“Kita pergi?” Camelia bertanya saat Junno kembali ke sisinya setelah menerima panggilan telpon.
“Ya.” Pria itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku jas.
“Ke mana?”
“Umm … setiap pengantin biasanya akan pergi berbulan madu, kan?” Junno mendekat sambil mengulum senyum sementara Camelia duduk di ranjang mereka yang entah kapan dihias atau siapa pelakunya. Yang pasti itu membuatnya tersenyum juga saat melihat helaian kelopak bunga mawar berwarna pink berserakan di atas bed cover.
“Dan kau akan membawaku ke mana?” Perempuan itu terkekeh saat Junno juga duduk di sampingnya. “Jangan yang jauh apalagi mahal, Junn. Di sini juga cukup.” katanya, sendu.
“Hey, kenapa kau ini? Hari ini kita sudah sah jadi suami istri, seharusnya kau bahagia. Bukannya malah murung.” Juno menyentuh wajahnya yang masih berpoles make up.
“Aku hanya merasa malu.”
“Malu kenapa? Kita bahkan sudah sering melihat tubuh telanjang masing-masing sebelum ini.”
“Ish!” Camelia menepuk dada pria itu dengan kepalan tangannya. “Bukan soal itu.”
“Lantas apa?”
“Soal ibu dan adik-adikku.”
“Ya, lalu masalahnya di mana?”
“Kau rela menghabiskan uangmu agar Alif bersedia menikahkan kita tapi pada kenyataannya, bahkan ibu pun tidak hadir.”
Junno terkekeh.
“Padahal waktu itu jangan kau berikan dulu uangnya agar dia benar-benar datang. Lihat sendiri, kan? Malam ayahku yang menikahkan kita.”
“Bukankah itu yang seharusnya? Orang yang punya kewajiban menikahkan mu memang ayahmu, kan?”
“Ya, tapi uangnya?”
“Uang masih bisa dicari.”
Tawa Camelia pecah begitu saja.
“Apa yang kau tertawakan? Aku tidak sedang melawak!”
“Kau mengatakan itu seolah hanya selembar uang seratus ribu.”
“Lalu?”
“Itu satu milyar, Junn. Aku kira itu adalah satu-satunya tabungan yang kau miliki, tapi malah kau berikan pada orang lain demi aku. Dan aku rasa itu terlalu banyak.”
“Tuhan akan menggantikannya dengan yang lebih banyak, percayalah.”
Kau mengatakan itu semudah bernapas.
“Lalu apa yang harus aku lakukan? Memintanya kembali?”
“Seharusnya, ya! Mungkin itu bisa kita gunakan untuk biaya hidup, memulai usaha atau yang lainnya. Kau tau mungkin setelah ini aku tidak akan punya pekerjaan lagi. Agensi mana yang akan menerimaku dalam.keadaan penuh skandal seperti ini?”
“Kau takut tidak bisa hidup?”
“Bukan! Hanya saja ….”
“Karena aku tidak bekerja? Kau tidak percaya kalau Tuhan sudah mengatur semuanya bahkan masalah biaya hidup?”
“Hum?”
“Aku bukan orang yang religius apalagi paham agama. Tapi aku percaya jika semuanya sudah diatur sesuai dengan porsi masing-masing. Dan soal hidup, kita tidak tau akan ada apa di depan nanti.”
“Itu maksudku.”
“Maka, percayakanlah semuanya padaku. Aku akan berusaha sangat keras agar hidupmu nyaman tanpa kekurangan apa pun. Mungkin tidak semudah orang lain tapi percayalah, aku pasti akan berusaha.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Bodyguard
RomanceJunno yang baru saja bebas dari penjara setelah 3 tahun menjalani hukuman karena melakukan penembakan terhadap selingkuhan istrinya, tahu-tahu ditawari pekerjaan oleh sahabatnya, Adam. Yakni menjadi pengawal bagi seorang aktris, Camelia Abigail yang...