57. Akting

1.6K 144 21
                                    

Junno menatap perempuan itu yang meringkuk di dengan selimut melilit sebagian tubuh telanjangnya. Camelia begitu lelap setelah pergumulan panas mereka yang kini telah menjadi aktivitas yang rutin dilakukan setiap kali mereka berdekatan. Kedua pipinya masih merona dan sebagian anak rambutnya masih tampak basah karena keringat sisa percintaan mereka. Dan ujung-ujung jarinya tertarik untuk menyentuh bibirnya  yang merekah, lalu ia menunduk untuk mengecupnya.

Dia merasakan sesuatu yang begitu besar menguasai dirinya. Memenuhi setiap rongga di dada dan mengisi ruang-ruang kosong di dalam hati. Dan dia menyukainya. Sesuatu seperti menggantikan yang pernah hilang sehingga dirinya kembali merasa utuh sebagai seorang pria, dan itu karena Camelia.

Lalu tangan dengan jemarinya yang lentik itu bergerak merayap meraih pundaknya, dan kedua mata sayu milik Camelia terbuka perlahan. Mereka kembali saling memindai seperti saat bercinta tadi, tetapi kini lebih lembut dan tampak lebih berperasaan. Lalu keduanya sama-sama menyunggingkan senyum ketika mulai memahami apa yang ada di dalam hati.

Camelia mengecup bibir Junno yang baru saja terlepas darinya, dan untuk beberapa saat mereka saling meraba perasaan masing-masing.

"Aku mencintaimu, Junn." Perempuan itu berbisik kemudian dia membenamkan kepalanya di dada Junno. Sementara tangannya memeluk tubuh kekar itu dengan erat. Dan tak ada yang mereka lakukan setelahnya selain membiarkan diri tenggelam dalam rasa kantuk dan segera terlelap dalam suasana hening yang menenangkan. Selain deburan ombak di pantai, tak ada lagi suara lain yang terdengar.

***

"Junn, tunggu! Jangan tinggalkan aku!" Camelia berusaha mengejar Junno yang sejak tadi berlari mendahuluinya.

Mereka menyusuri pantai sejak subuh untuk sekedar menikmati udara pagi yang masih cukup bersih dan merasakan keheningannya yang pada siang nanti akan segera berubah oleh keramaian pengunjung.

Junno memelankan laju kakinya kemudian sedikit mundur untuk mensejajarkan langkahnya dengan Camelia yang mulai tak bisa mengejarnya setelah berlari sejauh ini.

"Ayolah, kau harus lebih rajin berolahraga agar lebih sehat." Pria itu berbicara.

"Aku sehat, Junn. Tidak lihat tubuhku sebugar ini?" Mereka kini hanya berjalan saja.

"Ya, bugar tapi tidak sehat. Pola makanmu buruk dan apa yang masuk ke dalam tubuhmu benar-benar tidak baik."

"Benarkah?"

"Ya, selain yang aku masakkan."

"Lalu bagaimana dengan yang kau masukkan?"

"Hah?"

"Kau sendiri." Perempuan itu menahan senyum, namun Junno sedikit berjengit ketika dia tak memahami maksud ucapannya.

Tetapi kemudian Camelia tertawa dengan keras mengingat kalimat itu dan dia merasa lucu melihat raut wajah Junno yang demikian.

"Lupakan, kau tidak akan paham." Camelia tertawa lagi.

"Apa sih yang kau katakan itu?" Dan Junno kemudian bertanya, tetapi Camelia hanya menggelengkan kepala.

"Hey, yang jelas kalau bicara! Aku mana mengerti dengan lelucon seperti itu?" Lalu Junno menarik pergelangan tangannya sehingga jarak di antara mereka menghilang.

"Tidak ada, aku hanya …."

Namun Junno segera berpaling ketika ekor matanya menangkap cahaya yang berkelip di kejauhan, dan dia memindai sekeliling untuk mencari tahu.

"Ada apa, Junn?" Camelia bertanya.

"Seseorang sedang mengawasi kita!" Dia berputar dan tetap mengarahkan pandangan ke tempat yang jauh.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang