35. Dua Insan

2.3K 114 6
                                    

Kedua tangan Junno meremat pinggul Camelia ketika perempuan itu menurunkan tubuhnya dan milik mereka menyatu.

Alat tempurnya terbenam perlahan dan keduanya sama-sama memejamkan mata diikuti des*han pelan.

Camelia berpegangan pada pundaknya, dan tak mereka terdiam untuk beberapa detik sekedar untuk menyesuaikan diri dan merasakan debaran gila yang menguasai dada.

Kedua mata itu saling menatap seiring rasa lain yang hadir mendominasi. Entah itu senang, bahagia bercampur semangat yang menggebu-gebu.

Camelia mulai bergerak sementara Junno mendongak untuk meraih bibirnya yang seranun stroberi. Semanis anggur dan senikmat candu.

"Aahhh!" Des*han Camelia terdengar lirih dan napasnya menderu-deru seperti halnya Junno.

Tubuh mereka semakin memanas dan hasrat terus menanjak seiring semakin cepatnya perempuan itu bergerak, dan Junno membiarkannya berbuat sesuka hati.

Akal sehatnya sudah memudar dan pikirannya hanya diliputi keinginan untuk saling memuaskan. Ini sudah terlanjur terjadi dan keduanya tak ingin berhenti.

Camelia meremat rambut lurus Junno ketika pria itu membenamkan wajahnya di belahan dada dan menyesal kulitnya dengan penuh kelembutan, sedangkan kedua tangannya meremat dada yang puncaknya telah mencuat.

"Uuhh!" Lenguhan-lenguhan erotis terus mengudara pada pagi hari itu dan dua manusia yang tengah diamuk hasrat tersebut benar-benar menikmati waktu mereka. Dan ruang tengah apartemen tersebut segera dipenuhi suara percintaan yang akan membuat siapa saja merasa malu jika mendengarnya.

Junno semakin berani menyentuh setiap inci tubuh perempuan itu, dan perasaannya pun benar-benar tak dapat dia kendalikan. Sehingga semuanya berlangsung semakin panas saja.

Rematan ya pada pinggul. Amelia kini menjadi semakin kencang dan dia mulai mengimbanginya dengan menghujamkan senjatanya dari bawah. Mereka bergerak dengan ritme yang sama dan beraturan.

"Ahh, Junno!" Camelia merintih ketika Junno menghujam lebih keras, dan rasanya ini lebih gila dari pada yang sudah pernah ia alami sebelum bersama pria itu.

Ada perasaan lain yang terlibat dan dia sangat menyukainya. Ini terasa indah dan membuatnya lebih bersemangat.

"Mmmhh!" Dia mengeratkan pelukan dan membuat kulit di tubuh mereka yang memanas terus bergesekan sehingga menghadirkan sensasi yang lebih gila lagi.

Camelia merasakan tubuhnya terus meremang dan desiran gila itu terus menyebar menguasai seluruh akal sehatnya.

Dia semakin ingin bergerak lebih cepat dan membiarkan dirinya terlena pada apa yang tengah mereka lakukan.

Segalanya menjadi lebih indah dan keduanya semakin bersemangat saja. Meski ini terasa diluar nalar, namun mereka tetap melanjutkan dengan senang hati.

Apalagi Camelia yang meski ini bukan pertama kali baginya untuk berhubungan badan dengan lawan jenis, tetapi yang dia rasakan kali ini tak seperti sebelumnya.

Junno menyentuhnya dengan cara yang belum pernah dia rasakan dan pria itu memperlakukannya dengan penuh pemujaan seolah dia makhluk paling berharga di dunia.

Sentuhan pada setiap inci tubuhnya merupakan yang paling jelas. Dia menyentuhnya dengan penuh kelembutan dan kehati-hatian seperti dia akan menghancurkannya jika tak seperti itu. Ciuman dan cumbuannya terasa penuh kasih dan ini menyenangkan untuk dilakukan.

Setiap kecupan hangatnya meninggalkan perasaan bahagia, dan sesapan pada kulitnya membuatnya merasa melayang-layang. Dan ini indah sekali!

"Oohh, Junno!" Dia terus mends*h dan memanggil namanya seolah pria itu tak ada di bersamanya. Sementara kedua tangannya mencengkram bahu kokoh itu dengan kencang sementara kedutan di bawah sana semakin kentara saja.

Semakin lama gerakannya menjadi semakin cepat seiring akal dan pikirannya yang semakin digelapkan hasrat dan Camelia benar-benar hilang kendali atas dirinya sendiri. Dia terus meracau dan mengerang seolah hanya itu yang dapat dia lakukan untuk menyalurkan perasaannya.

Sementara Junno memilih untuk membiarkannya berbuat sesuka hati dan menikmati saat-saat ini sebagai partner saja ketimbang memikirkan posisinya sebagai pengawal.

Tidak! Itu tidak akan mengganggunya sama sekali karena jelas ini melibatkan perasaan, dan dia tidak berusaha untuk menolaknya.

Sepertinya bukan hal besar karena mereka sama-sama lajang dan keduanya melakukannya atas kesadaran dan keinginan masing-masing.

"Ooohh, Junno!" Erangan Camelia menjadi semakin keras seiring gerakan pinggulnya yang semakin kencang juga dan perempuan itu hampir sampai pada klim*ksnya ketik Junno dengan cepat membalikkan posisi.

"Ugh!" Kini Camelia berada di bawahnya, dan dalam hitungan detik Junno menarik sebelah kaki jenjangnya ke atas sehingga hujaman senjatanya yang semakin mengeras itu menjadi lebih maksimal.

"Aahhh!" Dan Camelia memekik sambil memejamkan mata dengan kepala mendongak ke belakang karena benda itu benar-benar menyentuh bagian terdalam dari dirinya, dan ini pertama kali dia merasakannya.

Tubuhnya terus bereaksi dengan rasa nikmat yang semakin menjalar menguasai segala yang ada pada dirinya. Pikirannya sudah benar-benar kosong saat ini selain dia hanya menginginkan Junno.

"Junno, aahh!" Dia menatap wajah pria itu yang kedua alisnya saling bertautan.

Tangannya menggapai-gapai tubuh kekar di atas yang tengah berpacu mendaki ke puncak percintaan, dan mereka sama-sama mends*h lirih.

Terkadang Junno menggeram dengan suara napasnya yang menderu-deru. Membuat Camelia semakin merasa tidak tahan.

Cengkeramannya pada tubuh pria itu kembali mengencang, dengan dan kedutan di bawah pun menjadi semakin intens. Membuat Junno yang mencoba untuk mengendalikan dirinya pun perlahan terbawa suasana.

Dan untuk pertama kalinya setelah lebih dari tiga tahun pria itu merasakan kembali sentuhan perempuan seintim ini, dan jelas ia tak akan bisa mengabaikannya.

Junno terus berpacu ditengah des*Han dan erangan yang semakin lirih, yang membuat semangatnya bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. Dan suara Camelia menjadi hal yang paling dia sukai saat ini.

Gerakan tubuhnya, ekspresi wajah dan segala yang ada padanya terasa begitu berharga untuk dilewatkan dan dia begitu mengaguminya.

"Ahh, Junno!" Camelia menjerit ketika sesuatu di dalam dirinya tak bisa dia tahan lagi, dan tubuhnya mengejang hebat kala pelepasan itu datang menghantam. Dan yang bisa dia lakukan hanya memeluk erat tubuh kekar di atasnya.

Sementara Junno mempercepat hentakannya, hingga setelah beberapa detik dia pun mengalami hal yang sama. Pria itu menekan pinggulnya dan menghujamkan alat tempurnya keras-keras seiring memancarnya apa yang ada di dalam tubuhnya.

Meski setelahnya dia ingat hal itu bisa menjadi fatal dan segera mencabutnya untuk menghindari akibat yang ditimbulkan karena persetubuhan ini. Namun Camelia cepat meraihnya kembali dan menautkan milik mereka lagi, kemudian memeluk tubuh pria itu erat-erat agar dia tidak pergi.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang