05. Rumor

1.8K 93 10
                                    

"Bapak sudah dengar soal gosipnya?" Camelia menopang dagunya dengan tangan yang tertelungkup di dada Bima.

Setelah pergumulan itu mereka tak langsung tertidur, melainkan memilih untuk berbincang terlebih dahulu.

"Gosip apa?" Sementara pria itu berbaring dengan sebelah tangan dibawah kepala.

"Rumor soal hubungan kita."

Bima tertawa terbahak-bahak.

"Serius."

"Jangan terlalu menanggapinya, karena hanya akan memecah konsentrasimu," ucapnya yang kemudian menyentuh pipi Camelia dengan punggung tangannya.

"Tapi semakin lama gosip itu semakin kencang saja. Apakah itu tidak mengganggu Bapak?"

"Tidak, aku terlalu sibuk untuk memikirkan hal semacam itu." Bima menatapnya lekat-lekat.

Ada perasaan lain tentang perempuan ini yang tidak bisa dia abaikan, namun keadaannya yang memang tidak memungkinkan bagi mereka untuk bersama. Meski jika memaksa pun dirinya bisa namun Camelia bersikeras menolaknya.

"Saya mulai khawatir, Pak." Perempuan itu menyurukkan kepalanya di dada Bima.

"Khawatir soal apa?"

"Bagaimana jika hubungan ini diketahui oleh publik?"

Bima terdiam.

Jelas akan ada banyak hal yang hancur karenanya, dan dia tak bisa membayangkan akan bagaimana jadinya nanti. Karena selain karirnya yang sudah pasti akan hancur, rumah tangganya yang selama ini aman-aman saja akan porak-poranda.

"Maka jangan sampai diketahui publik." Pria itu berujar. Kemudian dia meletakkan sebelah tangannya di wajah untuk menutupi kedua matanya yang dia pejamkan.

Kini Camelia yang terdiam.

"Tetap lakukan apa yang selama ini kau lakukan dan jangan berpikir untuk memberikan keterangan lebih kepada media. Kalau bisa tutup mulut saja." katanya lagi.

"Tapi, Pak?"

"Diamlah, aku mau istirahat. Besok aku harus pergi ke Malang untuk kunjungan kerja. Jadi jangan membuat pikiranku kacau karena keluhanmu." Pria itu segera memejamkan mata.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

"Kau serius dengan bisnismu ini, rupanya?" Junno menatap sekeliling gedung, dan area luas di mana pria-pria berbadan besar tengah berlatih.

"Memangnya kapan kau melihatku tidak serius?" Adam seperti biasa, menjadi orang yang paling sering dia temui akhir-akhir ini jika tidak ada misi yang dia kerjakan.

"Maksudku, kau benar-benar mewujudkan niatmu untuk memiliki tempat seperti ini."

"Ya, jika bisa kenapa tidak? Lagipula ini berguna untuk bisnis di masa tua nanti setelah kita tidak bertugas lagi." Dua pria itu memperhatikan kegiatan di depan mereka.

"Apa kau menerima klien dari kalangan pejabat?" Junno bertanya.

"Siapa pun yang membutuhkan jasa keamanan dan mampu membayar dengan jumlah yang sesuai. Karena para bodyguard ini benar-benat sangat terlatih." Adam menjawab.

"Sudah tidak diragukan lagi jika bosnya adalah kau." Junno tertawa. "Tapi sebentar, kau ini kan abdi negara. Memangnya boleh punya bisnis sampingan seperti ini?" Mereka berhenti di sisi lain yang menyerupai lapangan, tempat pria-pria di depan saja berlatih fisik.

"Usahanya atas nama istriku, jadi aman." Adam pun tertawa.

"Dasar kau ini!"

"Tidak apa, yang penting tidak merugikan negara. Lagipula aku harus realistis karena bekerja dibawah perintah orang lain itu tidak menjamin masa depan kita bagaimana. Apalagi dengan profesi berbahaya yang dihadapi. Kita tidak tahu akan terjadi apa nanti." Adam berujar.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang