Camelia menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa begitu dia tiba di apartemen. Tengah malam mereka baru selesai pengambilan gambar karena drama yang dibintanginya akan launching akhir pekan ini.
Rasa lelah mendominasi, kantuk apa lagi. Rutinitas ini kembali dia alami setelah sekian tahun hanya sebatas pemotretan untuk iklan atau masalah saja. Dan sepertinya ini merupakan awal yang baik.
Perhatiannya beralih ketika ponselnya berbunyi, dan Camelia tertegun ketika melihat kontak siapa yang menelpon.
"Ya Bu?" Perempuan itu menjawab.
"Kamu tidak membalas telpon Ibu, Mel." Diana langsung saja berbicara.
"Iya, Bu. Maaf. Aku ...."
"Adik-adikmu juga, mereka membutuhkanmu."
Camelia terdiam.
"Kamu baca pesan Ibu kan?" Diana berbicara lagi.
"Baca, Bu."
"Lalu kenapa kamu tidak membalas? Tidaklah kami tahu kalau kami menunggu?"
"Maaf, Bu. Aku sibuk."
"Ibu mengerti, tapi adik-adik membutuhkanmu, Mel." Perempuan itu mengulang ucapannya.
"Mungkin yang Ibu maksud membutuhkan uangku." Tiba-tiba saja ucapan itu keluar dari mulutnya.
"Ya, benar. Ternyata kamu mengerti. Lantas kenapa belum kamu kirimkan juga?"
Camelia memejamkan mata, dan buliran bening meluncur begitu saja diiringi rasa sesak di dada.
"Mel? Kamu bisa mengirimkan kami uang kan? Besok listrik dan internet harus dibayar, belum lagi kebutuhan kami yang ...."
"Apa Ibu sudah menanyakan kabarku?" Camelia memotong ucapan ibunya.
"Apa?"
"Sebelum Ibu memintaku untuk memenuhi kebutuhan kalian, apa Ibu sudah bertanya bagaimana kabarku? Ibu tanya bagaimana keadaanku? Apa kebutuhanku sudah terpenuhi?"
"Kamu ini bicara apa? Tentu saja semua kebutuhanmu sudah terpenuhi. Kamu hidup enak di sana, bekerja, terkenal dan semua orang melayanimu. Tidak seperti kami."
Camelia kembali memejamkan matanya.
"Ibu tidak tahu aku ditembak seseorang? Ibu tidak tahu kalau nyawaku terancam?" Dia kemudian bertanya.
"Ibu tahu."
"Lalu mengapa Ibu berlagak seolah tidak tahu?"
"Maksudmu itu apa sih? Kenapa bicaramu berbelit-belit?"
"Ibu tidak menanyakan bagaimana kabarku! Kalian bahkan tidak menjenguk ketika aku terbaring lemah di rumah sakit." Camelia setengah berteriak.
"Mel, tenanglah. Itu yang jadi masalahnya? Kenapa dibesar-besarkan?"
"Apa?"
"Kami tidak bertanya karena tahu jika kamu pasti baik-baik saja di sana. Banyak yang mengurusmu, dan mereka akan melakukan banyak hal untukmu. Jadi untuk apa Ibu dan adik-adikmu repot-repot ke sana?"
Camelia tergugu. Sebegitu tak berharga dirinya di mata keluarga sehingga dalam keadaan hampir mati pun tidak ada yang peduli.
"Mel, ayolah. Jangan dibesar-besarkan. Kamu sudah baikan, bukan? Ibu lihat kamu sudah beraktifitas lagi seperti biasa. Dan bukankah kamu main sinetron lagi sekarang? Itu artinya keadaanmu sudah sangat baik, jadi ...."
"Mulai sekarang urus diri kalian sendiri. Tigasku sudah selesai." Dan kalimat itu juga meluncur begitu saja tanpa Camelia sadari.
"Ap-apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...