Chapter 725 : Orang yang Sekarat Seperti Cahaya yang Dipadamkan

82 14 0
                                    

Menyadari tatapan perhitungan yang melintasi mata Pei Qian Hao selagi Du Ling pergi, Su Xi-er hanya bisa menghela napas pasrah.

"A-Jing, kau ingin menyiasati Kakak lagi." Su Xi-er berpura-pura mengomelinya.

Pei Qian Hao memeluknya dan mencium bibirnya, tidak mau mendengarnya menyebutkan pria lain. Dengan balasan hangat Su Xi-er, ruangan itu segera diliputi pemandangan musim semi.

(T/N: pemandangan musim semi di sini maksudnya yang nganu—ehem ehem gitu. wkwk.)

***

Di Penginapan Xiang Xiu.

Di dalam sebuah ruangan pribadi, Yun Ruo Feng duduk di kursi, mengenakan chang shan putih selagi ia bermain catur dengan Yun Ling. Menaruh sebuah bidak hitam, ia pun mengambil segerombolan bidak putihnya. Yun Ling dengan cepat mengikuti dan meniru tindakannya, mendorong lawannya merespon dengan bidak hitam yang ada di sudut membentuk pola Ling Long.

Kekaguman berbinar di mata Yun Ling. "Pangeran Yun, bawahan ini sudah kalah."

"Meskipun sebenarnya tampak ditakdirkan untuk hancur, jalan menuju kelahiran kembali sedang dibuat." Yun Ruo Feng berkata dengan nada samar.

"Pangeran Yun, ini sudah larut. Anda harus beristirahat."

"Sebuah pertunjukan yang bagus sudah akan dimulai. Bagaimana Pangeran ini bisa tidur?" Yun Ruo Feng berkata penuh arti.

Kebingungan melintasi mata Yun Ling. "Apa maksud Pangeran Yun dengan itu?"

"Seorang tamu penting akan segera datang. Pastikan kau bersiap."

Tepat setelah kata-kata itu meninggalkan mulutnya, pintunya dibuka, dan seorang pria mengenakan chang shan biru pun berjalan masuk.

"Akhirnya kita bertemu." Pria berbaju biru tersenyum samar.

Yun Ruo Feng menyeringai. "Itu tidak akurat; kita sudah lama bertemu. Bagaimanapun juga, kau sudah datang kemari beberapa kali sambil menyamar jadi pria berjubah itu."

Pria berbaju biru melanjutkan dengan mulus, seolah-olah penyamarannya tidak terbongkar barusan ini. "Pangeran Yun, kau pasti membuat kesalahan. Aku bukanlah orang itu."

"Oh? Jangan bilang padaku bahwa ada orang lain yang mirip sekali denganmu." Yun Ruo Feng berkomentar sarkas.

Pria berbaju biru hanya tersenyum. "Orang itu adalah aku, tetapi juga bukan aku. Pada akhirnya kau akan mengerti, Pangeran Yun."

"Pangeran ini tidak mau mengorek privasimu. Katakan saja tujuanmu datang kemari." Yun Ruo Feng langsung menjawab.

"Tujuanku sederhana: bekerja sama supaya kita berdua bisa menang."

"Keduanya menang? Apa yang bisa didapatkan Pangeran ini? Atau apakah aku belum cukup spesifik: apa yang bisa kau dapatkan dengan berkolaborasi denganku dan Hua Zi Qing secara bersamaan?" Yun Ruo Feng mempertanyakan dengan sikap yang angkuh.

Pria ber-chang shan biru mempertahankan ekspresi yang sama. "Jangan khawatir, Pangeran Yun, kepentingan kita tidak bertabrakan, jadi kesepakatannya bisa dilanjutkan secara terpisah."

"Apa maksudmu dengan 'kesepakatannya bisa dilanjutkan secara terpisah'? Tidakkah ia memberitahukanmu bahwa Pangeran ini membutuhkan kriteria tertentu untuk dipenuhi sebelum aku bersedia membahas kesepakatannya?"

"Pangeran Yun, ini akan tergantung apakah kerajaan atau si cantik yang lebih penting bagimu."

Walaupun mata Yun Ruo Feng mirip genangan air, mereka menyembunyikan badai penuh emosi. "Baik wanita cantik dan kerajaan akan menjadi milikku. Walaupun dikatakan bahwa orang tidak bisa memiliki baik ikan dan cakar beruang, Pangeran ini bersikeras untuk mencapainya."

Hawa dingin melonjak dari dalam mata pria itu. Yun Ruo Feng tampak acuh tak acuh di permukaan, tetapi kegilaan bawaan terukir dalam ke tulangnya.

"Pangeran Yun, bersikap arogan tidak masalah, tetapi itu juga bisa menyebabkan kehancuran diri sendiri."

"Pangeran ini mempertahankan pendirianku: jika kau ingin aku membuat kesepakatan denganku, bawa Lan-er ke sisiku. Kalau tidak, kau boleh melupakan soal itu." Yun Ruo Feng kemudian kembali ke tempat duduknya dan terus bermain catur.

Mata pria berbaju biru berkilau dingin selagi ia berjalan keluar dari ruang pribadi dan menuju ke lantai atas. "Karena kau bersikeras seperti ini, aku akan pergi dulu."

***

Sementara itu, Lan Shan menatap dingin ke pria yang berdiri di depannya. "Kenapa kau masih datang kemari? Aku sudah bilang padamu agar tidak datang lagi."

Pria berbaju merah tersenyum. "Ini adalah yang terakhir kalinya, dan aku kemari hanya untuk memberikan beberapa nasihat. Kau seharusnya sudah mengetahui bahwa, meskipun jika kau mendorong orang itu naik ke posisi itu, peraturan keluarga kekaisaran tidak akan menoleransinya."

"Tidak akan menoleransinya? Berdasarkan apa? Ia juga seorang anggota keluarga kekaisaran Xi Liu." Senyum menghina menggantung di sudut mulut Lan Shan.

Mata si pria berpakaian merah berkilat dingin. "Kau tahu lebih baik daripada diriku, apa latar belakangnya. Jangan mengatakan hal-hal seperti ini lagi."

"Apa? Tak ada satu pun dari hal ini yang akan terjadi jika bukan karena keegoisanmu, tetapi kau datang kemari untuk memberitahukanku ini sekarang?" Mata Lan Shan membara penuh kekesalan selagi ia menggulirkan manik-manik Buddha di tangannya dengan lebih cepat.

Mata pria itu berubah sedingin es. "Orang yang sekarat seperti cahaya yang dipadamkan. Kau harus membiarkan masa lalu tetap di masa lalu, atau apakah kau sungguh ingin melihat sejarah mengulangi dirinya sendiri?"

"Tidak, aku tidak mau sejarah terulang. Malahan, aku ingin sejarahnya sepenuhnya dijungkirbalikkan. Semuanya harus kembali ke pemiliknya yang berhak." Lan Shan menyatakan dingin.

Pria berpakaian merah itu mencibir. "Apakah kau sungguh berpikir bahwa inilah harapan semua orang?"

"Jelaskan dirimu." Lan Shan mendengarkan makna dalam perkataannya, dan kebingungan melintasi matanya sejenak.

Mata pria itu berkilat dingin. "Apa yang menjadi milikmu akan jadi milikmu, tetapi kau tidak boleh serakah untuk sesuatu yang bukan milikmu."

Tatapan Lan Shan mengandung senyum gila. "Aku tidak pernah percaya pada takdir. Takdirku berada di tanganku sendiri, dan bukannya langit."

Pria berpakaian merah hanya tersenyum. "Aku sudah mengatakan bagianku; lebih baik kau pikirkan itu baik-baik. Ini adalah terakhir kalinya aku datang kemari, tetapi jika kau sudah memikirkannya, kau tahu dimana untuk menemukanku."

Pria itu melompat keluar, menyeringai selagi ia menangkap sekelebat sosok yang bersembunyi di belakang pilar.

Di dalam ruangan, mata Lan Shan membeku selagi ia merenungi perkataannya.

Pria berpakaian biru berjalan masuk. "Ada apa denganmu?"

"Tidak ada. Kenapa kau kembali? Apakah anak buah Pangeran Hao sudah ditarik?" Lan Shan mendapatkan kembali ketenangannya.

Pria itu tertawa kurang ajar. "Tidak, mereka masih menjaga ruangan yang kosong."

"Kulihat kau sudah membuat Tipu Muslihat Kosong—Kong cheng ji pada mereka." Lan Shan menyeringai.

(T/N: Kong cheng ji atau Tipu Muslihat Kosong adalah salah satu startegi Zhu Ge Liang. Cerita pendek tentang kisah ini adalah bahwa ia memainkan qin seorang diri di sebuah kota yang kosong, menipu musuh bahwa ada kekuatan hebat yang tersembunyi di dalam kota, padahal nyatanya itu kosong.)

Senyuman pria itu semakin mengembang. "Karena mereka suka menjaganya, aku hanya membiarkan mereka melakukan demikian. Biar begitu, aku tidak mau tinggal di sana bersama mereka selamanya."

"Ia menyinggung Pangeran Hao dan Pangeran Yun tadi malam. Apa kau berencana untuk melakukan hal yang sama? Jika kau berani mengacaukan rencanaku, aku pasti tidak akan melepaskanmu." Lan Shan memperingatkan dengan penuh kebencian.

Senyum dingin menggantung di sudut mulut pria itu. "Aku tahu, aku pasti tidak akan berani untuk mengacaukan urusan pentingmu."

Namun, beberapa hal tidak pernah berjalan seperti yang kau inginkan. Beberapa hal mungkin bahkan sepenuhnya berbeda dari yang terlihat.

Consort of A Thousand Faces 4 [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang