12. Rumah Sakit Dan Tawaran Bima

1K 79 4
                                    

Ambulance melesat membelah jalanan kota pada malam itu, sementara perempuan yang berada di dalamnya berusaha untuk mempertahankan kesadarannya.

Lina tak membiarkannya sendiri, dan bahkan perempuan itu yang bertahan menekan sebuah kain yang dilihat pada lukanya untuk menghentikan pendarahan.

"Bertahan. Bertahanlah, Mel!" Lina mengguncangkan tubuhnya.

Napas Camelia tersengal-sengal dan dia berusaha untuk tetap terjaga, meski rasa lelah mulai mendominasi dirinya.

Darah terus mengalir dari pinggang yang terkena peluru tajam entah dari mana, dan kain yang Lina gunakan untuk menahannya malah semakin basah diikuti dengan bau anyir yang menyengat.

"Mel, bertahan! Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit." Lina kembali mengguncangkan tubuhnya yang hampir kolaps.

Lalu setelah menempuh perjalanan yang cukup menegangkan, akhirnya ambulance tersebut tiba di depan rumah sakit. Dua petugas yang berdiri di depan Unit Gawat Darurat segera bertundaknsetelahbmendsoatkan kabar jika ada pasien yang akan segera tiba saat itu.

Mereka membawa Camelia langsung ke ruang oprasi, dan perempuan itu pun segera mendapat penanganan medis.

***

"Hari ini kau tidak akan pulang lagi?" Delisa meminum jus jeruk yang dihidangkan oleh pelayan di rumah mereka, setelah melahap roti isi dengan selai coklat kesukaannya.

Sementara Bima bersiap untuk pergi demi menjalankan profesinya di gedung pemerintahan, atau melakukan kunjungan kerja ke beberapa daerah pendukung partai yang diusungnya.

"Tidak, aku di Jakarta." Pria itu melahap potongan terakhir sarapannya, lalu menyesal habis kopinya yang hampir dingin.

"Aku juga ada kegiatan di di sekitar sini, jadi mungkin hari ini pulang lebih awal." Delisa bangkit saat Bima tengah mengenakan jasnya. Kemudian dia membantu suaminya tersebut untuk merapikannya.

"Begitu? Baiklah." Pria itu memastikan jika penampilannya sudah rapi.

"Tapi anak-anak ingin jalan-jalan sore ini." Delisa mengusap pundak dan dada suaminya, sekedar untuk memastikan keadaannya baik.

"Jalan-jalan saja, apa susahnya?" jawab Bima.

"Ya, tapi mereka ingin bersama Papanya. Akhir-akhir ini kau tidak punya waktu untuk kami."

"Hmm ...." Bima bergumam.

"Bagaimana?" Delisa menatap wajah suaminya.

"Mmm ... baiklah, akan aku usahakan untuk pulang lebih awal juga." Lalu pria itu menjawab.

"Bagus sekali, kami akan menunggu." Delisa tersenyum senang.

"Oh, kau tidak mau menunggu anak-anak dulu?" Dia sedikit menahan langkah Bima yang hampir saja pergi.

"Waktuku tidak banyak, Sayang. Aku harus pergi sekarang juga." Pria itu menjawab, kemudian dia mengecup pipi istrinya sekilas.

"Oh, baiklah."

"Aku pergi ya?" ucap Bima lagi yang mengusap pipi perempuan itu dengan punggung tangannya.

"Ya."

Dan pasangan suami istri itu pun hampir berpisah di ruang tengah. Bima melenggang ke arah luar, sementara Delisa memindahkan saluran televisi yang sudah menyala sejak subuh, lalu berita utama pada pagi itu segera menarik perhatian mereka.

"Artis sinetron yang juga merupakan model majalah pria dewasa, Camelia Abigai dilarikan ke rumah sakit akibat serangan orang tak dikenal ketika dia baru saja menyelesaikan reading naskah untuk project sinetron terbarunya semalam, setelah hampir tiga tahun vakum dari dunia seni peran. Saat ini Camelia masih berada di rumah sakit dan keadaannya belum diketahui setelah semalaman mengalami kritis." Seorang pembaca berita mengabarkan.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang