Junno tertegun menatap tas merah milik Camelia. Di mana dering dari ponselnya yang berada di dalam sana terdengar nyaring.
"Aku sudah selesai, ayo kita pulang." Lalu perempuan itu muncul setelah mengganti pakaian dan menghapus riasannya sehingga wajahnya kini tampak lebih segar dan natural. Selain lipstik berwarna nude yang memoles bibir seksinya, tak ada lagi yang dia gunakan.
"Ada yang menelpon." Junno mengangkat tas di tangannya, dan deringan dari ponsel Camelia masih terdengar.
"Telpon? Siapa?" Perempuan itu malah bertanya.
"Mana aku tahu?" Junno menggendikkan bahu.
"Kenapa tidak kau lihat?" Camelia segera merogoh ponsel dari dalam tas kemudian melihat layarnya untuk memeriksa. Dia melirik ke arah Junno sekilas, namun sang pengawal segera melengos dengan raut tak suka saat dia bisa mengira siapa penelponnya.
Sudah bisa dipastikan jika itu panggilan dari nomor Bima. Memangnya siapa lagi yang akan menelponnya secara pribadi selain pria itu? Karena di dunia ini hanya produser, manager, dirinya dan Bima saja yang bisa menghubunginya secara pribadi. Selain itu, hanya pesan melalui media sosial yang tak pernah Camelia tanggapi.
"Ya, Pak?" Benar saja itu adalah panggilan dari Bima.
"Tidak, saya baru saja selesai syuting. Ini mau pulang. Bapak di mana?" Tetapi Camelia tidak berusaha menyembunyikan percakapan tersebut meski Junno tetap berada di dekatnya dalam posisi membelakangi seolah dia sedang mengawasi keadaan.
"Baik. Suasananya di sana ramai ya?" Terdengar tawa dari Camelia yang membuat Junno mendengus keras.
"Bapak hanya dengan rekan-rekan saja?" Percakapan itu berlangsung untuk beberapa saat yang diselingi dengan kekehan dan suara yang terdengar cukup ramah.
"Baik, tidak apa-apa. Saya baik-baik saja." ucap Camelia lagi setelah mendengarkan apa yang Bima katakan.
"Tidak apa-apa, Pak. Selesaikan saja urusan Bapak dulu. Tidak perlu terlalu mengkhawatirkan saya karena semuanya baik-baik saja. Ada Junno yang menjaga saya, dan dia bekerja dengan sangat baik, jadi …." Pria yang dimaksud menoleh ketika mendengar namanya disebut.
"Baik, hati-hati." Lalu percakapan pun berakhir setelah beberapa saat.
"Mbak Mell? Jadwal syuting besok nggak pagi banget kok, dan jadwalnya udah aku kirim sama Mbak Lina. Mungkin nanti dishare." Seorang crew perempuan menghampirinya yang batu saja berniat mendekati Junno.
"Baik."
"Terus agak santai juga sih soalnya part Mbak Mell di take nya agak siang. Jadi nggak harus buru-buru datang ke sini."
"Oke." Perempuan itu mengangguk-anggukkan kepala.
"Ya udah, kayaknya cuma itu deh. Kalau mau pulang udah boleh sekarang. Selamat malam, Mbak Mell?"
Camelia mengangguk lagi kemudian dia benar-benar mendekati Junno.
"Pulang sekarang?" Pria itu mencoba untuk bersikap biasa saja meski ada sedikit rasa yang mengganjal di hati. Dan dia tahu apa penyebabnya.
"Tentu saja. Masa mau tidur di sini?" Camelia menjawab diikuti sedikit kekehan pelan. Tetapi Junno hanya terdiam dengan raut datar yang kemudian sedikit menyentakkan kepalanya sebelum akhirnya dia mundur untuk memberinya jalan.
"Baik, silahkan." katanya sambil merentangkan tangan, sementara Camelia berjalan sambil mengerutkan dahi.
***
Junno meniupkan asap dari rokok yang dia sesap hingga tampak membumbung di udara. Malam kian beranjak larut dan dia belum berniat mengakhiri lamunannya di bagian belakang villa sambil menikmati keheningan. Sesekali memeriksa keamanan dan beberapa hal di sekeliling tempat itu, kemudian kembali ke tempat duduknya dan menikmati apa yang sudah dia lakukan sejak pulang dari lokasi syuting.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...