32. Interaksi #2

1.4K 81 5
                                    

Junno menyesap rokoknya yang masih menyala, sementara ketiga rekannya tertawa terbahak-bahak. Garin bahkan sampai menyemburkan minumannya setelah pria itu selesai bercerita tentang tragedi kecoa terbang di apartemennya.

"Tertawalah sampai puas! Kalian tidak tahu saja bagaimana jadi aku." Dia menyesap rokoknya dalam-dalam kemudian meniupkan asapnya di udara.

"Aku rasa kau sudah tidak normal, Junn." Garin berujar. "Kalau aku, perempuan itu sudah pasti kusikat semalam. Mumpung dia mabuk berat."

Namun Adam menepuk kepalanya dengan keras sehingga Garin mengaduh. "Tidak sopan!" katanya.

"Apa? Aku kan hanya berandai-andai. Pada kenyataannya, Junno yang ada di posisi itu kan? Ah, kenapa waktu itu bukan aku saja yang mengambil pekerjaan sebagai bodyguardnya. Kan bagus, setiap hari melihat pemandangan indah." Dia memperagakan dengan kedua tangannya siluet yang muncul dalam bayangannya.

"Dasar mes*m!" Rama kemudian menendang kakinya di bawah meja, lalu mereka kembali tertawa.

Namun setelah beberapa saat Adam menyikut lengan rekannya tersebut ketika melihat Junno hanya terdiam. Lalu dia memberi isyarat kepada Garin untuk dia.

Adam berdeham. " Ehm  … lalu masalah apa yang membawamu kemari setelah berminggu-minggu bekerja dengannya? Kau tidak kuat, heh?" Dia bertanya.

"Entahlah, sepertinya aku ingin mengundurkan diri." Junno menjawab.

"Apa?" Yang membuat ketiga pria itu serentak bereaksi.

"Tidak sekarang, tapi setidaknya setelah syuting sinetronnya selesai. Bisa aku minta satu atau dua orang untuk ikut bekerja denganku sehingga nantinya mereka akan terbiasa jika aku sudah pergi?" Junno dengan idenya.

"Kau bercanda. Bima hanya meminta satu orang." Adam bermaksud melayangkan penolakan.

"Tidak sekarang, tapi nanti sesekali jika dia harus menghadiri acara besar dengan audiens yang banyak. Sepertinya sebentar lagi akan diadakan fan meeting atau yang semacamnya." Junno menjelaskan.

"Kenapa? Kau tidak mampu menjaganya sendirian?" Rama meneguk minuman dinginnya yang sudah berembun.

"Kalau untuk acara besar sepertinya aku butuh dukungan. Kalian tidak tahu segila apa para penggemarnya itu."

"Benar, benar." Garin mengangguk-anggukkan kepala.

"Bukan kau, bodoh! Aku tidak akan memilihmu untuk menemaniku menjaganya. Maksudku orang lain." Junno menepuk belakang kepala Garin. "Bahaya sekali jika kau yang melakukannya."

"Haih! Memangnya siapa yang mau menggantikanmu menjaganya? Memangnya aku pengangguran apa? Aku ini sibuk menyelamatkan dunia, tahu!" Garin menjawab ucapan rekannya tersebut. Sementara Adam dan Rama saling pandang.

"Memangnya apa rencanamu jika sudah berhenti menjaganya? Kau akan kerja apa?" Rama kini yang bertanya.

"Entahlah, sepertinya aku ingin jadi pengangguran kaya saja." Junno merebahkan kepalanya pada sandaran kursi dengan kedua kaki dia rentang kan di sisi meja.

"Pengangguran kaya? Dalam mimpimu saja!" Lalu Garin melemparkan kaleng bekas minuman yang sudah kosong kepadanya, yang dengan sigap Junno tangkap dengan tangannya.

Lalu dua rekannya yang lain kembali tertawa.

***

Camelia sesekali melirik jam dinding. Hari sudah menjelang sore tetapi Junno belum juga kembali padahal dirinya sudah menunggu.

Entah mengapa dia begitu, Camelia tidak tahu. Tetapi suasana hatinya hari sepertinya ini tidak terlalu baik dan dia merasa kesepian.

Kesepian?
Padahal selama ini dia hidup sendirian. Tanpa teman, apalagi sanak saudara yang menemani. Asistennya bahkan tak tinggal bersamanya seperti artis-artis lain yang segala hal dilayani oleh beberapa orang.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang