Bima menggeram ketika ponselnya terus berbunyi nyaring, dan dia hampir saja membenamkan miliknya pada Camelia.
Pria itu bangkit lalu segera melihat layar, dan kontak Delisa lah yang memanggil.
"Sial!" Bima mengumpat. Namun dia segera menjawab panggilan istrinya.
"Ya, ada apa?" Dia berusaha menstabilkan suara meski napasnya sedikit terengah karena menahan gejolak hasrat yang sudah menuntut untuk dipuaskan.
"Bisakah kau pulang?" tanya perempuan di seberang.
"Ya, ada apa?" tanya Bima lagi.
"Zakia sakit. Aku membawanya ke rumah sakit. Dia kejang-kejang." ucap Delisa.
"Apa?"
"Aku mohon. Pulanglah." katanya lagi.
Bima memejamkan mata untuk beberapa deti.
"Sayang, aku mohon pulang lah. Aku takut ada sesuatu …."
"Baik. Aku segera ke sana." Bima mematikan ponsel.
"Ada apa?" Camelia bangkit lalu menyentuh dada pria itu untuk menggodanya lagi. Namun yang terjadi adalah Bima malah menjauh kemudian memunguti pakaiannya.
"Pak?"
"Aku harus pulang. Putriku masuk rumah sakit." jawab pria itu yang segera mengenakan pakaiannya.
Camelia tertegun di pinggiran tempat tidur dalam posisi duduk dengan kedua lutut yang menopang tubuh telanjangnya.
"Aku pergi," ucap Bima yang melesat keluar dari kamar sambil melakukan panggilan telpon, meninggalkan Camelia sendirian di tempatnya.
***
Junho menyesap rokoknya dalam-dalam, kemudian meniupkan asapnya di udara. Dia berbaring di kursi taman menatap langit kelam Jakarta.
Sopir Bima sudah kembali ke dalam mobil untuk beristirahat setelah dia ajak berbincang beberapa saat yang lalu. Dan kini tinggal dirinya sendiri yang berada di taman apartemen yang sepi.
Namun suara mesin mobil yang menyala tak jauh darinya membuyarkan lamunan. Dan itu adalah mobil milik Bima.
Sopirnya tampak mengusap wajah kasar, lalu dia keluar untuk membukakan pintu ketika di saat yang bersamaan pria itu keluar dari gedung apartemen dengan tergesa.
Dia memperhatikan dari jarak beberapa meter hingga mereka pergi, kemudian menatap ke arah atas gedung yang lampunya sudah padam.
Junno berpikir, lalu dia mendengus pelan.
"Cepat sekali?" gumamnya, lalu dia beranjak dari kursi taman. Dan dengan langkah santai pria itu berjalan masuk ke apartemen, menuju unitnya yang Camelia tinggali.
Junno masuk begitu saja, namun dia tertegun saat mendapati perempuan itu yang berdiri seolah menempelkan tubuhnya ke jendela. Dia tampak menatap keluar, namun segera menoleh ketika mendengar kedatangan sang pengawal.
"Eee … aku pikir kau sudah tidur?" Junno sedikit tergagap.
Dia tak menyangka sama sekali jika Camelia masih berada di sana. Dengan pakaian tidur berlapis jubah mandi yang diikat asal dan di bagian pundaknya sedikit terbuka.
Perempuan itu tak merespon. Dia hanya terdiam menatapnya dengan raut datar.
"Maaf, sepertinya aku …." Dia cepat-cepat berjalan ke arah kamarnya dan bermaksud menghindari percakapan yang mungkin akan terasa aneh.
"Menurutmu aku murahan?" Tiba-tiba saja perempuan itu bertanya, yang segera menghentikan langkah Junno. Lalu dia berbalik.
"Menurutmu aku ini perempuan murahan, Junn?" tanya Camelia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...