Chapter 714 : Mendatangkan Malapetaka

94 18 0
                                    

Sementara mereka bertiga mengobrol, sesuatu yang besar telah terjadi di barak tentara di luar Liu Jing.

"Komandan, kabar buruk! Ada seorang pengungsi yang demamnya tidak turun-turun." Seorang prajurit Xi Liu melaporkan.

Mata si komandan berubah dingin. "Cepat, panggilkan tabib tentara."

Si prajurit membuka mulutnya seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu. Jika aku mengatakannya, apakah aku juga akan dianggap menular dan dikarantina? Namun, jika aku tidak mengatakannya, bukankah aku akan mencelakai orang lain?

Menyadari tampangnya yang penuh konflik, si komandan memerintahkan. "Seorang pria harus mengatakan apa yang ada dalam benaknya. Jangan terlalu ragu-ragu."

Setelah pertarungan internal yang sengit, prajurit itu akhirnya berbicara. "Tabib tentara sudah melihat pengungsi itu, tetapi menyimpulkan bahwa itu bisa jadi wabah."

Hawa dingin melintasi mata si komandan selagi ia mundur tiga langkah seketika. "Kenapa kau tidak mengatakan ini lebih awal?"

Sebelum si prajurit dapat menjawab, komandan itu dengan cepat meneriaki para pengawal di luar tenda. "Seseorang, cepat panggilkan tabib tentara untuk pertemuan darurat guna membahas langkah-langkah migitasi. Juga, utus seseorang ke Liu Jing untuk melaporkan masalah ini."

Si prajurit merasa menggigil dalam hatinya seolah-olah ia sudah membayangkan ajalnya yang semakin dekat.

Tiba-tiba saja, tatapan si komandan jadi tenang. "Kau harus tinggal di sini bersamaku. Kau bebas untuk pergi begitu para tabib tentara memastikan bahwa kia berdua tidak terinfeksi."

Kehangatan mengalir ke hati si prajurit. Ini artinya, aku tidak ditelantarkan, bukan?

Dengan perintah militer yang diturunkan, para tabib tentara dengan cepat berkumpul dan mulai membuat masker yang digunakan sebagai pencegah.

Seorang tabib tentara memasuki tenda. "Komandan, orang tua ini adalah seorang tabib tentara yang ada di sini untuk mendiagnosa kalian berdua."

Si tabib tentara itu memakai masker, dan ia menguarkan aroma obat-obatan cina yang kuat.

Setelah memeriksa mereka berdua dengan teliti, ia pun membagikan diagnosisnya. "Komandan, Anda dan prajurit ini tidak terinfeksi oleh wabahnya. Namun, sebagai langkah pencegahan, kalian berdua juga harus meminum semangkuk obat ketika waktunya tiba."

Beban di hati si prajurit pun akhirnya terangkat.

"Apa yang masih kau lakukan di sini? Cepat pakailah sebuah masker, dan keluarlah untuk membantu." Komandan itu memasang kembali ekspresi seriusnya.

Si prajurit cepat-cepat mengangguk dengan senyum di wajahnya dan pergi sambil bermasker.

"Komandan, ada sesuatu yang orang tua ini tidak yakin akan menyebutkannya." Si tabib tentara tersenyum pahit.

Mata si komandan jadi serius. "Langsung ke intinya."

"Meskipun gejala yang teramati saat ini masih bisa dikendalikan, orang tua ini dan tabib tentara lainnya khawatir bahwa wabahnya telah menyebar layaknya kebakaran di seluruh Provinsi Meng. Mungkin, kita saja yang tidak menyadarinya."

Ekspresi yang muram menyelimuti mata sang komandan. "Komandan ini mengerti. Kau boleh undur diri dulu."

Setelah laporannya selesai, tabib tentara itu pun meninggalkan tenda dengan cepat.

Si komandan dengan cepat menulis surat, dan menyuruh seseorang untuk mengirimkannya ke istana kekaisaran Xi Liu. Jika hal sedarurat ini terjadi di lain waktu, ia pasti akan memasuki Liu Jing secara pribadi, tetapi ia tidak berani mengambil risiko setelah mendengar kata-kata peringatan si tabib tentara.

Begitu ia selesai, akhirnya ia bisa mengembuskan napas lega sementara.

***

Di Kompleks Liu Shui.

Hua Zi Qing mengenakan chang shan putih selagi ia duduk di kursi, seteko teh sedang diseduh di depannya. Pria bertopeng berdiri di samping, melaporkan semua yang terjadi selama Perjamuan Bantuan Bencana.

"Tampaknya, Hao Wang Fei memang seorang wanita yang menakjubkan. Siapa sangka ia bisa terpikirkan ide yang begitu baru." Kekaguman berkedip di mata Hua Zi Qing.

"Haruskah kita pergi mencurinya untuk kita sendiri?"

"Tentu saja, tetapi aku yakin Pangeran Yun akan bertindak bahkan lebih cepat dari kita, jadi mari simak dengan tenang dari samping untuk saat ini." Senyum penuh perhitungan muncul di sudut mulut Hua Zi Qing.

"Bawahan ini mengerti."

"Baiklah, kau boleh mundur. Seorang tamu sudah datang."

Pria bertopeng itu kebingungan, namun tetap mematuhi perintahnya. Tak lama kemudian, Perdana Menteri Wen memasuki ruangan.

Hua Zi Qing tak tahan untuk menggoda. "Apa kau di sini karena kau ingin mendorong Perdana Menteri Wen keluar dari jurang?"

"Aku tidak menyangka bahwa ia tetap tidak mati setelah aku melakukan itu."

"Itu karena kau tidak memahami apa tiga huruf yang mewakili nama Perdana Menteri Wen. Tak peduli bagaimana kau membantah Hua Zi Rong, selama Pangeran ini masih ada, ia tidak akan menyentuh Perdana Menteri Wen," jelas Hua Zi Qing.

Perdana Menteri Wen menyeringai. "Itu benar, bahkan aku saja mempertimbangkan apakah aku harus membunuhmu lebih dulu."

Mendengar bagaimana ia mencoba menutupinya sebagai candaan, mata Hua Zi Qing berkilat dingin. "Pangeran ini benar-benar tidak menyangka bahwa kau memiliki pemikiran semacam itu, Yin."

'Perdana Menteri Wen' mengacungkan jari telunjuk ke mulutnya. "Aku adalah Perdana Menteri Wen, Pangeran Qing."

"Oh, Perdana Menteri Wen, kenapa kau datang mencari Pangeran ini?"

Hua Zi Qing mengerti tujuannya, dan melihat sosok hitam di luar jendela. Orang itu menggesturkan sedikit dengan ekspresi tenang.

"Pangeran Qing, pejabat tua ini sudah akan mati, jadi tidak ada gunanya menyimpan benda ini. Lagian tadinya aku berencana untuk memberikannya pada Pangeran Qing." Perdana Menteri Wen batuk-batuk dua kali.

"Jika Pangeran ini mengingat dengan tepat, Perdana Menteri Wen sudah memilih jalan yang diinginkannya."

"Pejabat biasa ini hanya sedang linglung waktu itu. Sekarang karena pejabat tua ini sudah memikirkannya dengan jelas, Pangeran Qing adalah penguasa bijaksana yang sesungguhnya."

Menontonnya berakting, senyum Hua Zi Qing pun mendalam. "Kalau begitu, Pangeran ini menerima ketulusanmu."

Suara ketukan terdengar dari jendela di luar, tetapi tatapan Hua Zi Qing segera kembali normal. "Orangnya sudah pergi."

"Tampaknya Hua Zi Rong sudah curiga, kalau tidak, ia tidak akan terus membuntutimu."

"Aku tidak takut akan penyelidikannya, hanya tentang bagaimana aku akan melepaskan diriku dan melarikan diri."

"Orang-orang di Aula Liu mencoba memancingku, tetapi kembali dengan tangan kosong. Aku yakin mereka pasti sudah mengambil keputusan."

"Sudahkah kau memutuskan bahwa kau benar-benar menginginkannya mati?" tanya Hua Zi Qing.

"Aku tidak pernah menyesali keputusanku. Kau tahu persis kehidupan macam apa yang kujalani karena dirinya."

"Aku yakin ia tidak akan mati dengan tenang," ejek Hua Zi Qing.

Ia kemudian melihat Perdana Menteri Wen melepaskan topengnya. "Memakai wajahnya benar-benar membuatku merasa jijik."

"Bukankah biasanya bawahanmu yang memakainya? Kenapa kau secara pribadi pergi ke Perjamuan Bantuan Bencana?" Hua Zi Qing tersenyum, seolah-olah ia sedang berbincang dengan seorang kawan lama.

Melepaskan wajah Perdana Menteri Wen, memperlihatkan Yin di bawahnya. "Ini diperlukan oleh rencananya, meskipun aku benar-benar membenci wajah ini."

Consort of A Thousand Faces 4 [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang