Pandangan Camelia tidak pernah lepas dari Junno yang berada di luar set. Sesekali dia mencarinya jika tak terlihat, dan menghembuskan napas lega ketika menemukannya. Dan pria itu tetap berjaga di luar untuk memastikan keamanan bersama penjaga yang lainnya.
Dan sudah satu Minggu sejak interaksi mereka yang terakhir, pria itu benar-benar bersikap biasa saja. Persis seperti kemauannya.
"Oke, sekali take lagi ya? Dan setelah ini kita pulang." Sutradara memberi isyarat pada semua pemain untuk kembali.
Lalu Camelia, dan beberapa lawan mainnya segera mendekat.
Skenario sudah dibaca ulang, dan sebagai artis berpengalaman tentu dia akan menghafalnya dengan mudah. Tak kalah dari pendatang baru yang juga bekerja dengan keras untuk sinetron tersebut.
Kemudian mereka memulai pengambilan gambar dan beberapa adegan, yang meski mengandung banyak dialog tetapi Camelia dan juga mereka bisa menyelesaikannya.
"And, it's a wrap!!" Ucapan sutradara mengakhiri syuting pada malam itu, dan semua orang tampak lega.
Tepuk tangan bergema di lokasi syuting dan setiap yang terlibat di sana pun sama gembiranya.
"Bagus sekali, seperti biasa!" Pria yang mengarahkan pengambilan adegan tersebut pun bangkit dari tempat duduknya, dan ia menghampiri para pemain.
"Ingat untuk mempertahankan performa kalia di awal Minggu nanti ya? Kita akan masuk konflik dan pasti membutuhkan energi yang ekstra."
Para artis itu menganggukkan kepala.
"Hafal adegannya dengan baik, Mel. Kau sudah sangat bagus, dan tangisanmu terlihat natural." Lalu dia beralih pada Camelia.
"Baik." Perempuan itu mengangguk sambil merapikan riasannya yang memudar akibat adegan menangis barusan.
"Baik, teman-teman. Selamat malam, dan selamat berakhir pekan." ucap sutradara lagi yang kemudian segera meninggalkan set bersama asistennya.
***
"Siap pulang?" Junno muncul setelah mengetahui syuting tersebut berakhir dan mendapati Camelia yang tengah membersihkan riasan dan sudah berganti pakaian.
"Ya."
"Ada yang harus aku bawa?" tanya pria itu yang memeriksa beberapa hal.
"Nggak usah, Mas Junn. Udah Nani cicil dari tadi. Mas Junn telat deh nanya nya." Seorang asisten Camelia menyahut.
"Benarkah? Kenapa tidak memanggil saya?" Junno menanggapi.
"Tanggung ah, lagian Mas Junn nya juga sibuk di depan tadi." Perempuan yang usianya lebih muda dari Camelia itu berbicara dengan nada yang terdengar genit.
"Hanya mengahalau penggemar, tapi kalau dipanggil ya pasti datang." Junno menjawab.
"Masa sih?" Nani mendekat.
"Ya, tentu saja."
"Mas Junn mau datang kalau Nani panggil?" Perempuan itu tersenyum malu-malu.
"Kalau untuk membantu kenapa tidak?" Dan Junno menjawab lagi.
"Aaaa … baiklah. Lain kali kalau syuting Nani panggil Mas Junn lah." katanya, sambil tertawa, kemudian pergi dengan menenteng tas make up dan wardrobe milik Camelia.
Lalu Junno beralih pada perempuan itu yang terdiam dengan tatapan memicing pada asistennya tersebut.
"Kau masih belum selesai?" Lalu dia bertanya, dan membuat Camelia beralih padanya.
"Kalau sudah selesai sebaiknya kita pergi. Karena mobil sudah siap di depan …."
"Ya, tentu saja. Memangnya apa yang mau ditunggu?" Camelia berucap, dan dengan nada ketus dia melenggang keluar dari ruang ganti mendahului Junno yang mengerutkan dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...