82. Bulan Madu

1.8K 168 17
                                    

Junno membuka mata ketika merasakan semilir angin menerpa wajahnya. Lalu tangannya merayap mencari keberadaan tubuh hangat Camelia yang semalam ada dalam pelukannya.

Mereka tiba di Kepulauan Wakatobi pada hampir malam setelah menempuh berjam-jam perjalanan dari Jakarta. Dan salah satu resort di pinggir pantai menjadi tempat menginap dan istirahat untuk beberapa hari ke depan.

“Mell?” panggilnya saat dia tak menemukan perempuan itu, kemudian bangkit sambil menyingkap selimut tipis yang semula menutupi sebagian tubuhnya.

“Hmm ….” Dan gumaman Camelia yang tengah berdiri di dekat jendela meraih perhatiannya.

“Kau sedang apa?” Junno turun dari tempat tidur dan segera menghampiri perempuan itu.

“Hanya menunggu matahari terbit. Lihatlah, langit nya cantik sekali.” Matanya tertuju keluar jendela yang terbuka lebar. Menatap cahaya yang perlahan muncul di bagian timur sembari menikmati angin yang berhembus lembut diselingi suara deburan ombak di pantai.

Junno berdiri di belakangnya dan menatap ke arah yang sama. Benar saja, langit pagi di pantai kepulauan Wakatobi tampak begitu mengagumkan. 

Semburat keemasan menyeruak di sela awan kelabu, dan matahari perlahan muncul menyinari dunia yang mulai bergeliat.

“Pilihanmu tepat sekali di hotel ini, Junn. Semuanya terlihat indah dari sini,” ucap Camelia lagi saat pria itu menyingkap rambut panjangnya kemudian mengecup leher jenjangnya.

“Ya, kau juga.” Kedua tangannya menyelinap memeluk perutnya dan bibirnya menelusuri belakang telinga, kembali mengecup leher hingga pundak telanjangnya yang menggoda.

Camelia tertawa. “Mandi dulu, Junn. Kau baru saja bangun tidur.” katanya sambil berusaha menciptakan jarak.

“Hmm … kita mandi sama-sama.” Pria itu bergumam seraya mengeratkan pelukannya.

“Tapi aku sudah tadi.”

Namun Junno tak menghiraukan ucapannya, dan dia segera menyeret perempuan itu ke arah kamar mandi.

Air dari shower segera mengaliri dua tubuh yang sudah tak mengenakan sehelai benang pun itu, membasahi mereka yang mulai asyik bercumbu. Kecupan-kecupan menjadi awal pembuka dan sentuhan-sentuhan nakal membuat keduanya semakin terlena. Udara yang semula terasa dingin pun dengan cepat berubah menghangat seiring naiknya intensitas kemesraan di antara dua manusia yang tengah dimabuk asmara ini.

Camelia bahkan segera meraih sesuatu yang terasa mengganjal di perutnya dan itu membuatnya tersenyum saat menyadari bahwa itu adalah milik Junno yang sudah sangat mengeras. Tetapi apa yang dilakukannya membuat si empunya menahan napas untuk sesaat.

Camelia membelainya dengan lembut. Lalu merematnya sesekali kemudian menggerakkan tangannya sehingga membuat Junno semakin menegang. Dan apa yang dilakukan oleh perempuan itu selanjutnya benar-benar membuatnya merasa gila.

Saat dia menurunkan tubuhnya, dan tanpa memalingkan pandangan berlutut di depannya. Lalu tanpa Ragu Camelia membuka mulut untuk memanjakan milik Junno dengan cara yang luar biasa.

Pria itu merasa roh nya seperti keluar dari raga saat Camelia menghisap dan mempermainkan miliknya. Juga gerakan-gerakan tangannya yang tak dja hentikan selama kegiatan panas itu berlangsung.

“Ohh, Camelia!” Dia mendesah tanpa mengalihkan pandangan dari wajahnya yang tampak sensual. Matanya bahkan terasa dipenuhi kabut gairah dan Junno tak mampu lagi menahan perasaan.

Dia menggeram dan menggumam saat membiarkan perempuan itu mempermainkan miliknya, meski rasanya tidak tahan juga ingin meledak di dalam sana. Tapi itu tak boleh terjadi, setidaknya bukan sekarang.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang