62. A Beast

1.3K 149 20
                                    

Camelia menggeliat ketika dia merasakan sentuhan lembut di pahanya. Dia yang terbaring di kursi malas teras belakang villa setelah membersihkan diri rupanya tertidur lagi karena benar-benar merasa kelelahan. Kemudian ciuman hangat di dadanya yang sedikit terbuka membuatnya terkekeh. Perempuan itu kemudian menyentuh kepala pria yang tengah mencumbunya tanpa membuka mata karena mengira jika itu adalah Junno.

Tetapi Camelia mengerutkan dahi ketika dia mencium aroma yang lain dari biasanya. Bukan wangi parfum yang biasa digunakan sang pengawal tetapi bau alkohol yang cukup kuat.

"Aarrggghh! Apa yang kau lakukan?" Tentu saja dia tersentak saat membuka mata dan mendapati seorang pria asing tengah mengungkungnya. Dan Camelia segera bangkit lalu mundur sambil membenahi bathrobe nya yang terbuka.

Dia mengenalinya sebagai produser dari rumah produksi yang tempatnya bermain sinetron dan sudah cukup akrab dengannya.

"Ayolah, jangan berlagak terkejut begitu. Kau menyukainya, bukan?" Pria dengan mata sayu itu berujar.

"Sedang apa Bapak di sini? Bagaimana bisa masuk?" Camelia mengetatkan tali bathrobe nya.

"Itu masalah gampang. Aku kira pengawalmu ada, tadinya mau minta izinnya. Tapi ternyata dia sedang pergi?" Pria bertubuh gempal itu melepaskan kancing-kancing pada kemejanya.

"Bapak jangan macam-macam ya? Saya bisa teriak, di depan ada satpam!" Camelia mengancam, namun pria itu malah terkekeh.

"Teriak saja, tidak akan ada yang mendengar. Lagipula satpamnya sudah pulang setelah aku memberinya 200 ribu."

Wajah Camelia memucat. Dia lantas turun dari kursi dan bersiap untuk lari ketika menyadari mungkin ada yang akan terjadi.

"Eits, kau tidak bisa lari. Setidaknya, puaskan aku dulu!" Namun pria itu segera menahannya.

"Maaf, Pak. Anda salah persepsi. Saya bukan …."

"Ah, omong kosong. Bima sedang tak ada sekarang ini, dan pengawalmu juga. Jadi, dari pada kau nganggur selama libur sebaiknya layani aku saja." Pria itu kemudian menariknya.

"Ya, dalam mimpimu saja!" Camelia menyentakkan tangan dan mendorongnya sehingga cengkraman pria itu terlepas.

"Jangan munafik, Camelia. Aku tau kau melacur demi setumpuk uang dan mempertahankan karirmu di dunia hiburan. Jadi apa bedanya tidur denganku? Kau bahkan mendapatkan drama yang bagus karena aku menerima mu. Karena dari artis lainnya kau masih bisa diperhitungkan."

Camelia menghentikan langkah.

"Kau tau, kau tidak ada bedanya dengan pelacur di pinggir jalan. Hanya saja tempatmu lebih berkelas. Selebihnya, sama saja."

Perempuan itu mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

"Jadi, layani aku sampai puas. Maka aku akan mempertahankan peranmu di drama itu. Sayang juga jika aku harus mendepakmu karena kau tidak mau. Drma situ sedang naik daun, dan kau juga. Tidak lucu kalau tiba-tiba kau kehilangan pekerjaanmu kan?"

Camelia mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

"Jadi, kemarilah dan puaskan aku?" Pria itu menggerakkan jari tangannya, memberikan isyarat pada Camelia untuk mendekat.

"Ayo, manis? Agar karirmu tetap bertahan?" Katanya lagi dengan seringaian yang memuakkan.

"Tidak lagi!" Camelia menggumam kemudian memutar tubuh. Dia bergegas pergi menuju kamarnya dengan niat untuk berganti pakaian. Tetapi pria itu segera mengejarnya dan tanpa hambatan bisa kembali mendapatkan Camelia.

"Kau tau, untuk ukiran pelacur kau sangat sombong! Apa karena aku tidak memberikan uang seperti Bima? Hum?"

"Lepaskan aku, bajingan!" Camelia berteriak dan dia berusaha melepaskan diri. Tapi kali ini cengkraman pada tangannya ternyata sangat keras sehingga dia gagal.

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang