"Silahkan." Junno membuka pintu mobil setelah sepuluh menit sebelumnya memeriksa beberapa hal di lokasi syuting.
Camelia turun sambil mendengarkan napas keras. Semakin hari dia semakin merasa tak senang dengan hal ini, apalagi sekarang pria itu berlagak juga di tempatnya bekerja.
"Kau membuatku malu!" katanya yang menjejalkan tasnya yang berwarna merah menyala itu kepada Junno.
Pria itu hanya diam dan dia tak menghiraukan omelan nya.
"Jaga ini dengan nyawamu!" ucap Camelia lagi yang segera memasuki set.
Sebuah kursi sudah siap untuk Camelia duduki sebagai tempatnya menunggu giliran mengambil adegan. Yang sebelumnya sudah Junno periksa keamanannya. Tentu pria itu menjalankan tugasnya dengan sangat baik.
Memeriksa segala hal dan memastikan semuanya aman bagi artis yang berada di bawah pengawasannya. Untuk meyakinkan jika Camelia aman dan tak ada apa pun yang membahayakan keselamatannya.
Perempuan itu hanya tinggal duduk manis. Dia bahkan tak perlu berdandan seperti yang lainnya karena sudah melakukannya sendiri.
Sebagai artis yang berpengalaman tentu saja dia sudah bisa melakukan segalanya. Bahkan berdandan sekalipun dia hanya dibantu oleh asistennya sendiri.
Tak lama kemudian asisten sutradara memanggilnya untuk pengambilan gambar bersama lawan mainnya, seorang artis pria yang cukup terkenal sebagai pemeran utama drama tersebut.
***
Junno tak sedikitpun beranjak dari tempatnya berdiri. Dia seperti patung yang memang sengaja ditempatkan di sana dan menjaga apa pun yang ada di depannya.
Tanpa bersuara apalagi melakukan sebuah gerakan dia menjauhkan siapa pun dari tempat Camelia dan barang-barangnya. Kini semua orang sudah tahu jika pria dengan stelan jas hitam itu adalah pengawal pribadinya.
"Oke, cukup untuk hari ini. Terima kasih, Camelia seperti biasa kau sangat mendalami karakter yang kau bawakan. Sampai besok?" Semua orang bertepuk tangan karena bisa menyelesaikan scene untuk hari itu.
"Ya, saking mendalaminya sampai-sampai mereka tidak berani mengontrak ku lebih lama dengan bayaran yang pantas." Perempuan itu bergumam sambil berjalan menuju ke tempat duduknya.
Dia tertegun karena mendapati Junno yang tidak berpindah sama sekali. Pria itu bahkan masih memegangi tasnya seperti sebelumnya.
"Dari tadi kau seperti itu?" tanya nya sambil menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi.
Junno tak menjawab.
"Kau ini pengawal atau apa?" Perempuan itu meraih tasnya dari tangan sang pengawal kemudian memeriksa ponselnya.
"Kau membiarkan ponselku berbunyi terus ya?" Lalu Camelia mendongak, sementara Junno hanya melirik.
"Banyak yang menelpon, banyak pesan juga." Camelia tampak kesal.
"Tugasku hanya menjaga tasmu, bukan memeriksa isinya. Bagaimana jika ada barang yang sangat pribadi di dalam sana? Itu tidak sopan!" Pria itu menjawab, sementara amelia hanya mendelik.
"Sudah siap pulang? Atau mau bersih-bersih dulu di sini?" Lina bersama dua staffnya datang menghampiri.
"Aku mau langsung pulang saja. Aku lelah." Camelia bangkit, sedangkan Junno mengikutinya sambil membawa beberapa tas berisi keperluan perempuan itu.
Namun dia berhenti tepat di pintu keluar ketika beberapa wartawan segera mengambil gambar. Lampu blitz dan suara jepretan kamera cukup membuatnya terkejut dan akhirnya dia mundur.
Junno paham dengan keadaan tersebut sehingga dia segera maju dan tubuh tungginya menghalangi Camelia dari sorotan kamera. Sementara perempuan itu menunduk untuk menyembunyikan wajahnya dibalik punggung sang pengawal.
"Mbak Camelia, bagaimana keadaan Anda sekarang? Apa sudah membaik?"
"Bagaimana pelakunua, Mbak? Apa sudah tertangkap?"
"Bagaimana perkembangan kasusnya, Mbak?" Para pemburu berita dengan segera mendekati Camelia meski perempuan itu tetap bersembunyi di belakang Juno yang segera bersiaga.
Dia bahkan menempelkan wajahnya di punggung pria itu agar terhindar dari serbuan wartawan.
"Mbak Camelia, tanggapannya Mbak soal ...." Lalu Junno menatap si wartawan dengan tajam, dan membuat siapa saja yang melihatnya merasa ngeri dan segera mengurungkan niatnya.
Pria itu menatap mereka bergantian dan segera saja, semua orang yang mendekat mulai mengambil jarak.
"Saat ini Mbak Camelia tidak bisa memberikan keterangan apa pun. Jadi saya harap kalian semua mengerti." Kemudian Lina bisa maju setelahnya, dan jalan untuk lewat pun terbuka bagi mereka.
***
Junno membuka kan pintu unit yang mereka tinggali begitu tiba. Dan Camelia segera menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan nyaman.
"Kau mau minum?" tawar pria itu yang meletakkan dua tas di atas meja.
Camelia menjawabnya dengan anggukkan. "Makan juga, aku lapar." katanya yang asyik dengan ponsel di tangannya.
Dia baru sempat membuka pesan dari ibu dan kedua adiknya yang tiba-tiba saja membuat moodnya hancur seketika.
Apalagi jika bukan karena permintaan mereka soal uang untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan lain yang rasanya tidak terlalu penting.
"Hufthh!" Camelia melemparkan ponselnya ke sudut sofa, bersamaan dengan Junno yang kembali dengan segelas air putih di tangan. Yang kemudian dia letakkan di meja.
Perempuan itu meneguknya hingga habis, bahkan dia sampai tidak sempat mengucapkan Terima kasih pada pengawalnya.
"Makanannya sudah kau pesan?" Camelia bertanya ketika Junno hampir saja kembali ke dapur.
"Sebentar lagi." Pria itu menjawab.
"Baiklah, aku mau mandi." Dia pun menghambur ke dalam kamarnya tanpa menutup pintu dengan benar, yang kemudian membuat Junno merapatkan benda tersebut.
Sekilas bayangan perempuan itu yang tengah berjalan ke kamar mandi sambil melepaskan pakaiannya pun terlihat, dan Junno hanya memutar bola matanya sambil menggelengkan kepala.
Membutuhkan waktu sekitar setengah jam bagi Camelia untuk menuntaskan urusannya di kamar mandi, dan dia sudah kembali dalam keadaan segar.
Dengan hanya mengenakan celana pendek dan kaos seperti biasanya, perempuan itu mendekati meja di mana makanan sudah terhidang.
Pria itu mulai mengerti rupanya, karena dia memesan makanan yang disukainya. Satu porsi ayam bumbu asam manis, cah jamur dan udang saus padang yang menggugah selera.
"Ada lagi yang kau butuhkan?" Junno meletakkan segelas air minum di meja kala perempuan itu duduk di kursinya.
"Sepertinya tidak. Bagiku kini sudah cukup." Camelia menjawab.
"Baiklah, kalau tidak ada lagi yang kau butuhkan aku pamit untuk istirahat?" Pria itu berujar.
"Kau tidak makan?" Camelia menatap Junno yang memang sejak bertugas sebagai pengawalnya, belum pernah sekalipun dia melihat pria itu makan.
"Nanti saja," jawabnya, singkat. Yang kemudian segera masuk ke dalam kamarnya di sisi lain apartemen.
Camelia tertegun untuk beberapa saat, dan dia menatap pintu itu yang sudah tertutup rapat. Junno memang selalu seperti itu sejak mereka tinggal di dalam unit yang sama, dan tidak pernah sekali pun pria itu menampakkan sikap lain.
"Memangnya siapa dia itu ya? Tugasnya kan memang mengawal, bukan untuk menemani makan atau ngobrol. Kenapa juga aku tadi bertanya seperti itu?" Perempuan itu bergumam. Kemudian dia segera melahap makanannya seperti biasa. Sendirian dan tanpa siapa pun sebagai teman berbagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...