51. Syuting

1.2K 145 23
                                    

Camelia meletakkan rangkaian bunga yang Junno berikan di kencan pertama mereka tadi pada sebuah vas keramik. Lalu dia menyentuh kelopak-kelopak cantiknya sambil tersenyum.

Perempuan itu hampir pergi ke kamarnya, tetapi sedetik kemudian dia kembali dan menyentuh benda itu lagi. Lalu tawa yang renyah terdengar menguar sebelum akhirnya dia berlari ke kamarnya. Sementara Junno hanya memperhatikan sambil meneguk air minumnya di dapur.

***

Malam sudah beranjak larut dan ruangan di dalam unit apartemen itu sudah sepi. Beberapa kali Junno memeriksa tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan Camelia padahal beberapa malam belakangan perempuan itu selalu tidur di kamarnya.

Dia terkekeh, lalu membenamkan wajah pada bantal dan mencoba untuk tidur karena rasa kantuk memang sudah mengganggunya sejak tadi, dan bisa dipastikan akan segera tidur jika saja tak menunggu Camelia.

Tetapi sepertinya malam ini perempuan itu tidak akan mendatanginya, karena memang sudah hampir tengah malam dia tak ada.

"Haaaa … baiklah, kenapa juga aku jadi berharap?" Junno menelungkupkan tubuhnya, lalu mencoba untuk memejamkan mata.

Tetapi setelah beberapa saat ketukan di pintu membuatnya yang hampir terlelap malah kembali terbangun.

"Junn?" Siapa lagi kalau bukan Camelia yang kemudian mendorong pintu pelan-pelan.

"Apa kau sudah tidur?" Perempuan itu menjulurkan kepalanya lewat celah kecil yang terbuka.

"Tadinya, tapi kau …."

"Aku tidak bisa tidur di kamar itu." Lalu dia menerobos pintu dan segera melesat ke dalam. Kemudian naik ke tempat tidur di mana Junno berada.

"Rasanya aneh karena aku ingat soal pria yang kau tembak kepalanya." Camelia masuk ke dalam selimut dan dengan nyamannya merapatkan tubuh kepada Junno.

"Aku merasa seperti ada yang sedang mengawasi entah di mana. Apalagi kalau lampunya aku matikan." katanya lagi yang menyusup ke pelukan pria itu ketika dia menggeliat.

"Yang benar saja?" Junno baru saja merespon.

"Aku serius!"

"Kemarin-kemarin tidak apa-apa. Kau bahkan sudah tiga tahun tinggal di sini tapi biasa saja. Lalu mengapa sekarang malah begini?" Junno membenahi posisinya karena perempuan itu terus merapatkan tubuhnya yang menguatkan aroma yang sangat menyenangkan.

"Aku tidak tahu. Suasana kamarku tiba-tiba saja menjadi tidak menyenangkan."

"Ah, aku menyesal sudah bercerita soal penembakan itu. Jadinya kau takut kan?" Lalu Junno mendekap tubuh hangat Camelia yang tertawa dengan suara yang terdengar lucu.

"Aku rasa ya. Karena sebelum tahu pernah ada kejadian itu aku biasa saja. Tapi jika ingat kau sudah bercerita, rasanya ada sesuatu …."

"Takhayul." Junno bergumam. "Satu-satunya hantu yang aku percayai adalah rekan-rekanku di pasukan hantu."

"Hum? Pasukan hantu?" Camelia mendongak.

"Ya. Tidak ada yang paling menyeramkan dari mereka apalagi jika sedang menghadapi buronan negara."

"Termasuk kau?"

"Umm … ya, sepertinya begitu."

Camelia tertawa lagi.

"Sudah, cepat tidur. Besok kau ada syuting pagi dan kita harus bersiap menghadapi kegaduhan yang mungkin terjadi setelah kencan kita tadi."

Camelia masih menatap wajah tegas pria itu.

"Sepertinya aku tidak akan mau tidur di sana lagi setelah ini." Lalu dia kembali berbicara.

"Kenapa? Takut?"

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang