11. Teror

1.1K 87 6
                                    

Junno memicingkan mata. Sepucuk senjata api dalam genggaman dan dia arahkan ke titik sasaran. Kemudian terdengar beberapa kali letusan hingga setelahnya, pria itu melepaskan kotak peluru dan menggantinya dengan yang baru.

Pria itu bergerak ke kiri dan bersembunyi dibalik tembok, kemudian berguling ke depan dan berlindung di balik batu. Lalu di detik berikutnya dia kembali menembakkan pistolnya ke sasaran yang terletak sejauh dua ratus meter darinya hingga benda yang berdiri di sisi lapangan itu akhirnya tumbang.

"Yeah!" Dia melonjak kegirangan begitupun ketiga rekan yang sengaja mengajaknya latihan menembak pada hari itu.

"Benar kan, kemampuanmu tidak berkurang sama sekali meski tak digunakan selama tiga tahun." Adam menepuk pundaknya yang tengah memeriksa sasarannya yang telah tumbang.

"Heem. Mataku masih tajam rupanya. Hahaha!" Juna tertawa lepas.

"Bagus. Jadi kau siap?" tanya Adam.

"Siap untuk apa?"

"Melatih anak buahku."

"Apa bayarannya setimpal?"

"Untuk setara dirimu, aku rasa ya."

"Hmmm ... patut dipertimbangkan."

"Jadi kau setuju?"

"Baiklah, aku rasa aku sudah bosan jadi pengangguran."

Adam tersenyum. "Baiklah, kau bisa pindah ke mess mulai malam ini." katanya, dan mereka pindah ke area lain di tempat itu.

"Benarkah? Ada mesnya juga?"

"Ada."

"Bagus sekali, jadi aku tak harus bolak-balik ke rumah susun. Di sana mengerikan."

"Mengerikan bagaimana maksudmu?" Garin yang membawa beberapa peralatan bersama Rama pun menyahut.

"Kau tidak akan percaya jika aku ceritakan." Junno menjawab.

"Coba saja."

"Ah, pokoknya di mana ada perempuan yang menggoda, rasanya menyeramkan. Hahaha." Lalu dia tertawa.

"Apa?"

"Kenapa mengerikan? Memangnya kau sudah tidak suka perempuan ya? Hahaha. Kau yang mengerikan." Garin tertawa.

"Tidak, bodoh!" Lalu Junno menendang kakinya meski tidak mengenai rekannya itu karena dia menghindar.

"Aku pikir ...."

"Diamlah. Aku mau pulang dulu mengambil barang-barangku. Nanti malam aku kembali." Junno mengakhiri percakapan tersebut, lalu dia bersiap untuk pergi.

"Baik, sampai nanti Junn." Adam dan kedua rekannya pun menanggapi.

***

Lina membanting kotak yang Camelia temukan di depan pintu apartemennya, setelah membuka dan melihat isinya yang adalah bangkai tikus yang sudah membusuk.

Dibawahnya juga terdapat foto perempuan itu yang tengah berpose di sebuah majalah dewasa dengan mengenakan lingerie seksi. Dengan sayatan di sepanjang garis-garis gambar tubuhnya.

"Siapa yang melakukannya, Lina? Apa dia sedang mengancamku?" Camelia tentu saja histeris karenanya.

Dia duduk memeluk kakinya sendiri di sudut sofa dengan tubuh gemetaran. Kemudian perhatian mereka beralih ketika dua orang satpam tiba.

"Lihat, kan Pak? Apa seharian ini tidak ada yang mencurigakan?" Lina menunjuk kotak yang dia masukkan ke tempat sampah.

"Tidak ada, Bu. Hanya aktifitas biasa saja," jawab salah satu dari mereka.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang