“Kan, aku bilang juga apa?” Syahira mengalihkan perhatiannya pada pasangan di depan setelah dia melakukan pemeriksaan kandungan terhadap Camelia yang kini diketahui tengah hamil.
“Usianya sudah memasuki lima minggu dan Camelia ada di fase trimester pertama.”
Orang yang dimaksud pun menatap layar monitor besar yang menempel di dinding samping.
“Apa kau tidak merasakan apa-apa?” Perempuan yang berprofesi sebagai dokter obgyn itu melontarkan pertanyaan.
“Tidak.” Camelia menganggukkan kepala, kemudian dia melirik ke arah Junno.
“Pusing, mual atau semacamnya? Tidak sama sekali?” Syahira kembali bertanya.
“Tidak. Atau … aku tidak menyadarinya?”
“Hmm … bisa jadi.” Lalu Syahira membersihkan gel dari perut Camelia setelah pemeriksaan itu dirasa cukup.
Camelia bangkit setelah membenahi pakaiannya dibantu oleh Junno.
“Lalu apa saja yang harus dilakukan setelah ini? Apa ada hal-hal yang dilarang?” Pria yang sejak tadi tak beranjak dari sisi Camelia itu mulai buka suara.
“Hanya harus menjaga kondisi tubuh dan fikiran. Selebihnya aku akan meresepkan obat dan vitamin untuk Camelia.”
Junno tampak mengangguk-anggukkan kepala.
“Kalian baik-baik saja, kan?” Syahira menatap dua orang di depannya secara bergantian. “Maksudku, apa yang akan kalian lakukan setelah ini? Tidak mungkin akan begini saja, kan?”
Camelia terdiam.
“Dengar, Junn. Aku hanya orang luar yang tidak tau apa-apa, tapi menurutku ….”
“Kami akan menikah.” Junno segera menjawab apa yang mungkin akan Syahira tanyakan. Dan hal itu membuat Camelia mendongak ke arah nya.
“Maksudku, masa aku harus diam saja setelah mengetahui perempuan ini mengandung anakku? Memangnya kau pikir apa yang akan aku lakukan? Hahaha.” Junno tertawa hingga wajahnya mendongak ke atas.
“Lucu sekali mengetahui kalau aku akan jadi ayah. Membayangkannya saja tidak pernah.” Dia bangkit sampai menggelengkan kepala. “Ayo, Mell. Kita pulang?” Lalu dia mengulurkan tangannya pada Camelia.
“Terima kasih, Sya. Dan mungkin setelah ini aku akan sering menghubungimu. Ada banyak hal yang belum aku ketahui.”
“Baik, jangan sungkan-sungkan, Junn. Kau sudah seperti adik bagiku.”
Junno mengangguk sambil tersenyum kemudian menuntun Camelia keluar dari ruang pemeriksaan pada klinik khusus kandungan sekaligus ibu dan bayi tersebut.
***
“Kau tidak serius dengan ucapanmu, kan?” Perjalanan pulang pada malam itu terasa cukup santai dan Junno memang melajukan kendaraannya tak secepat biasa. Ditambah lalu lintas yang cukup padat sehingga mereka tak menemukan celah kosong untuk menyelinap.
“Apa?” Junno melirik sekilas.
“Kau akan menikahiku?”
Pria itu terkekeh. “Sejak kapan aku tidak serius? Segala hal selalu aku lakukan dengan serius.”
“Tapi, soal menikah ini ….”
“Kanapa? Kau tidak mau aku bertanggung jawab?” Mobil yang dia kendarai berhenti ketika lampu lalu lintas berubah merah.
Camelia terdiam sambil memainkan jemarinya di pangkuan, sedangkan Junno memiringkan tubuh sehingga kini mereka berhadapan.
“Apa dia milikku?” Kemudian Junno bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...