87. Konfrensi Pers

935 171 22
                                    

Camelia menatap gedung tinggi di mana agensi tempatnya bernaung selama belasan tahun itu berada. Dulu sekali, dia masuk ke dalam sana dengan menggenggam sejuta harapan bahwa semua mimpinya akan terwujud dan kehidupannya akan menjadi lebih baik. Dengan mengorbankan segala yang dia miliki, termasuk dirinya sendiri. Dan ya, semuanya memang menjadi nyata, dan tak ada pekerjaan yang dicintainya melebihi dunia hiburan. Entah itu akting, modeling dan segala hingar-bingar yang datang bersama uang yang tak terhitung jumlahnya.

Tapi itu dulu, sebelum akhirnya dia tahu bahwa dunia itu jugalah yang telah menghancurkannya hingga ke dasar. Memperbudaknya menjadi hamba hiburan, dan memeras jati diri yang dimilikinya hingga menjadi seperti ini. Sekejam itu dunia hiburan memanfaatkannya.

Namun sentuhan hangat di jemarinya menyadarkan Camelia dari lamunan. Dan pada saat dia menoleh, maka wajah Junno lah yang mendominasi pandangan.

“Jadilah kuat. Karena mungkin setelah ini semua orang akan menyerangmu dari setiap sudut.” Pria itu seperti biasa, menguatkannya.

Setelah melihat dan mengamati berita yang beberapa hari ini mendominasi layar televisi dan dunia maya, akhirnya mereka memutuskan untuk muncul di hadapan publik. Tentunya setelah diskusi panjang lebar yang diselingi sedikit perdebatan karena mempertimbangkan segala resiko yang mungkin terjadi.

Junno menoleh ke arah beberapa pria berbadan tegap yang sengaja dibawanya untuk alasan pengamanan. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk menghalau hal-hal yang tak diinginkan. Menghindarkan Camelia dari serangan fans atau pun wartawan yang diperkirakan akan menggila di hari pertama kemunculannya lagi setelah satu bulan lamanya menyembunyikan diri.

Mereka kemudian berjalan menuju pintu masuk yang sudah terbuka sejak kabar kedatangannya diketahui oleh semua orang.

Wartawan dari berbagai media turut hadir untuk mendapatkan berita paling akurat dari mulut Camelia sendiri, tentunya inilah yang sudah mereka tunggu-tunggu sejak beberapa minggu belakangan.

Seorang pria yang dikenal sebagai pimpinam agensi bersama staffnya termasuk Lina berdiri menyambut begitu Junno, Camelia dan sekitar enam orang pengawal masuk ke dalam gedung. Mereka berhadapan dengan wajah tegang dan waspada.

“Aku harap penjelasanmu tidak ada yang aka merugikan kami.” Pria itu menatap Camelia.

Terdengar dengusan napas keras dari Junno dengan raut mengejek. “Apa tidak salah?” Dia bergumam.

“Diamlah! Dan segera lakukan agar semuanya cepat selesai.” Lina menyela.

“Tentu saja, memang ini tujuan kami.
Tapi seandainya kau tidak mengacau dengan keculasanmu sejak bulan lalu ini semua sudah selesai.” Junno menjawab tanpa raut gentar sedikitpun.

“Diam! Kau tidak tau apa-apa soal ini. Kau hanya pengawal yang berkhianat pada tuanmu.” Lina maju dan menatapnya dengan pandangan benci.

“Tuanku?” Junno terkekeh. “Siapa tuanku? Aku dibayar selama itu diperlukan dan dua bulan belakangan tidak ada yang membayarku. Kau pikir di dunia ini ada yang gratis? Bahkan kau pun sama. Kalian memanfaatkan Camelia untuk mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya, kan?”

“Kau ….” Lina hampir saja maju tetapi si pemilik agensi dengan cepat menghalanginya.

“Hentikan! Sebaiknya tuntaskan ini semua dan cepat pergi, karena seperti yang kau tau bahwa agensi ini sudah tidak membutuhkanmu lagi, Mell.”

“Tidak usah khawatir, kami pun tidak ingin berlama-lama di sini. Tempatmu sangat memuakkan.” Junno tidak membiarkan Camelia buka suara.

Kemudian setelah perdebatan tersebut mereka semua beralih ke aula gedung di mana para pencari berita telah menunggu. Dan setelah melontarkan sedikit basa-basi semua orang bersiap untuk mendengarkan pengakuan Camelia.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang