20. Pengamanan

1.3K 93 8
                                    

"Ya, aku harap malam ini kau selesaikan penyelidikannya." Junno sedang melakukan panggilan telpon ketika Camelia keluar dari kamarnya.

"Tidak, aku tidak yakin dengan hasil dari polisi. Aku merasa seperti ada yang janggal." Pria yang tengah berdiri menghadap jendela itu pun menoleh ketika dia menyadari keberadaan Camelia di belakangnya.

"Baik, aku harus pergi. Aku tunggu secepatnya." Dia mengakhiri panggilan telpon.

"Sudah siap?" Junno kemudian berbalik sambil masukkan ponsel ke dalam saku jasnya. Dia membenahi pakaiannya sendiri ketika di saat yang bersamaan Camelia sekilas melihat pria itu yang menyelipkan sebuah pistol di saku bagian dalam jasnya.

Perempuan itu menganggukkan kepala.

"Lina sudah menunggu di bawah." Junno meraih tas Camelia yang sudah siap di sofa kemudian membuka kan pintu.

"Baik." Lalu dia mengikutinya tanpa banyak bicara seperti sebelumnya.

Mereka masuk ke dalam lift dengan posisi Camelia di belakang sementata Junno berada di depannya. Dan dengan tubuh tinggi menjulangnya dia seolah menyembunyikan perempuan itu dari apa yang mungkin sedang mengincarnya.

"Umm ... Junn?" panggil Camelia setelah beberapa saat.

"Ya?"

"Tanganmu ... sudah baikkan?" Dia lantas bertanya, seraya menetap tangan pria itu yang masih berbalut perban.

Setelah tiga hari sejak insiden di lokasi peluncuran episode pertama sinetron yang dibintanginya, Camelia baru merasa tenang dan dia bersedia pergi keluar lagi selain ke lokasi syuting.

"Sudah."

"Serius?"

"Ya, tidak apa-apa. Untung kena tanganku, bayangkan jika wajahmu? Mungkin pemulihannya akan lebih lama." Junno bicara tanpa menoleh sama sekali, namun Camelia menatap punggung lebarnya yang tampak kokoh.

Lift berhenti kemudian terdengar bunyi 'ting' sebelum akhirnya pintu terbuka, dan pria itu menjulurkan kepalanya untuk memeriksa keadaan.

Seorang pria dengan pakaian sama mengangguk dari ambang pintu keluar, yang membuat Junno bergeser dua langkah ke samping.

"Ayolah, keadaannya aman," katanya yang menyentakkan kepala, memberi isyarat kepada Camelia untuk keluar.

"Tidak ada wartawan?" Perempuan itu bertanya.

"Aman."

"Tunggu, Junn?" Namun dia berhenti sebelum mereka benar-benar keluar dari lift.

"Ada yang ketinggalan?"

"Tidak." Camelia menggelengkan kepala.

"Lalu?"

"Tasku." Dia sedikit terkekeh sambil mengulurkan tangannya kepada sang pengawal, yang ketika setelah menyadari segera menyerahkan benda berwarna merah muda tersebut kepadanya.

"Terima kasih." Camelia tersenyum, kemudian dia berjalan mendahului Junno ke arah pintu.

"Tunggu!" Kini pria itu yang menghentikan langkahnya.

Camelia menurut ketika mobilnya tiba dan berhenti tepat di pelataran gedung apartemen tersebut, dan seorang pria dengan penampilan sama seperti Junno membuka kan pintu untuknya.

Sang pengawal merentangkan sebelah tangannya, yang dimengerti oleh Camelia sebagai permintaannya untuk segera menuju ke mobil yang sudah siap. Dan mereka pun masuk untuk pergi menuju ke tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.

***

Sebuah pantai terkenal di Jakarta menjadi lokasi syuting hari itu. Adegan demi adegan sudah direkam dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dari yang direncanakan, dan sebagian besarnya adalah bagian Camelia.

Dia yang beradu peran dengan seorang aktor pria terkenal sebagai pemeran utamanya, tampak mendalami akting tersebut. Sehingga siapa saja yang menyimak adegan tersebut seperti terbawa suasana.

Apalagi ketika Camelia dan pria itu melakukan adegan romantis di saat matahari terbenam dan chemistry di antara mereka terlihat natural.

"And ... cut!" Sutradara menghentikan pengambilan gambar ketika dia merasa sudah mendapatkan hasil terbaik.

"Baik sekali, and it's a wrap!" katanya, dan semua orang bertepuk tangan.

"Terima kasih, syuting cukup sampai di sini, dan kita lanjutkan Senin." lanjutnya, dan semua orang bersorak. "Atau kau mau melanjutkannya malam ini, Mel? Aku oke-oke saja jika kerjamu sebagus ini?" Pria yang mengenakan topi terbalik itu tertawa.

"Tidak bisa, waktunya libur aku harus libur. Tidak ada tawaran pekerjaan apalagi lembur." Yang tentu saja Camelia tolak.

"Oh ... ayolah." Pria itu tertawa. "Bukankah akan lebih baik jika syutingnya selesai lebih cepat? Dan produser akan merasa sangat senang."

Camelia menggelengkan kepala seraya melenggang keluar dari set. "Deal is deal," katanya yang melewati Junno ketika dia segera maju saat sutradara hampir saja mengikutinya.

Dan dia melayangkan tatapan maut sehingga pria itu segera mengurungkan niatnya.

"Ayo, Junn. Aku lelah." Namun Camelia kembali dan menepuk lengannya, yang membuat Junno segera mundur kemudian mengikuti perempuan itu.

***

"Memangnya kau besok libur?" Junno menatap layar ponselnya ketika ada beberapa pesan masuk dari nomor Lina.

"Ya." Camelia yang duduk bersandar di kursi belakang pun menjawab. "Kenapa?" tanya nya kemudian.

"Lina memintaku membawamu ke The Spring's." Pria itu menoleh ke belakang.

"The Spring's?" Camelia bangkit dan menegakkan tubuhnya.

"Ya, ada yang mau bertemu ...."

"Ohh ...." Salah satu sudut bibir Camelia tertarik membentuk senyuman.

"Kau sudah tahu soal ini?" Kini Junno bertanya ketika perempuan itu mengambil ponselnya yang berbunyi.

"Ya, hallo? Anda sudah pulang?" Suaranya terdengar begitu manja dan menyenangkan, namun membuat Junno mengerutkan dahi.

Dia dan sopir bahkan sempat saling lirik ketika percakapan telpon di belakang terdengar cukup asyik.

"Kau tahu soal ini, heh?" Pria itu sedikit berbisik.

"Tahu, tapi tidak boleh membahasnya." Sopir menjawab.

"Apa serius?"

"Sangat serius."

"Hmm ...." Junno bergumam.

Lalu setelah beberapa saat, mereka pun tiba di sebuah hotel resort yang berada di sisi lain kawasan pantai di mana Camelia syuting.

The Spring's yang merupakan sebuah resort terkenal menjadi persinggahan terakhir pada malam itu. Setidaknya bagi Camelia.

Mobil terus masuk hingga tiba di bangunan semacam Villa yang letaknya paling ujung, sesuai instruksi Lina yang masuk ke aplikasi pesannya Junno.

Mesin beroda empat itu berhenti tepat di depan yang suasananya remang-remang. Sesuai dengan lokasinya yang berada di dekat bibir pantai yang tenang dan sepi.

Camelia turun dari mobil dan segera masuk ke dalam bangunan yang dia ketahui sebagai tempat Bima memintanya untuk datang. Namun dia sempat merasa kecewa karena pria itu tidak ada di sana.

"Aku ... mau mandi." Dia segera menghambur ke dalam kamar di diikuti oleh Junno yang membawa tas perlengkapan kerjanya.

"Tunggu!?" Dan pria itu segera menghentikannya ketika Camelia hampir saja masuk ke dalam kamar mandi.

"Ada apa?" Junno segera mengeluarkan alat, lalu dia memeriksa beberapa hal di dalam ruang membersihkan diri itu.

"Junn, kau tidak serius kan?" Camelia baru saja akan protes ketika Junno sudah lebih dahulu masuk. Dan dia mengecek beberapa hal di dalam sana.

"Untuk keamanan dan keselamatanmu? Tidak ada yang tidak serius." Pria itu menjawab. "Aman, silahkan." Lalu dia keluar setelah yakin jika tempat tersebut sudah aman dari segala bentuk hal mencurigakan, sementara Camelia menghambur ke kamar mandi sambil menggelengkan kepala.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang