14. Unit

1.1K 77 6
                                    

Junno menatap bangunan tinggi itu dengan perasaan yang sedikit jengah. Entah mengapa dia menerima pekerjaan itu tanpa mempertimbangkan hal ini. Padahal tempo hari Adam sudah mengatakan jika until apartemen miliknya sudah disewa, dan orang yang menyewanya adalah perempuan yang keselamatannya menjadi tanggung jawabnya sekarang ini.

Tapi dia tidak punya waktu untuk mundur dan alasan tepat untuk melepaskan pekerjaan ini karena akan mencoreng reputasi Adam dan perusahaan jasa keamanan temannya tersebut.

"Pak?" Seorang penjaga keamanan yang mengenalinya menganggukkan kepala, namun Junno memberikan isyarat untuk tidak melakukannya.

Dia tak ingin Camelia, Lina atau siapa pun yang tiba bersamanya di tempat itu mengetahui perihal kepemilikan unitnya yang mereka sewa.

"Bapak mengenalnya?" Lina bertanya saat mereka sudah berada di dalam lift.

"Lumayan."

"Rekan di perusahaan jasa?"

"Ya." Junno menjawab asal.

"Pantas." Perempuan itu menggumam.

Dengan cepat lift melesat ke lantai di mana Camelia tinggal, dan pintunya segera terbuka ketika mereka tiba. Dan Junno keluar terlebih dahulu sambil memeriksa keadaan.

Dia menganggukkan kepala ketika area itu sepi dan cukup aman bagi perempuan tersebut untuk keluar dan mereka segera menuju ke unitnya.

Junno sempat menahan napasnya sebentar ketika teringat peristiwa tiga tahun yang lalu ketika dirinya memergoki Lingga yang tengah memadu cinta bersama pria lain saat dirinya baru saja pulang setelah menjalankan tugas negara. Tetapi dia mampu menguasai diri.

Tentu saja, selain melatih fisik dan kemampuan, bergabung di Pasukan Hantu juga mampu melatih emosi dan perasaannya agar stabil dan tidak gampang terpengaruh lingkungan. Kecuali ketika mendapati perempuan yang diperjuangkan setengah mati malah berkhianat di belakangnya. Itu lain lagi ceritanya.

Lina berhenti di ambang pintu ketika menemukan sebuah amplop di lantai, lalu dia memungutnya. Dan ketika dia membukanya, apa lagi isinya kalau bukan foto-foto Camelia dalam balutan pakaian seksi dan lingeri yang diambil dari potongan majalah dewasa yang menyewanya sebagai model.

Tentu saja membuat perempuan itu lagi-lagi mengalami keterkejutan.

"Masuk!" Junno menggiring mereka ke dalam dan kembali memeriksa keadaan di luar sebelum dia menutup pintu.

Camelia kembali menangis. Rasa takut jelas mendominasi pikirannya mengetahui mungkin saja saat ini dirinya tengah menjadi target dari tujuan seseorang. Meski motivnya belum diketahui tapi jelas ini terasa menakutkan.

"Bapak yakin bisa menjaga Camelia?" Lina meyakinkan dirinya jika tanggung jawab itu akan diambil alih oleh pria di depannya.

"Junno. Panggil saja Junno," ucapnya yang memeriksa sekeliling apartemen.

Pintu dan kuncinya, setiap jendela dan segala apa yang ada di dalam unit itu tak luput dari perhatiannya. Mencari kalau-kalau ada sesuatu yang janggal di dalam sana.

"Baik, Pak. Ehm ... Junno. Apa kau yakin bisa menjalankan tugas ini?" Ulang Lina. " Karena aku juga punya keluarga yang harus diurus. Aku tidak bisa selalu ada di sini dengan Camelia."

Junno tak langsung menjawab. Dia tengah memindai keadaan di luar sana yang tampak normal-normal saja.

"Mungkin kau butuh orang lain untuk menemanimu, jadi apakah aku harus ...."

"Aku bekerja sendiri, dan aku tahu medannya seperti apa. Tapi jika aku butuh bantuan aku akan mencarinya sendiri." Akhirnya pria itu menjawab.

"Baik. Aku hanya akan mempercayakan masalah ini kepadamu, jadi ...."

My Hot BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang