Junno menyesap rokoknya hingga ujungnya berpendar kemudian meniupkan asapnya di udara. Tak lama setelahnya, dia menjatuhkan benda yang sudah pendek itu di atas tanah dan menginjak hingga padam. Dia lantas menutup pintu mobil dan berjalan ke arah gedung di mana rekan-rekannya sudah menunggu.
Hari itu aktivitas di Adam's Crew berlangsung seperti biasa. Para pria bertubuh tinggi tegap dengan otot-otot mereka yang sudah terbentuk tampak melakukan latihan di sekitar area.
Ada yang berlari, angkat beban, bahkan tak sedikit di antara mereka yang melatih kemampuan bela dirinya agar tetap terasah dan siap jika sewaktu-waktu diperlukan.
Beberapa orang yang mengenalnya tentu saja menyapa ketika mereka berpapasan, sementara yang tidak kenal hanya bertanya saja, kemudian aktivitas itu kembali berlangsung seperti sebelumnya.
Lalu tibalah dia di depan sebuah ruangan yang diketahuinya sebagai ruang kerja Adam, yang di dalamnya sudah pasti ada juga rekan-rekannya yang lain. Hal itu terdengar dari percakapan dan tawa mereka yang sesekali menguar dan tak jarang diselingi dengan candaan khas prajurit.
Junno mengetuk pintu, kemudian tanpa menunggu lama dia segera menerobos masuk dan menghentikan percakapan yang semula berlangsung.
Adam, Garin dan Rama tentu saja merasa terkejut sehingga mereka segera terdiam begitu rekannya yang satu itu muncul. Ketiganya saling pandang untuk beberapa saat, namun kemudian tawa keras segera menyembur begitu mereka ingat banyak hak tentang rekannya yang satu itu.
"Apa yang kalian tertawakan? Baru saja aku datang sudah mau mengejek ya?" Junno menjatuhkan bokongnya di kursi.
"Aku kira kau akan datang nanti siang? Rupanya jam segini ya?" Adam menyahut.
"Ke mana artismu? Apa dia sibuk atau masih tidur?" sambung Garin. "Ups, ralat jika aku salah. Bukannya dia kekasihmu ya? Ahahaha." Pria itu tertawa lepas. Sementara Junno hanya memutar bola matanya, sebal.
"Kau juga mau mengejek ku, Ram? Ayo biar sekalian. Aku tau apa yang kalian pikirkan." Lalu dia melontarkan pernyataan.
Rama tampak menggelengkan kepala, tetapi dia tidak bisa berhenti tertawa.
"Omong kosong! Kalian sama saja." Namun Junno menggumam.
"Tidak apa-apa, kau mengalami kemajuan yang sangat pesat, Junn." Rama menepuk pundak rekannya yang satu itu. "Tapi aku penasaran …." Lalu dia bergeser lebih dekat. "Apa yang perempuan itu lakukan sehingga bisa membuatmu seperti ini, hum? Kami seperti tidak mengenalimu lagi. Ahahaha." Rama tertawa lagi.
"Ayooo, terus saja terus. Puaskan saja diri kalian sebelum nanti akhirnya terkejut dengan apa yang aku katakan."
"Ah, sebelum ini pun kami sudah merasa terkejut, Junn. Apalagi kalau kau memberi kabar yang lainnya. Bisa-bisa kami ini terkena serangan jantung," sahut Garin yang juga menepuk pundaknya, tetapi lebih keras.
"Ya, dan aku harap kau mati saja setelah ini!" Junno dengan raut kesal tetapi malah membuat tawa ketiga rekannya semakin keras.
"Sudahlah, hentikan! Aku datang kemari bukannya untuk kalian tertawakan. Tapi untuk meminta hasil penyelidikan mu, Dam. Apa sudah ada?"
"Ooo, tenang Prajurit! Semuanya sudah ada di sini dan kau tidak perlu khawatir. Aku sudah mengantongi semua hal yang berhubungan dengan kekasih artismu itu." Adam meletakkan sebuah flashdisk di atas meja.
"Apa ini isinya?" Lalu Junno mengambilnya dengan segenap rasa penasaran.
"Hasil penyelidikan ku, lah. Tentang orang-orang yang ada di sekeliling Camelia, managernya, Bima, dan bahkan petinggi agensi yang menaunginya selama belasan tahun. Kau percaya itu? Bahkan orang yang dianggap sebagai naungan baginya memanfaatkan dia. Sama saja seperti keluarganya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...