Dua pria di depan saling melirik ketika Camelia tak juga berhenti mengoceh. Lalu Junno segera turun ketika mereka sampai di parkiran basement.
Sengaja dia meminta sopir untuk langsung saja ke sana demi menghindari kegaduhan yang mungkin saja akan terjadi karena kelakuan Camelia.
"Tidak mauu! Aku mau kembali ke klub dan berpesta di sana! Aku mau kembali ke sana!" Perempuan itu menolak ketika Junno menariknya keluar.
Tetapi bukan Junno juga namanya jika dia tak dapat memaksa seseorang untuk melakukan apa yang seharusnya dia lakukan.
Pria itu merangsek masuk, kemudian dengan sekali tarikan keras dia dapat membuat Camelia keluar dan segera membawanya ke dalam lift.
Meskipun begitu, sang artis yang sedang dalam keadaan mabuk berat itu tetap saja berusaha untuk lepas sehingga Junno dengan keras memeganginya.
"Ayolah! Lepaskan aku, sialan! Kau tidak mengerti!" racaunya lagi.
"Kau hanya butuh pulang, bukan hiburan." Junno menanggapi.
"Kau tidak mengerti!?" Camelia berteriak.
"Ya, aku mengerti. Dan saat ini yang paling mengerti keadaanmu adalah aku. Percayalah."
"Tidak!! Kau tidak mengerti!" Camelia meremat wajah Junno, meski dia bisa menghindar. "Aku tidak butuh yang lain, aku butuh hiburan!"
Lift berhenti lalu pintunya terbuka, dan Junno berusaha menariknya keluar. Namun lagi-lagi Camelia menolak. Dia berpegangan pada sisi pintu yang masih terbuka dan berniat tetap berada di dalam sana.
"Mell?"
"Aku tidak mau pulang! Untuk apa aku pulang? Tidak akan ada yang peduli kepadaku!" Perempuan itu terus berteriak.
"Tapi kau harus. Keadaanmu mengkhawatirkan!" Dan Junno kembali menanggapinya.
"Tidak ada! Mau bagaimana keadaanku, baik-baik saja atau pun menderita tidak ada yang akan khawatir. Keluargaku bahkan tidak peduli. Jadi mengapa aku peduli!"
Junno tertegun untuk beberapa saat, dan dia menatap perempuan itu yang tampak kacau. Bukan hanya fisiknya yang tak terlihat baik-baik saja, tetapi psikisnya juga.
Lalu dia memutuskan untuk mendekat, kemudian mengangkatnya di pundak saja dari pada Camelia membuat keributan lebih di hampir dini hari itu.
"Lepaskan, Junn! Turunkan aku!" Dan perempuan itu meronta semakin keras meski tidak menghasilkan apa-apa selain rasa lelah yang teramat sangat.
"Ugh!" Junno menjatuhkannya ke tempat tidur, dan Camelia hampir kembali bangkit jika saja pria itu tak menahannya untuk tetap di sana.
"Diam, kataku! Kau jangan berulah seperti ini atau akan merugikan dirimu sendiri!" Junno menahan pundaknya.
"Dengar! Mabuk atau tidak kau harus mendengar!" Dia mengguncangkan tubuhnya, sementara kedua kalinya menahan tubuh Camelia di bawah.
"Tidak ada yang bisa kau lakukan selain menurut kepadaku. Saat ini hanya akulah yang bisa menjagamu, maka diamlah!" Junno sedikit menggeram yang membuat perempuan di bawahnya terdiam.
Camelia menatap wajah tegas itu dalam pandangan berkabut. Samar-samar dia melihat banyak bayangan. Entah itu yang telah terjadi kepadanya atau suara-suara yang sering dia dengar. Dan yang paling dominan adalah pria yang sudah berminggu-minggu ini bertanggung jawab atas keselamatannya.
"Dim, maka aku akan melepaskanmu." Dia berusaha lagi. "Mengerti?"
Camelia mengangguk pelan.
"Baik." Perlahan Junno melepaskan cengkramannya dari pundaknya, dan dia juga perlahan menjauhkan diri. Bersamaan dengan Camelia yang bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...