21. Camelia

1K 80 4
                                    

Sudah tiga kali Camelia memeriksa keluar villa. Dia berdiri di ambang pintu untuk beberapa menit tetapi yang ditunggu tak kunjung tiba. Ponsel rahasianya bahkan sulit dihubungi dan pesan pun hanya ceklis satu.

Perempuan itu sedikit kecewa.

Padahal dia sudah mempersiapkan diri dan berniat memberikan pelayanan terbaik kepada Bima setelah pria itu mengirimkan sejumlah uang beberapa saat sebelumnya.

Sementara Junno yang tengah berjaga di samping rumah tampak memperhatikan. Pikirannya bertanya-tanya dan dia segera mendapat jawaban saat melihat perempuan itu yang begitu menggoda dengan pakaian yang sedikit terbuka.

Mustahil jika hanya pertemuan biasa dilakukan di tempat seperti ini, dan dengan penampilan berbeda, dan Junno mengerti. Ada hal lain yang Camelia lakukan selain profesinya yang semua orang ketahui sebagai artis dan model.

Dia menyalakan sebatang rokok, lalu menyesapnya dalam-dalam sehingga ujungnya berpendar, kemudian meniupkan asapnya di udara.

"Bayangkan setiap kali kau mengantar majikanmu ke tempat seperti ini. Dan menunggunya melakukan apa yang dia lakukan." Sopir sedikit terkekeh.

Junno melirik.

"Sebenarnya bukan urusan kita, tapi saking terlalu seringnya itu terjadi, sehingga terkadang hal itu terasa sudah tak aneh lagi." Pria itu melakukan hal sama.

Junno tak menanggapi. Lagipula itu bukan urusannya, hanya saja perkataan pria di sampingnya terasa sedikit mengganggu.

"Kau tahu, terkadang aku merasa lucu  …."

"Tutup mulutmu." Junno akhirnya buka suara.

"Urusannya adalah urusannya. Sementara urusanku hanyalah menjaga keselamatannya, dan tugasmu adalah mengantar ke mana pun dia pergi. Jadi tidak usah membahasnya," katanya yang kemudian menoleh ketika mendengar suara langkah yang mendekat.

Pria itu berbalik dan dia mendapati Camelia yang sudah berganti pakaian. Tas merah muda ada dalam genggamannya dan sepertinya dia siap untuk pergi.

"Aku mau pulang, Junn." Camelia berujar.

"Pulang?" Dan Junno menurunkan tangannya yang tengah menjepit rokok.

"Ya."

Dia terdiam. Tidak punya niat untuk bertanya, dan dia tak ingin tahu. Hanya menatap wajah Camelia yang tampak kecewa.

"Baiklah." Junno pun menurut.

Dia segera mengikuti keinginannya, dan mengisyaratkan kepada sopir untuk segera pergi.

***

"Kau belum mau tidur?" Junno memeriksa balkon setelah dia melihat di monitor yang berada di dalam kamarnya.

Waktu sudah sangat larut dan Camelia masih betah berdiam diri di teras balkon, menikmati pemandangan malam kota Jakarta.

Perempuan itu menoleh.

"Kau tahu, berbahaya bagimu jika berada di luar seperti ini. Orang yang tidak bertanggung jawab bisa saja mengambil gambarmu dan melakukan sesuatu tentang itu, jadi  …."

"Lalu apa gunanya keberadaanmu di sini, Junn?" Camelia memotong ucapannya.

"Bukankah sudah tugasmu menjagaku dari orang-orang seperti itu?"

"Ya, tapi pekerjaanku tidak bisa berjalan mulus jika kau, yang aku jaga tidak bisa diatur."

Camelia menatap wajahnya dalam keremangan.

"Aku punya standar kerja sendiri, dan sudah seharusnya kau mengikuti aturanku. Maka kau akan selamat dan tetap aman."

Perempuan itu terdiam.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang