. "Tarik mata-mata itu dulu. Kita akan mengetahui apa yang terjadi selama Perjamuan Bantuan Bencana."

"Pangeran Qing, apa kita tidak perlu menghiraukan Perdana Menteri Wen?" Si pria bertopeng bertanya.

Hua Zi Qing mencemooh. "Dia? Biarkan Hua Zi Rong yang pusing saja."

Pria bertopeng itu mengerti maksudnya. "Bawahan ini mengerti."

Hua Zi Qing melambaikan tangannya. "Kau boleh pergi."

Pria bertopeng itu mengangguk. "Mengerti." Dan setelah Hua Zi Qing melambaikan tangannya, pria itu pun pergi.

Tak lama setelah meninggalkan ruangan, pria lain yang memakai topeng pun muncul, meskipun topengnya bukan berwarna hitam, melainkan perak.

"Yin, bagaimana rencananya?" Hua Zi Qing bertanya dingin.

(T/N: Yin—perak.)

Tatapan Yin pun menyamai majikannya. "Semuanya sesuai dengan rencana." Sikapnya dingin, dan tak ada tanda-tanda hormat di raut wajahnya.

"Mmm, karena Pangeran Hao sudah menyadari bidak catur kita, kau harus menyingkirkannya ketika diperlukan." Tatapan jahat membara di mata Hua Zi Qing.

Yin dapat mengetahui niatnya. "Ia masih berguna—sebagai umpan." Terlepas dari kalimatnya yang pendek, implikasinya jelas.

"Aku tidak akan ikut campur dengan bagaimana kau berurusan dengannya, tetapi aku juga menginginkan benda itu." Hua Zi Qing menekankan dengan nada yang tegas.

Yin menyeringai. "Aku akan mengurusnya baik-baik."

"Kalau begitu, aku harus menunggu kabar baikmu." Hua Zi Qing tersenyum.

Yin mengangguk, dan meninggalkan ruangan.

Setelah Yin pergi, Hua Zi Qing pun kembali duduk dan lanjut bersantai seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa.

***

Di Penginapan Xiang Xiu.

Duduk di kursi, Lan Shan mengutak-atik manik-manik Buddha di tangannya sembari terus merapal.

Pria ber-chang shan biru cemberut. "Shi jie, berhentilah merapal. Kau sudah berada di aula Buddha sekian lama, dan kau masih belum selesai?"

Lan Shan membuka matanya sedikit untuk meliriknya. "Bukankah Shi xiong-mu menyuruhmu untuk mencari Yun Ruo Feng? Kenapa kau masih di sini?"

"Shi jie, apa kau sudah lupa? An shao akan segera kembali. Aku sebenarnya cukup tertarik untuk mendengarkan apa yang harus mereka katakan." Si pria berbaju biru berkata dengan gaya yang serampangan.

Mata Lan Shan tak beriak. "Tampaknya, kita benar-benar harus membuatmu tinggal di lubang ular selama dua hari."

"Shi jie, bagaimana bisa kau belajar dari Shi xiong? Aku tidak mau pergi ke tempat mengerikan semacam itu. Terakhir kali aku pergi ke sana, si tua gila itu hampir membuatku jadi obat." Bulu kuduk pria itu merinding saat ia mengingat pengalaman itu.

Senyum Lan Shan semakin dalam. "Jika si tua gila itu berpikir bahwa kau layak menjadi obat, itu artinya kau bukanlah orang yang tak berguna."

"Shi jie, dengarlah apa yang kau katakan. Aku akan sedih." Pria berbaju biru mengejapkan matanya, menunjukkan ekspresi polos.

Lan Shan memukul kepalanya. "Ini tidak bekerja padaku. Cepatlah pergi dan selesaikan pekerjaan yang ditugaskan padamu. Jika kau mengacaukan rencana Shi xiong-mu, jangan salahkan aku karena tidak menyelamatkanmu."

Pria ber-chang shan biru pun cemberut sebelum melompat ke luar jendela.

Mata Lan Shan dingin. Ingatannya benar-benar tidak membaik sama sekali.

Pada saat ini, seorang pria yang sepenuhnya berbalut kain muslin hitam pun berjalan masuk.

"Majikan, seperti yang Anda duga, urusan di Provinsi Meng tidak sesederhana yang kelihatan di permukaannya."

Lan Shan menyeringai. "Masih ada orang lain?"

"Walaupun Perdana Menteri Wen menggelapkan uang yang dimaksudkan untuk membantu penanggulangan bencana, bahkan ia saja tidak mengetahui bahwa ia adalah kambing hitam orang lain." Pria itu melaporkan penemuannya dengan hormat.

Lan Shan menggulirkan manik-manik Buddha dengan lembut selagi hawa dingin merembes ke dalam matanya. "Sudahkah kau menemukan siapakah orang ini?"

"Menjawab Majikan, orang ini bukan dari mahkamah; aku tidak punya cara untuk menyelidikinya." Si pria bertopeng pun malu.

Mata Lan Shan berkedip dingin. "Seseorang dari jianghu? Aku curiga bahwa ada seseorang dari mahkamah di belakangnya. Selidikilah."

"Dimengerti." Pria berbaju hitam itu mengangguk. "Majikan, ada hal lain yang ingin bawahan ini laporkan. Aku menemukan bahwa Pangeran Qing ...."

Lan Shan melambaikan tangannya. "Tidak perlu terus mengawasinya. Aku tahu apa yang harus dilakukan."

Pria berbaju hitam pun mundur dari ruangan tersebut.

Setelah ia pergi, Lan Shan memutar-mutar manik-manik Buddha di tangannya bahkan semakin cepat selagi ia termenung.

Klak! Manik-manik Buddha-nya melayang ke lantai, suara gaduh pun menggema dari dindingnya selagi mata Lan Shan jadi dingin dan tegas. Kadang-kadang, segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang orang harapkan.

***

Pria ber-chang shan biru tiba di sebuah rumah satu lantai dengan jubah hitam dan penutup wajah.

Melihat ke cermin tembaga, senyum dingin menghiasi roman mukanya.

Begitu ia selesai dengan semua persiapannya, ia pun menuju ke rumah pos dengan cepat, meskipun ada penguntit yang mengekorinya.

Namun, pria berbaju biru itu sudah lama mengetahui keberadaan orang di belakangnya, jadi meskipun meningkatkan kecepatannya, ia tetap memastikan untuk membiarkan mata-mata di belakangnya mengikuti.

Consort of A Thousand Faces 4 [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang