69. Menemui Ayah

1.1K 148 22
                                    

“Kau yakin ini rumahnya?” Junno sedikit menundukkan kepala agar bisa melihat bangunan yang cukup megah di depan mereka. 

“Ya.” Camelia menjawab dengan tatapan dingin dan sepertinya dia malas menatap bangunan bertingkat dua tersebut.

“Sepertinya ayahmu bukan orang sembarangan?” Sekilas Junno melirik ke arah perempuan di sampingnya.

“Tidak, dulu dia hanya pegawai BUMN.”

“BUMN?”

“Ya.”

“Itu bukan pekerjaan sembarangan.”

“Dulu ya, tapi sekarang sudah tidak lagi. Ada banyak pekerjaan lebih bagus dan menjanjikan dari ini.”

“Tetap saja.”

“Mungkin pekerjaanmu sebagai pasukan hantu lebih bagus dari jabatan ayahku. Jadi sudahlah, jangan membahas soal itu.” Perempuan itu mendorong pintu dan bermaksud keluar membuat Junno pun segera turun dan berjalan memutar untuk membukakan pintu.

“Memangnya kau sudah siap menemuinya sekarang? Tadi kau bilang berapa tahun tidak bertemu?” 

“Sejak SMP.” Camelia menghirup udara sebanyak yang dia bisa sekedar untuk membuatnya merasa baik-baik saja meski pada kenyataannya tidak begitu.

“Mell?” Lalu mereka berhenti di depan pintu yang terbuka saat seorang perempuan paruh baya menariknya dari dalam.

“Silahkan, Mbak. Bapak sudah menunggu di dalam.” Perempuan itu mengangguk sopan seraya bergeser ke samping untuk memberikan jalan, dan Camelia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung tersebut sambil menggandemg tangan Junno erat-erat.

“Dia tau kita akan datang? Kau mengabarinya?” Pria itu setengah berbisik.

“Tentu saja.”

“Kapan?”

“Tadi subuh waktu kau lari pagi.”

“Ohh ….” Junno hanya ber ‘Oh’ ria.

Kemudian mereka berhenti di sebuah ruangan yang tampak begitu nyaman. Suasana yang hangat mendominasi apalagi dengan ornamen yang begitu cantik membuat area itu terasa benar-benar seperti rumah.

Lalu keberadaan pasangan sebagai tujuan untuk ditemui menyita perhatian dan mereka saling berpandangan untuk beberapa saat.

Camelia menatap pria yang tidak terlihat berubah selain rambutnya yang sudah memutih sebagian. Dia tetap tampan dan wajahnya teduh. Lalu perempuan yang memasang senyum di sampingnya pun masih cantik tetapi saat ini dia lebih dewasa. Tentu dengan make up dan tatanan rambut seperti itu kini dia benar-benar seperti istri seorang pegawai pemerintah.

“Selamat datang, Camelia.” Perempuan bernama Arneta itu segera menyapanya.

Camelia pun mengangguk dan dia mencoba untuk tersenyum meski pada kenyataannya terasa begitu sulit. Apalagi ketika menatap wajah sang ayah yang tampak datar-datar saja, seperti biasa. Tetapi luka di dalam hatinya seolah kembali menganga saat bayangan peristiwa terakhir kali yang dialaminya di rumah tersebut yang akhirnya membuatnya memutuskan untuk berhenti datang.

“Duduklah, Camelia.” Arneta berujar. “Bu Sefi, tolong bawakan minuman dan makanan untuk Camelia dan calon suaminya, ya?”

“Baik, Bu.” Perempuan yang masih berada di belakang Camelia pun menganggukkan kepala kemudian dia bergegas melakukan apa yang majikannya katakan.

“Duduklah, ibumu sudah menyuruh, bukan?” Pria bergelar ayah itu baru buka suara.

Camelia masih terdiam tetapi Junno perlahan meremat tangannya sehingga dia tersadar dari lamunannya.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang